Thursday, March 31, 2011

Kedepi

From: Ida puspita
monggo....di pun kedep'i , piyambak piyambak , nggih.....hehehe...

Jelas ga

From: Irwin Ismail

jelas gak?

Ini Gimana

From: hadi gumilar

Methoda baru pemusnah ular...........

From: ertsanto

Bukan hanya LIPI yg mampu menemukan serum pemusnah serangga, miliser
91 dipimpin mas Toto juga menggagas methoda baru pembunuh ular,dg
kemasan putih spt dalam foto.
Selamat!!!

gatal

Untuk Bagus lagee......

From: hadi gumilar

Friday, March 25, 2011

dali thaher

Wah iki ono seng mambu alumni FA kok melu grup'e nurdin? Piye ki? Mbok
ono seng ngandani?

Hari-hari Seorang Pemancing - oleh Kornelius Retika (HARI KE 41)

*Hari-hari Seorang Pemancing - oleh Kornelius Retika (HARI KE 41**)*

HARI KE 41 :

Hari ini saya kembali kesulitan mencari teman melaut,akhir nya saya
mengikuti si Itang yang mau menjaring kembung di mulut teluk
kecil,aikoli;dengan menggunakan jaring kembung si angseng yang panjang
nya hanya lk 40 m,dengan lebar 6 m. Dan untuk menambah panjang jaring
maka saya juga membawa jaring kembung nya si Oka yang sdh lama
dimilikinya namun jarang sekali di gunakan. Maksud baik saya ini,yang
hampir membuat aku "celaka" di aikoli.

Lk jam 5.30 saya dan itang sdh mendayung menuju aikoli yang kalau di
dayung dengan cepat kan dicapai sekitar 30 menit,dan tepat dengan datang
nya tabir malam ,kami melepaskan kedua jaring apung ini;seolah menutup
mulut teluk kecil ini,dan jarak kepantai hanya lk 100 m,kedalan disini
lk 12 depa. Malam ini agak berawan ,mungkin musim hujan akan segera
tiba,sehingga kami berdua duduk di kegelapan malam sambil menanti terbit
nya rembulan yang diperkirakan lk jam 22.00. Waktu baru lk jam 19
tetapi karena saya sdh tidak melihat pelampung 2 jaring ku aku mencoba
menarik sedikit jaring karena kuatir jaring terbenam karena nyangkut
karang,tetapi pada jaring terdapat banyak sekali ikan kebung,sehingga
hampir setiap meter jaring yang saya tarik saya harus melepaskan lk
20-30 ekor ikan kembung yang tersangkut di jaring,pada hal
membuka/melepaskan ikan2 ini memakan waktu yang cukup lama sehingga
akhir nya saya memutuskan menarik saja jaring ke kano ,bersama ikan2 nya.

Jaring dan ikan sdh menumpuk diatas kano , dari haluan hingga
buritan,padahal bila jaring saja bila dirapikan cukup hanya di letakan
dihaluan kano, bahkan jaring2 + ikan ini sdh mumbul keatas kano lk 50
cm;dan sisa bersih tinggi kano hanya tinggal dua jari (lk 3 cm),padahal
jaring baru tertari ¾ nya.atau masih setengah lagi dari jaring angseng
yang belum naik ke kano. Air laut yang ikut terbawa jaring ke kano,yang
biasanya kami ciduk keluar,tidak bisa lagi kami lakukan karena tidak ada
lagi ruang utk menciduk air tsb.dan ada kano nelayan jaring yang
berdekatan yang kami minta tolong tidak dapat menolong karena dia juga
sedang mengalami hal yang sama.

Akhirnya utk menghindari kami tenggelam ,dan dengan sedikit memaksa si
itang saya minta utk merenang sambil memegang kano,agar saya dapat
menarik seluruh jaring ke kano;dengan berenang nya si Itang saya dapat
menarik sedikit demi sedikit jaring yang banyak mengandung ikan yang ter
sisa ke atas kano;walau sedikit lambat karena saya harus menyusun jaring
+ ikan yang sdh mumbul di atas kano ini. Si itang yang sdh berendam lk
15 menit ini,akhir nya minta pada saya agar dia berenang ke darat
saja,karena jarak nya hanya lk 100 m,dan juga karena biasanya dengan
kondisi banyak ikan terjaring spt ini,akan mengundang datang nya hiu,dan
aku meng iyakan. Dengan perlahan aku mengangkat semua jaring kekano
walau tinggi air bersih di haluan dari kano yang sdh nungging kedepan
ini,hanya sisa 2 cm ,karena tidak ada cara lain lagi; Sambil memikir
:wah bahaya juga nih,bagaimana kalau kano gak bisa muat seluruh jaring
????,pada si Itang sdh berada di darat dan tidak ada yang dapat
menolong. ???

Akhirnya walau semua jaring berhasil aku naikan ,dan tinggi bersih kano
tinggal satu cm,aku menarik jangkar dengan hati2 sekali,karena sedikit
saja aku kasarin,terdengan bunyi air masuk kekano,dan begitu batu
jangkar yang berat nya lk 5 kg saya naikan ke kano,terdengan air masuk
kano dengan cepat , maka untuk menghindari tenggelam nya kano aku segera
nyebur kelaut,di malam kelam dan dingin ini. Suara teriakan si Itang
dari darat yang terus menanyakan sdh selesai atau belum aku menarik
jaring nya,aku diamkan(cuekin ) saja. Dengan perasaan takut ikan hiu
yang di ceriterakan si itang tadi,aku berenang mendorong perahu ke
pantai,dan mataku terus mengamati, kilapan air laut, yang biasanya akan
tampak mengkilat/berkilau bila ada ikan besar yang naik ke permukaan.

Lebih kurang satu jam kemudian aku akhir nya sampai juga di pantai
dengan selamat; air di dalam perahu di ciduk dan kami hanya bisa
mendorong kano,tersebut kepantai wetabua,dan aku yang kedinginan hanya
berjalan di pantai dan siitang yang mendorong kano. Di pantai , ikan2 di
lepaskan,dan di tali di ekor nya.....dengan jumlah lebih dari lima ratus
tali berarti lebih dari 1000 ekor ikan kembung yang kami tangkap malam
itu,karena satu tali utk dua ikan; digantung pada dua galah bambu panjang.

Waktu sdh lk 0.0,karena bulan sdh tampak di tengah langit,aku segera
merapikan peralatan mancing ku, dan turun mancing ikan karang seperti
rencanaku semula;sangat sayang dengan umpan ikan kembung yang bagus2 ini
kalau tidak mancing. Kali ini aku hanya mancing sendiri karena tidak ada
teman nelayan ku yang mau turun mancing denganku,apalagi di tengah malam
ini,sehingga aku hanya mancing dekat pantai wetabua,sebelah kiri langgar
yang merupakan tempat favorite ku. Kedalaman laut disini lk 40
depa,walau jarak nya hanya lk 200 m dari pantai,disini dasar laut secara
umum adalah pasir lumpur,tetapi di temapat favorite ku mungkin terdapat
karang,karena sering terdengar bunyi karang dimalam hari.

Mungkin karena kelelahan menjaring tadi,ditambah dengan angin tanah yang
dingin sdh mulai bertiup sepoi,membuat kau sangat ngantuk,dan memutuskan
tuk tidur saja,setelah melepaskan kail bersarku dengan umpan kembung
utuh. Jangkar baru di turunkan ,dan aku sdh mulai rapikan papan utk
tidur,tiba2 pancingan besarku berputar kencang,walau tidak dalam jangka
waktu lama,aku segera mengambil nya ,dan menarik ikan ke atas, tidak ada
perlawanan berarti,karena hanya terasa berat seperti tersangkut sampah
besar , dan setelah di atas ,dan dengan diterangi sinar rembulan tampak
seekor kerapu besar,denagn panjang lk 80 cm ,diameter nya lk 30 cm. Saya
sangat lelah,walau sebenar nya,ingin aku membawa pulang kerapu itu saat
itu juga,tetapi karena sangat lelah maka kerapu tersebut,dengan tanpa
melepas kail nya , aku ikat dengan ujung tali jangkar melalui insang dan
mulut nya,dan membiarkan dia tetap di laut hingga esok pagi nya.

Aku langsung terlelap hingga pagi nya, dan mungkin kesiangan karena aku
baru terbangun karena matahari memanaskan wajah ku. Sdh tidak banyak
orang di pantai,hanya tinggal mado dan beberapa orang yang sedang
merapikan jaring,dengan melihat aku membawa seekor kerapu besar maka
dengan cepat dia datang dan memotong ujung ekor kerapu tsb. Utk apa
tanya ku ?? Kalau kita dapat kerapu besar maka sebaiknya sedikit di
"doakan" ujarnya !!!!!!!!! karena kemungkinan merupakan nyawa orang
,tambahnya.

Walau saya kurang sependapat ,saya tidak bertanya lagi............. dan
membiarkan dia melakukan apa yang di yakini merupakan sesuatu yang
terbaik. Mancing di lokasi ini ,akhir nya hampir setiap bulan aku
lakukan,dan jarang tanpa mengahasilkan kerapu besar,apa di sini ada
karang atau semacam tandes ???


*bersambung*

Thursday, March 24, 2011

Hari-hari seorang pemancing - oleh Kornelius Retika (HARI KE 40)

*Hari-hari seorang pemancing - oleh Kornelius Retika (HARI KE 40)*

HARI KE 40

Si hasan anak nelayan yang gagal sekolah di kupang ,karena ketidak
mampuan keuangan ortu nya,balik kealor dan bergabung dengan ayahnya utk
menjadi nelayan di alor.

Pada pertemuan di rumah mado tiga hari lalu dia menceriterakan tentang
mancing ikan hiu di kupang,dengan menggunakan darah sapi sebagai
perangsang/pemanggil hiu;dan kami sdh sepakat untuk mancing hiu bersama
di benlelang,sebelah maimol. Si Yunga yang pilek nya abadi temanku, aku
dekati, karena paman nya adalah pedagang daging sapi,dan biasanya di
sembelih di rumah pamanya itu,di Batutenata( batu=batu, tenata=
bakul/tas; batutenata= tas batu .

Saya yang ditugaskan utk mencari darah sapi,lansung mengajak yunga utk
tidur di tempatku,karena kita harus ke batutenata/tempat penjagalan jam
02 pagi. Pagi masih terasa sangat dingin di bulan sepetember ini,di
tempat penjagalan yang di terangi,oleh dua lampu petromax tampak.bapak
Lelo yang seorang pendatang dari p timor yang berbadan tinggi besar,dan
berambut merah yang keriting halus, masih duduk dibawah pohon sambil
mengisap rokok " daun koli " nya. Daun koli adalah daun lontar muda yang
peram untuk membungkus rokok,layak nya seperti daun jagung pada beberapa
desa di jawa.

Bapak lelo memang terkenal akan kekuatan nya,dan kemahiran menyembelih
sapi seorang diri; dan hari ini saya dan yunga mau menyaksikan kemahiran
nya ini. Seekor sapi jantan besar,tampak di tarik mendekat ke tempat
penyembelihan,bapak lelo nampak mengusap-usap kepala sapi dengan tangan
nya ,sambil bertanya kepada anak buah nya apakah baskom penampung darah
sdh siap ???? Setelah mendapat jawaban bahwa semua persiapan sdh
siap,maka bapak lelo mengambil sebuah pisau kecil ,yang sebelum nya
diselipkan di pinggang nya,pisau ini digigit nya.lalu kedua tangan bapak
lelo memegang keduan tanduk sapi, dan oppp...............

Sekali membanting satu tanduk sapi di tancapkan ketanah dan kaki kanan
nya menginjak bagian tubuh sapi sedangkan tangan kirinya tetap memegang
tanduk sapi tersebut; pisau kecil dengan segera di gunakan menggorok
leher sapi tersebut. Ke dua anak buah bapak lelo segera datang
membantu,ada yang menampung darah dan ada yang menarik ekor sapi jantan
yang masih berontak. Sangat cepat sekali proses ini berlangsung,dan saya
sangat kagum dengan ketrampilan bapak lelo yang agak kejam terhadap sapi
ini;setiap membunuh sapi bapak lelo selalu meminum empedu sapi
mentah,katanya untuk obat,sehingga dia tidak pernah terkena malaria yang
masih menjadi penyakit no 1 di alor.

Sebaskom darah yang kami dapat dengan gratis,karena ber KKN dengan si
yunga di biarkan sebentar agar membeku,dan setelah mengucapkan terima
kasih pada si yunga yang masih mau mengambil jeroan sapi utk sarapan
paginya,saya langsung kerumah mado. Lebih kurang jam 2.30 kami sudah
berangkat meninggalkan rumah mado diwetabua menuju Benlelang yang mana
kami perkirakan akan sampai disana dalam waktu dua jam bila berjalan
cepat. Si hasan yang bangun nya agak kesiangan segera menyiapkan "tombak
hiu";parang bergagang panjang,karena kedua alai ini akan merupakan alat
utama menaklukan hiu yang terkenal bandel bila tepancing.

Lk jam 5 pagi kami sdh siap di lokasi hiu yang diusulkan oleh mado yang
mana hanya membutuhkan 10 menit mendayung. Darah sapi yang kami bawa,sdh
dimasukan dalam karung goni,dan direndam kelaut,dan tampak melarut
secara perlahan. Pancingan yang kami gunakan adalah: kenur berupa tali
manila(pintalan semacam serat yang mirip serat daun nanas)berdiameter
sejari(lk 12 mm),leader nya berupa kawat bekas telepon engkol
berdiameter lk 3 mm,dan kail yang di gunakan adalah kail no 1(terbesar)
cap kunci. Sehingga semua alat pancing jagoan ku tidak aku bawa karena
tidak terpakai menurut jagoan hiu(hasan)

Kano yang kami gunakan adalah kano dengan panjang lk 6 m,lebar lk 65
cm,dan kano ini kami naik bertiga,tinggi bersihnya sisa lk 15 cm
,sehingga kami tidak merencanakan untuk membawa pulang hasil pancingan
melainkan dilepas lagi kelaut,setelah sirip dan ekornya di ambil.
Setelah menunggu lk dua jam baru tampak seekor hiu kecil (lk 1.2m)yang
mendekat,dan untuk memberikan contoh cara mancing nya si Hasan langsung
melempar umpan kembung dan langsung di sambut hangat oleh hiu yang telah
ter"bius" dengan darah sapi.

Tidak ada pertarungan berarti,karena ikan langsung ditarik paksa
mendekat oleh si hasan dan begitu mendekat langsung di tombak dengan
tombak yang matanya mirip pisau bermata dua tsb,dan setelah
lemas,langsung di potong sirip2 dan ekor nya,tubuh ikan dipotong menjadi
bagian2 kecil dan dikembalikan kelaut sebagai "bom";agak lebih banyak
hiu yang datang kata hasan;sebagian dari daging hiu pertama ini kami
ambil utk tambahan umpan. Setelah hiu pertama selesai "dikerjakan" sdh
tampak 5- 6 ekor hiu yang mengelilingi kano kami,dengan jarak lk 8 m,dan
dengan jelas kami dapat melihat ukuran ikan2 ini.

Dan kini giliran ku mencoba "membunuh" hiu; aku sengaja melempar umpan
ke arah hiu yang terkecil,karena diantara 5-6 ekor hiu yang tampak,ada
seekor yang cukup besar dengan panjang lk 2 m, yang membuat aku agak
ngeri juga. Hiu memang ikan "bodoh",irisan daging temanya yang aku
lempar langsung di sambar dengan lahap nya, sambil menimbulkan percikan
air laut .

Serat2 tali manila langsung terasa di kulit telapak tangan ku,walau sdh
aku tahan sekuat tenaga,ternyata ikan masih lebih kuat,dan untuk menahan
agar tali tidak terulur,tali manila nya saya rapat kan ke dinding
kano,dan cara ini tampak nya cukup berhasil,walau kano tampak sedikit
terseret. Ikan yang sdh mulai melemah dan mendekati kano,segera disambut
oleh hasan yang sekarang bertindak sebagai tukang bantai ,dan disusuli
dengan potongan golok bergagang panjang(parang panjang) yang membuat
ikan hampir putus menjadi dua bagian.

Karena telapak tangan sdh perih,maka aku hanya menarik seekor
hiu,selanjut nya aku lebih banyak bertintak sebagai tukang tombak,mado
sebagai pemancing,dan hasan tetap sebagai pembantai akhir dengan parang
panjang. Lk kurang sepuluh ekor hiu sdh kami bantai dan hiu2 ini
sepertinya terus berdatangan,laut sdh menjadi merah dengan darah
hiu,kano sdh menjadi bau amis darah hiu,dan tumpukan sirip hiu ini
membuat aku sampai muntah2,pada hal laut sangat tenang.

Aku yang terus ngomel utk minta pulang saja karena kepala ku menjadi
sangat pusing dan terus muntah karena amis nya darah hiu ini,si mado,dan
hasan tampak nya agak sedikit terganggu dengan "rengekan" ku, dan tampa
bantuan ku bereka tampak sedikit sulit menaklukan hiu dengan cepat; maka
dengan naiknya hiu yang berukuran besar yang kami lihat tadi kami
memutuskan utk pulang, dan daging hiu besar dan teakhir ini kami seret
kepantai. Beberapa ekor hiu tampak masih tetap mengikuti kano kami
kepantai walau darah sapi yang didalam karung sdh kami buang kelaut.

Aku tidur beberapa jam dibawah pohon di tepi pantai untuk menyegarkan
pernfasanku;aku dan hasan yang akhir nya pulang ke kalabahi,untuk
mengajak si bapang dan Itang utk ke benlelang membantu membawa pulang
sirip hiu;sedangkan si mado menunggu di benlelang sambil menjemur ekor 2
hiu tsb di hamaparan batu pantai yang hangat.

Hanya sekali aku memancing hiu ini dengan perangsang darah sapi
ini,walau sering diajak oleh teman2 nelayan ku,aku memilih tidak
ikut,karena mendapat ancaman dari kakak sulungku, cara itu berbahaya,dan
surat ijin mancing ku mau di cabut.

Walau hiu merupakan ikan yang cukup buas , tetapi membunuh hiu dengan
cara ini rasanya agak sadislah .


*bersambung*