Thursday, August 30, 2012

Wednesday, August 29, 2012

pb yo sama ama palung.. kalau pas oksigen berkurang pasti kayak gini..

Nek ra wani....qciiiirrrr

From: A.Syauqi Yahya

Presiden Ajak Dialog Pengkritiknya

JAKARTA ­

http://epaper.korantempo.com/KT/KT/2011/01/16/ArticleHtmls/16_01_2011_004_004.shtml?Mode=1

Tudingan melakukan 18 kebohongan, yang dilontarkan sejumlah tokoh masyarakat dan agama, membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terusik.

Istana Negara, seperti disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparingga dalam diskusi di Jakarta kemarin, berencana melakukan dialog langsung dengan para tokoh itu. Waktunya belum ditentukan.

Tudingan ihwal kebohongan itu mencuat saat tokoh lintas agama dan aktivis masyarakat sipil bertemu di gedung Pengurus Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Rabu lalu. Tokoh agama yang datang, antara lain, Syafii Ma'arif, Salahuddin Wahid, I Nyoman Udayana Sangging, Franz Magnis-Suseno, dan Romo Benny Susetyo.

Sikap para tokoh itu ditu

angkan dalam pernyataan sikap berjudul "Pencanangan Tahun Perlawanan terhadap Kebohongan: Pengkhianatan Harus Segera Dihentikan". Salah satu hal yang disebut sebagai kebohongan adalah angka pertumbuhan ekonomi. Sebab, saat ini orang miskin mudah dilihat di mana-mana dan rakyat kecil tidak merasakan keadilan dari pertumbuhan ekonomi yang diklaim pemerintah itu.

Menurut Daniel, tudingan berbohong itu tak bisa dianggap remeh."Implikasinya pada integritas Presiden," ujarnya. Ia menyamakan tudingan ini dengan tuduhan publik Amerika terhadap Presiden Richard Nixon setelah mencuatnya skandal Watergate. Nixon, yang akhirnya mundur, dikarikaturkan dengan ilustrasi Pinokio di sampul depan

--

“Triune Brain”: Brain Story 12

From: hernowo hasim

"Triune Brain": Brain Story 12
Oleh Hernowo

Paul MacLean, penggagas "triune brain"

"Molekul-molekul emosi juga menjalankan setiap sistem di dalam tubuh."
--CANDACE B. PERT, Molecules of Emotion: Why You Feel The Way You Feel

Paul D. MacLean (1 Mei 1913-26 Desember 1997) dikenal sebagai neurolog andal. Dia disebut-sebut juga sebagai pendukung "microgenesis"—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa struktur otak manusia itu berevolusi sesuai zaman. Karya terkenalnya yang terbit pada 1990 adalah The Triune Brain in Evolution. Menurutnya, otak manusia terdiri atas tiga bagian—oleh sebab itu dia menyebutnya sebagai "triune brain"—yang setiap otak itu berkembang pada waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi manusia. "Triune brain" itu adalah (1) batang otak atau "otak reptil", (2) sistem limbik atau "otak mamalia", dan (3) neokorteks atau saya menyebutnya sebagai "otak bahasa".

Kedua jenis otak yang pertama dimiliki oleh hewan, sementara neokorteks hanya dimiliki manusia dan otak ketiga inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Neokorteks berada persis di atas sistem limbik. Inilah, sekali lagi, yang membuat manusia menjadi spesies yang unik. Neokorteks adalah juga tempat bersemayamnya kecerdasan Anda. Otak inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, dan sensasi tubuh Anda. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir secara intelektual, pembuatan keputusan, perilaku waras, bahasa, kendali motorik sadar, dan ideasi (penciptaan gagasan) nonverbal.

Di bawah neokorteks ada otak tengah yang berisi "sitem limbik" yang pada tahun 1990-an dipopulerkan oleh Daniel Goleman dengan merujuk ke sebuah jenis kecerdasan-baru. Namanya "emotional intelligence". Menurut Goleman, di otak tengah inilah bersemayam kecerdasan emosi (EQ) yang kemudian ditandingkan dengan kecerdasan rasional (IQ). Otak tengah ini menyimpan juga perasaan, pengalaman, memori, dan kemampuan belajar Anda. Ini adalah bagian otak yang diprogram untuk memerintahkan seorang bayi—atau seekor anak domba atau anjing—secara naluriah untuk menyusu kepada ibunya segera setelah lahir. Otak ini memang dimiliki oleh hewan mamalia. Dan, janga lupa, sistem di otak tengah ini juga mengendalikan bioritme Anda, seperti pola tidur, rasa haus, tekanan darah, detak jantung, gairah sesksual, temperatur dan kimia tubuh, metabolisme, serta sistem kekebalan.

Otak paling tua berada di batang otak, di bawah otak tengah, yang disebut sebagai "otak reptil" karena memamg dimiliki oleh kadal, buaya, dan burung. Di otak inilah bersemayam insting untuk mempertahankan hidup dan dorongan untuk mengembangkan spesies. Perhatiannya adalah pada makanan, tempat tingggal, reproduksi, dan perlindungan wilayah. Ketika Anda merasa tidak aman, otak ini spontan bangkit dan bersiaga atau melarikan diri dari bahaya. Inilah yang disebut reaksi "hadapi atau lari" yang sangat terkenal itu. Dalam beberapa hal, otak ini sangat bermanfaat bagi manusia karena dapat melindungi manusia dari marabahaya secara refleks. Sayangnya, jika fungsi otak ini dominan, manusia tak dapat berpikir di tingkat yang lebih tinggi.

Menarik sekali untuk melihat mekanisme bekerjanya ketiga otak ini. Kendalinya ternyata ada di otak tengah atau di "sistem limbik" yang terkait dengan emosi. Apabila Anda sedang dilanda emosi negatif—Anda marah, kesal, dan sebal—kegiatan pemikiran Anda pun akan turun ke bawah ke "otak reptil". Akibatnya, Anda tidak dapat berpikir jernih. Ketika Anda diliputi emosi negatif, Anda kemudian akan berperilaku bak binatang. Bayangkan pula jika Anda sedang menulis tetapi yang Anda akan tulis tidak Anda sukai. Anda akan diliputi oleh emosi negatif dan Anda pun menjalani kegiatan menulis dengan perasaan yang tersiksa. Hasilnya sudah sangat jelas: buruk. Ini dikarenakan Anda menulis dengan otak kadal!

Sebaliknya, apabila Anda berhasil mengubah emosi negatif menjadi emosi positif—Anda gembira, bersemangat, dan bergairah—apa pun yang Anda lakukan akan dibantu dengan pemikiran otak yang paling tinggi, yaitu "otak bahasa". Bahkan bukan hanya itu yang Anda akan peroleh. Ronald Kotulak—penulis sains yang pernah meraih penghargaan Pulitzer—menunjukkan bahwa ketika secara emosional Anda sedang "bersemangat", otak Anda akan melepaskan endorfin—bahan kimia yang mirip morfin. Ini pada gilirannya akan memicu asetilkolin, "neurotransmitter" vital yang meminta memori baru untuk ditanam di berbagai bagian otak. Menurutnya, asetilkolin ini bagaikan "minyak yang membuat mesin memori berfungsi; dan jika mengering, mesin (otak) akan membeku".[]

Tuesday, August 28, 2012

Akhirnya mas ToH ikut turun...(y) (y) (y).jpg


Ini yg narsis megal-megol dik CCM
Qkqkkqkq/th'73

Snap dari mana 'n dimana ?

From: <nurhadi_amiyanto@yahoo.com>

Dr mana 'n dimana ?

Sunday, August 26, 2012

Masih soal eyel2an BBM


From: "Djulianto Rochadi" <djul_adi55@yahoo.co.id>

Kebohongan di Siang Bolong
By admin
Dipublikasikan pada Minggu, 25 Maret 2012 | 23:31
Oleh: Lathifah Musa
Foto dari: www.solopos.com
Bohong Di Siang Bolong. Istilah yang dipopulerkan oleh Pak Kwik Kian Gie ini memang sangat tepat untuk menggambarkan wajah pemerintah dan mayoritas wakil rakyat saat ini.
Konon, katanya pemerintah tak sudi dikatakan bohong. Apalagi yang menyangkut kepentingan rakyat. Pernyataan ini dicetuskan dengan cukup emosional oleh seorang kader Partai Demokrat bernama Ruhut Sitompul, menanggapi argumentasi Pak Kwik Kian Gie. Kepentingan rakyat dan negara adalah yang tertinggi, demikian katanya.
Begitu menggebu pembelaannya terhadap upaya pemerintah menaikkan BBM. Kira-kira sama dengan pembelaannya terhadap Nazaruddin di masa-masa awal, ketika belum terbukti sebagai koruptor kelas kakap.
Maklum, Pak Kwik menyebut paparan data-data pemerintah tentang penerimaan APBN dari minyak dan betapa tekornya anggaran begitu harga minyak dunia naik sehingga subsidi akan semakin menambah tekor lagi, sebagai kebohongan data. Dalam makalahnya, bahkan Pak Kwik menyebut Bohong Di Siang Bolong.
Coba kita pahami perhitungan ala Pemerintah berikut ini:
Pemerintah, meminta BUMN Pertamina untuk mengadakan 63 milyar liter bensin premium setiap tahunnya, yang harus dijual dengan harga Rp 4.500 per liter. Maka perolehan Pertamina atas hasil penjualan bensin premium adalah sebesar 63.000.000.000 liter x Rp 4.500 = Rp 283,5 trilyun.
Untuk menggenapi sejumlah 63 milyar liter bensin itu, Pertamina diminta membeli dari Pemerintah (hasil kilangan Pertamina sendiri) sebesar 37,7808 milyar liter dengan harga Rp 5.944/liter = Rp 224,5691 trilyun. Untuk memenuhi target 63 milyar liter bensin, Pertamina membeli dari Pasar internasional 25,2192 milyar liter dengan harga Rp 5.944/liter= Rp 149,903 trilyun.
Jumlah 63 milyar liter dengan harga Rp 5.944/liter = Rp 374,4721 trilyun.
Biaya LRT 63 milyar liter @Rp 566 = Rp 35,658 trilyun
Dengan demikian, jumlah pengeluaran Pertamina = Rp 410,13 trilyun. Bila BBM tetap dijual @ Rp 4.500, maka hasil Penjualan Pertamina 63 milyar liter = Rp 283,5 trilyun.
Jadi akhirnya kesimpulannya, Pertamina defisit/ tekor/ kekurangan uang tunai sebesar Rp 126,63 trilyun.
Pemerintah harus menambal defisit tersebut dengan membayar tunai sebesar Rp 126,63 trilyun yang katanya membuat jebolnya APBN, karena uang ini tidak dimiliki oleh Pemerintah.
Hitung-hitungan ala pemerintah ini memang menutupi sebuah fakta bahwa rakyat adalah pemilik minyak, dan Indonesia masih memiliki tambang minyak. Dengan berpikir sederhana, ala Ibu Rumah Tangga, saya pun bisa memahami fakta kebohongan ini. Karena pemerintah hanya menonjolkan tekornya Pertamina sebesar Rp 126,63 trilyun yang harus ditomboki oleh Pemerintah. Padahal yang pasti akhirnya rakyat juga yang menomboki.
Bayangkan, minyak dari bumi Indonesia, tetapi rakyat Indonesia harus membelinya dengan harga yang sama dengan seperti yang tidak punya minyak. Lantas, kemana hasil penjualan minyak yang 37,7808 milyar liter itu? Belum lagi soal kenyataan bahwa pertamina hanya mengelola 10% dari total kilang minyak di Indonesia. Lebihnya, sebanyak 90% diserahkan pengelolaannya kepada asing.
Dan sekarang, taruhlah kita terpaksa membelinya dengan harga Rp 4.500. Itu pun sebetulnya pemerintah masih untung. Karena bila BBM tetap dijual @ Rp 4.500, maka hasil Penjualan Pertamina 63 milyar liter = Rp 283,5 trilyun. Dan ini masih cukup bagi Pertamina untuk mengimpor minyak dari pasar internasional sejumlah 25,2192 milyar liter tadi dengan harga internasional. Bahkan penjualan kepada rakyat ini masih untung. Hanya untungnya tidak "sebuanyak" kalau dijual dengan harga internasional.
Kelebihan ini juga disepakati oleh Anggito Abimanyu, Tim dari UGM yang mengkaji kebijakan pemerintah menaikkan BBM. Tapi Anggito memandang, problem dari pemerintah sebenarnya adalah defisit anggaran, yang harus ditutupi dari pencabutan subsidi.
Subsidi, lagi-lagi subsidi! Padahal sesungguhnya kebohongan itu ada pada istilah subsidi. Rakyatlah yang menyubsidi pemerintah yang saat ini korup dan berfoya-foya. Lihat saja wacana gedung mewah DPR, harga fantastis ruang rapat banggar, plesiran ke luar negeri, pembelian pesawat kepresidenan dan berbagai pengeluaran konsumtif lainnya. Rakyat jugakah yang harus menyubsidi "keuntungan besar" bagi pertamina?
Yah, kebohongan di siang bolong sepertinya telah mendarah daging. Rakyat biasa seperti saya pun mampu membacanya secara kasat mata dari wajah-wajah pemerintah dan anggota dewan saat ini.
Sebentar lagi satu April 2012. Kira-kira apa April Mop yang disuguhkan oleh pemerintah kepada rakyatnya? Entahlah. Tradisi April Mop, bukan tradisi umat Islam. Dan biasanya itu juga bukan situasi yang menyenangkan.

--

Saatnya WNI Etnis Tionghoa Memberi Bukti

http://politik.kompasiana.com/2012/01/24/saatnya-wni-keturunan-tionghoa-memberi-bukti/

Hampir semua angkatan sekitar tahun 1960-an sampai dengan 1990-an WNI
Keturunan Tionghoa di Indonesia saat ini sama sekali tidak bisa
berbahasa Tionghoa. Ini adalah sedikit dari dampak kebijakan
pemerintahaan rezim Soeharto yang sangat rasialis, yang berupaya
memusnahkan budaya Tionghoa dari muka bumi Nusantara dengan berbagai
macam produk peraturan yang dibuatnya.
Dengan alasan untuk membendung arus komunisme pasca penumpasan PKI
dengan G30S-nya, Soeharto yang mengkudeta Soekarno dengan cara tak
langsung itu mulai menerapkan banyak peraturan yang isinya melarang
semua budaya yang berasal dari Tiongkok. Termasuk agama, bahasa, huruf
dan adat-istiadatnya. Sasarannya adalah semua orang Tionghoa di
Indonesia tanpa kecuali. Seolah-olah semua Tionghoa itu identik dengan
komunis atau berpotensi besar sebagai pembawa ajaran komunis. Padahal
fakta berbicara lain, bahwa sebagian besar WNI Tionghoa adalah pedagang. Sedangkan komunisme tidak menolerir perdagangan yang memperkaya
individu-individunya. Juga fakta bahwa banyak WNI Tionghoa yang
beragama, baik itu Kristen, Kong Hu Cu, Budha, maupun Islam.
Begitu phobia-nya Soeharto, atau begitu antinya dia terhadap semua hal
yang bernuansa Tionghoa, sampai-sampai agama Kong Hu Cu pun digolongkan
sebagai ajaran yang tidak diakui dan gerak-geriknya diawasi negara.
Dampaknya hak asasi umat Kong Hu Cu untuk menikah dan dicatat dalam
dokumen negara dicabut.
Ironisnya hal tersebut terus berlangsung sampai 3 dasawarsa kemudian,
ketika ajaran komunis sudah tidak laku lagi di dunia, bahkan termasuk di negara-negara asalnya seperti Rusia dan RRT. Kebijakan pemerintah rezim Soeharto yang antisemua yang berunsur Tionghoa – kecuali uangnya itu –
baru berakhir ketika Soeharto berhasil dipaksa turun dari tahtanya, dan
dimulainya era reformasi.
Diawali dengan kebijakan yang dilakukan oleh Presiden Abdurrachman Wahid (Gus Dur) yang mencabut semua peraturan pemerintah yang melarang dan
atau membatasi pengekspresian budaya dan adat-istiadat Tionghoa,
mengakui eksistensi agama Kong Hu Cu, menyatakan Imlek sebagai hari
libur fakulatif (1999), yang kemudian diikuti oleh Presiden Megawati
yang meneruskan kebijakan Gus Dur tersebut, dan menyatakan Imlek sebagai hari libur resmi nasional (2003).
Dalam sejarah dunia, hanya Indonesia sajalah satu-satunya negara yang
secara formal sistematis melalui peraturan-peraturan negara yang resmi
melarang suatu budaya dan agama mengekspresikan dirinya secara bebas.
Sedemikian ketat dan kerasnya sampai mempersamakan pelanggaran dari
larangan tersebut sama dengan tindak pidana kejahatan terhadap negara.
Yang ditugaskan untuk mengawasi dan menjalankan peraturan-peratus
rasialis tersebut bukan lagi polisi, tetapi militer.
Alasan Soeharto untuk mengadakan larangan-larangan tersebut terkait
dengan upaya mencegah aliran komunisme terbukti hanyalah kamuflase dari
sikapnya yang cenderung anti-Cina. Yakni setelah lewat 3 dekade, ketika
komunisme hampir punah dari muka bumi, bahkan sampai Indonesia kembali
menjalin hubungan diplomatiknya dengan RRT pada 8 Agustus 1990, semua
peraturan tersebut tidak pernah ditinjau ulang apalagi dicabut, sampai
pada waktu kekuasaannya diakhiri dengan paksa pada Mei 1998.
Kita masih ingat bahwa pada masa-masa itulah, antara lain dalam formulir keimigrasian yang harus diisi bagi setiap orang yang hendak masuk ke
negara Indonesia dari luar negeri harus memperhatikan tentang
barang-barang yang dilarang masuk. Dalam daftar tersebut terdapat
barang-barang yang memang lazim dilarang di setiap negara, antara lain
senjata api, bahan peledak, dan narkoba. Hanya di Indonesia, waktu itu,
adalagi tambahan yang di mana pun di dunia ini tidak ada, yakni semua
macam bentuk aksara dan bahasa Cina, baik dalam bentuk tulisan, suara,
maupun video. Jadi, seolah-olah aksara Cina, dan sejenisnya itu
segolongan dengan barang-barang haram semacam narkoba itu.
Mulai April 1966 semua sekolah-sekolah yang mengajar bahasa Tionghoa
yang berjumlah sekitar 629 buah ditutup paksa dengan menelantarkan
272.782 murid dan 6.478 gurunya.
Menindaklanjuti perintah Presiden Soeharto, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan lewat keputusannya tertanggal 6 Juli 1966, melarang
sekolah-sekolah swasta menerima murid-murid eks-sekolah Tionghoa ,
sedangkan sekolah negeri hanya diperkenankan menerima kurang dari lima
persen dari jumlah muridnya (Tionghoa dalam Pusaran Politik, Benny G.
Setiono, Transmedia Pustaka, 2003) .
Melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, tanggal 6 Desember
1967,  tentang Agama, Kepercayaan dan Adat-Istiadat Cina, pemerintah RI
melarang semua bentuk upacara agama, kepercayaan dan istiadat budaya
Cina dilakukan secara terbuka. Perayaan tersebut hanya boleh dilakukan
dalam lingklungan keluarga secara terbatas dan diawasi secara ketat.
Sejak saat itulah perayaan Tahun Baru Imlek berikut semua perayaan dan 
hari-hari raya yang berkaitan dengannya dinyatakan terlarang. Tarian
naga (liong), barongsai, Cap Go Meh, dan lain-lain tiba-tiba berubah
menjadi tindakan kejahatan yang bisa membuat yang nekad merayakannya
bisa berurusan dengan militer dan intel negara.
Supaya pelarangan tersebut bisa benar-benar efektif, pemerintah juga
menerbit beberapa peraturan lainnya, seperti Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 4555.2-360 Tahun 1968 tentang Penataan Kelenteng, dan Surat Edaran Menteri Penerangan Nomor 02./SE/Ditjen/PPG/K1968 yang melarang
penerbitan dan percetakan tulisan/iklan beraksara dan berbahasa Cina.
Pemerintahan Soeharto juga mengeluarkan peraturan yang mendorong semua
WNI Keturunan Cina untuk tidak menggunakan nama Cina-nya, dengan
menggantikannya dengan nama lain (Barat, Jawa, dan sejenisnya). Di masa
inilah kemudian diberlakukan kewajiban semua WNI Tionghoa harus memiliki SBKRI sekalipun keluarganya  telah turun-temurun adalah WNI, sudah
punya Akta Kelahiran WNI dan KTP WNI.
Begitu alerginya atau phobianya Soeharto dengan semua yang berbau
Tionghoa, sampai-sampai penyebutan nama Tionghoa (untuk WNI keturunan
Tionghoa) dan Republik Rakyat Tiongkok (sebutan untuk negara Tiongkok)
pun dirasakan perlu harus diubah dan diatur dengan peraturan khusus
untuk diubah menjadi Cina dan Republik Rakyat Cina.
Ironisnya di dalam UUD 1945 sebutan yang dipakai justru adalah
"Tionghoa", bukan Cina. Koran berbahasa Tionghoa, Sin Po adalah koran
pertama yang mengganti sebutan "Hindia Belanda" dengan nama "Indonesia", dan juga adalah koran pertama yang memuat teks lagu "Indonesia Raya"
ciptaan W.R. Soepratman, pada November 1928. Sin Po berganti nama
menjadi Warta Bhakti, kemudian berakhir tragis selamanya karena dibredel Soeharto pada 1965 pasca G30S/PKI.
Agar orang-orang keturunan Tionghoa benar-benar dapat diawasi secara
efektif dan ada dasar hukumnya untuk itu dikeluarkan Instruksi Presidium Kabinet RI Nomor 37/U/IN/6/1967 untuk membentuk sebuah badan inteljen
khusus dengan nama Badan Koordinasi Masalah Cina (BKMC). Dengan demikian secara langsung, maupun tak langsung Soeharto menganggap WNI keturunan
Tionghoa itu bukan bagian dari bangsa dan negara seutuhnya, tetapi
adalah bagian dari masalah bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu
diperoleh pembenaran untuk mengatur mereka secara diskriminatif.
Inteljen negara pun segera bekerja dengan menciptakan stigma dan
sterotip negatif terhadap etnis Tionghoa sebagai komunitas yang
anasionalis, eksklusifisme, "binatang ekonomi", dan lain-lain
sejenisnya. Sehingga setiap saat jika diperlukan dapat dilakukan
rekayasa atau memanfaatkan suatu konflik antarindividu yang salah
satunya beretnis Tionghoa untuk memicukan kerusuhan anti-Cina yang luas, anarkis, dan destruktif.
Fenomena ini sengaja dipelihara, agar semakin mengkristalnya suatu
stigma negatif terhadap etnis Tionghoa. Dengan demikian etnis ini selalu bisa dijadikan tumbal politik setiap kali pemerintah membutuhkannya.
Ketika pemerintah gagal dalam menjalankan suatu kebijakan (ekonomi),
misalnya harga barang-barang kebutuhan pokok yang naik, maka yang selalu dipersalahkan adalah etnis ini. Agar rakyat dapat menumpahkan
kemarahannya bukan kepada pemerintah, tetapi terhadap etnis Tionghoa.
Sepanjang pemerintahan rezim Soeharto ini nyaris hampir setiap tahun ada saja kerusuhan-kerusuhan anti-Cina, yang berupa penjarahan, perusakan
dan pembakaran properti-properti milik etnis Tionghoa. Dengan
terciptanya fenomena demikian, maka rezim Soeharto menciptakan juga
suatu persepsi bahwa kehadiran militer di masyarakat sipil terus
diperlukan, dan sebagai

Thursday, August 23, 2012

Kali bening

Di mana ??

Bedek di mana ?

--

Bobok

Ala kulli hal ,........

From: A.Syauqi Yahya

Senin, 17/01/2011 08:24 WIB
Anatomi Kekuasaan SBY 
Rijalul Imam - detikNews

Jakarta - Hakikatnya pemerintahan SBY terlahir dari rahim reformasi. Partai Demokrat (PD) yang dinakhkodai SBY juga bukan partai masa lalu bentukan era Orde Baru, kendati personelnya banyak juga lompatan dari partai pra reformasi.

Pemerintahan SBY terdiri dari berbagai kelompok kepentingan yang berkomitmen melakukan perubahan. Kemenangan PD sangat fenomenal semula sekitar 7,45% di tahun 2004. Tapi di tahun 2009 melakukan lompatan besar mencapai perolehan dukungan tiga kali lipat suara hingga bisa mengalahkan seniornya, Partai Golkar & PDIP sekitar 20%.

Rahasia kemenanganya ditopang oleh tiga hal, yakni image (politik citra), uang (money politic), dan intelijen yang tersebar rapi dari pusat hingga daerah. Di samping itu dukungan yang meningkat juga adalah berkat kerja seriusnya dalam pengambilan keputusan berbasis data riset yang di-update secara intensif. Sehingga ketika ada kebijakan yang membuat rating dukungan terhadap SBY menurun segera dibuatkan kebijakan yang menaikkan rating SBY jelang-jelang pemilu.

Namun patut disayangkan, kekuasan SBY ditopang oleh pengusaha hitam dan birokrasi yang korup. Terbukti berbagai kasus korupsi di tubuh para penegak hukum dan pengusaha kakap kebal hukum, dan SBY kerap menghindari dan tidak mengomandoi secara langsung pemberantasan korupsi, alih-alih KPK dikorbankan.

Kekuasan SBY di-back up setgab sebagai pelembagaan partai koalisi pemerintah. Setgab dikomandoi Golkar, sebuah partai yang notabene tidak bisa hidup di luar kekuasaan. Dan, di tubuh Golkar sendiri banyak dikendalikan oleh para politisi pedagang yang tidak ideologis. Di Golkar tidak ada cerita tentang ideologi —atau bahkan 'idealisme'. Ideologi Golkar adalah pragmatisme.

Menariknya, PD lebih mesra dengan Golkar ketimbang dengan PAN, PPP, PKB dan PKS yang lebih dahulu berkoalisi. PAN, PPP, PKB dan PKS dinilai idiologis karenanya kerap tampak tidak bisa mesra, bahkan akhir-akhir ini para petinggi PD getol mewacanakan penyingkiran PKS. Sebagai antisipasi, PAN aktif bangun wacana konfederasi dengan parpol-parpol kecil. Adapun PPP dan PKB nothing to lose.

Setgab (Sekretariat Gabungan) dalam perjalanannya menjerat satu sama lain di antara parpol koalisi. SBY dijerat problem Centurygate. Golkar sendiri dijerat oleh kasus pajak Bakrie Groups, dan lain-lain. Akibatnya banyak keputusan yang finalnya di gedung DPR-MPR RI dikompromikan di Setgab. Inilah awal dari kepincangan transisi demokrasi di era SBY jilid kedua.

Pemegang saham terbesar PD adalah SBY. Karena SBY telah berkuasa dua kali, PD sepertinya kesulitan mencari figur sekuat SBY pasca 2 periode berkuasa mendatang. Test case berkali-kali dilakukan dengan melempar isu, semisal SBY diperpanjang 3 periode melalui amandemen kelima UUD 1945. Atau melempar wacana Ani Yudhoyono sebagai capres di 2014.

SBY kesulitan mempertahankan kebersinambungan kekuasan, bahkan bisa jadi akan dihinggap penyakit post power sindrome secara kolektif, sebab tanda-tanda ke arah itu mulai tampak, semisal melibatkan keluarga beramai-ramai, anak dan istri, dalam kekuasan. Semua turun gunung, tapi serba tampak dipaksakan.

Hal ini menimbulkan kecurigaan, sepertinya SBY tidak rela tampuk kekuasan bergeser ke Anas Urbaningrum yang memenangi kompetisi pemilihan ketua umum partai terbesar di Indonesia. Kemenangan Anas diwaspadai SBY karena dia didukung oleh HMI connection. Bila Anas diberi kewenangan yang luas di PD, maka Anas bisa jadi ancaman yang akan mengakhiri Dinasti SBY.

Efek politik citra di tengah-tengah kesenjangan kesejahteraan ekonomi di gress root berdampak pada terbentuknya masyarakat yang pragmatis dan apatis. Pragmatisme masyarakat kentara terlihat dalam pilkada dan pilgub, pemilih lebih realitis untuk memilih calon berduit daripada calon idealis tak berduit. Citra positif yang dipaksakan menjadi tuntutan dan dakwaan pada calon untuk siap membayar suara mereka.

Akibatnya banyak pengaduan pilkada dan pilgub yang sedikit banyak karena efek siraman uang panas. Bila hal ini dibiarkan, maka demokrasi semakin mahal dan merugi. Mahal, tidak saja pada fase berlangsungnya kampanye tapi juga para bupati, walikota, dan gubernur yang terpilih dijebloskan ke penjara akibat korupsi. Pilkada yang semula sebagai medium pesta rakyat telah memakan uang banyak itu berubah menikam rakyat sendiri. Orang yang dipilih rakyat dijebloskan ke penjara.

Adapun kelompok apatis tidak terlalu peduli dengan pemilu. Mereka kritis dan karenanya tidak mau menyumbangkan suara sama sekali pada salah satu kandidat. Jumlah mereka juga cukup fantastis bisa mencapai separoh dari calon pemilih, karena itu wajar jika berdampak pada kurang legitimate-nya pilkada, pilgub, dan pemilu.

'Ala kulli hal, SBY kendati di luar negeri dipuja-puji, tapi integritasnya patut dipertanyakan. Indonesia dibombardir oleh barang-barang China, AS dan Jepang tanpa proteksi pelaku usaha lokal secara signifikan. Ekspor bahan mentah kerap sekali gencar ketimbang ekspor hasil industri. Perlindungan pulau-pulau terluar lembek disikapi. Kasus-kasus penganiayaan TKI dan TKW di luar negeri tanpa solusi tegas.

Pengerukan tambang, batubara, minyak bumi, eksplorasi emas, nikel, tembaga dan lain-lain diberikan keleluasaan tanpa renegosiasi kontrak yang menguntungkan bangsa sendiri. Kendati begitu SBY tampaknya puas dengan gelar-gelar 'kesetaraan Indonesia-Amerika Serikat' dengan kehadiran Obama di tanah air, tanpa dibarengi dengan tindakan nyata yang menegaskan kedaulatan bangsa yang saat ini terpuruk akibat terhegemoni oleh kapitalisme global.

*) Rijalul Imam adalah Ketua Umum PP KAMMI.
 
(vit/vit)

http://www.detiknews.com/read/2011/01/17/082402/1547921/103/anatomi-kekuasaan-sby
--

Wednesday, August 22, 2012

Tuesday, August 21, 2012

terjadi di sawangan mgl, jalan dan jembatan ilang.jpg

From: fuznaku

Kiriman dari mbak Iin di group BBM GHS'87

Sent from my BlackBerryŽ smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

--

Serasi...


From: <wahid.suharto@gmail.com>

Hmmmm........

Unforgettable Father

From: A.Syauqi Yahya

Re posting atas permintaan mBak Titik emprit yg kehilangan file postingan ini..../kung

Unforgettable Father

 

Disuatu sore bulan Oktober tiga puluh tahun yang lalu bapaku meninggal dunia

di rumah sakit tentara kota Banjarmasin. Kami, keluarga memutuskan untuk

memakamkan jenazah di Magelang, maka keesokan harinya kami bawa jenazah

bapak dengan pesawat Garuda.

Dalam perjalanan didalam pesawat, aku mengambil buku Reader Digest yg kubeli

di bandara Kemayoran ketika menuju banjarmasin dua hari sebelumnya, buku asal

aku buka dan terpampang sebuah judul....unforgettable father.Tulisan itu tidak kubaca

karena kupikir hanya akan menambah kesedihanku, aku coba baca tulisan yang lain

namun tak nyanthel karena kehilangan konsentrasi maka buku itu kusimpan lagi.

Hatiku agak tersentak memikirkan bahwa aku duduk di seat ini sedangkan jenazah

bapak didalam peti dan diletakkan di kargo barang bersama barang2 penumpang.

Kemudian anganku melayang jauh kebelakang mengenang banyak hal tentang alamarhum,

mengenang bagaimana beliau membekali kami anak2 nya menembus cakrawala dunia,

mengenang pembelajaran keagamaan dari beliau dengan cara menelusuri sejarah ,mengenang

joke 2 dan canda dan juga diskusi 2 yang kami lakukan, mengenang suara merdunya kalau

menyanyi dan suara melankolisnya kalau membaca Al Qur'an

Walau sekarang umurku sudah setua ini namun kenangan terhadap bapak masih selalu

melekat dan kadang masih terbersit sebuah kerinduan.

 

Tiba tiba terdengar suara roda pesawat dan tak lama kemudian pesawat mendarat

di bandara Surabaya.

 

Majalah Reader Digest itu entah hilang kemana dan arikel itu sampai saat ini tidak pernah

aku baca : unforgettable father

 

Kung

 

Coretan ini terinspirasi oleh Tik Emprit yg selalu mengenang dan merindukan

bapaknya......Pak Hartannto

--

Roti maryam

lebih politik dari ketua partai politik

From: A.Syauqi Yahya

Din Syamsudin and The "Gang"
OPINI
Ali Sintang
10 January 2011 | 17:59
.

Bukan kali ini saja Din Syamsudin menafikan apa yang dilakukan pemerintah. Kita sudah berulang kali menyaksikan Din Syamsudin dan teman-temannya mengecam pencapaian pemerintahan SBY. Sepertinya tidak ada kebaikan yang dilakukan pemerintah. Dengan menggunakan Kantor Pusat PP Muhammadiyah sebagai basis, Din dan teman-temannya tanpa henti selalu menyuarakan ketidak mampuan pemerintah mengelola Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan kini Din Syamsudin and the Gang meminta pemerintah untuk menghentikan" kebohongan ".

Statemen yang dikeluarkan Din Syamsudin cs yang mengatakan pemerintah melakukan banyak kebohongan publik rasa-rasanya perlu dipertanyakan apakah ini berdasar fakta atau sekedar ilusi dari Din dan teman2nya saja. Sejatianya kita harus mengakui bahwa pemerintah telah bekerja keras dan memperoleh beberapa keberhasilan, disamping juga masih banyak yang perlu dilakukan untuk Indonesia yang lebih baik, lebih adil dan lebih sejahtera.
Mengherankan juga Ketua Umum PP Muhammadiyah bertindak dan berbicara lebih politik dari Ketua Partai Politik. Ataukah memang Muhammadiyah akan mereformasi diri menjadi PARTAI MUHAMMADIYAH.
Satu hal, kalau Din Syamsudin merasa mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam mengelola negara tercinta ini, sebaiknya ikut PILPRES, sehingga kita akan dapat melihat apakah Din Syamsudin diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia ataukah hanya "dituakan" oleh teman-temannya saja.

Mudah2an saja suara Din Syamsudin adalah suara pribadi semata, bukan merupakan suara organisasi Muhammadiyah secara keseluruhan.

Tags:

http://politik.kompasiana.com/2011/01/10/din-syamsudin-and-the-gang/-12
--

ADR dan anaknya...

From: Agus Dwi Rahardjo

kung,

si ragil sekarang sedang ulangan umum...
klas 1 smp...

kejadian patah tulang kering, dialami ragil setelah idul adha th yll...
kemudian dipasang pen untuk menunjang tulang yang patah, di rs kustati solo...

setelah beberapa kali kontrol, dibilang bahwa sekitar oktober perlu
di-cek untuk kemungkinan pen-nya dilepas...
si bungsu 'nawar', supaya operasi lepas pen-nya tsb pas ybs libur...
dan sudah di-ok-in sama pihak rumkit...

minggu2 ini, nyonya mau ngajak rontgen...
kemudian hasilnya akan dibawa ke rumkit, untuk ndaftar minta jadwal
operasi pas liburan semesteran...

gitu, kung...
matur nuwun nggih atas atensi-nya...

Utk kungs...

From: <ertsanto@yahoo.com>

Salam utk om kung dan om Bud,
Kata calon menantu yg libur Juli  ini nggak ke Jakarta,gantian ke Mexico kerana di jkt banyak asap rokok katanya.......

Joget Mas Ketua


From: "DioN"

Boljug neh...!

Powered by Telkomsel BlackBerry® «Laras Leres Lestari»

--

Mefetz


From: "DioN"

Idrussss...!

Menjelang HBH...


From: "Agus Dwi Rahardjo"

Nongol bentar...
Baru datang dari Wonosobo...
Pulang dolo.. pakpung, ben wangi...
:)



--
Agus Dwi Rahardjo

--

Monday, August 20, 2012

Mie ongklok wonosobo

Suasana HBH 91


From: <anishariri@gmail.com>



Lumayan akeh sik teko, 30-an luwih ketoke..

Selalu...manajemen tambal sulam ........

> Penerbangan Lebih Dilindungi
----------
Kementerian Perhubungan segera menyusun regulasi baru untuk lebih melindungi konsumen jasa penerbangan. Terutama, untuk mencegah kerugian konsumen bila terjadi penutupan maskapai seperti pada penghentian sementara operasi maskapai Mandala Airlines. "Kami mulai membahas pengasuransian tanggung jawab operator. Di masa depan, bila maskapai ditutup, konsumen langsung klaim ke asuransi. Tak usah lagi menunggu kemampuan uang operator," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti, Jumat (14/1) di Jakarta. Ditambahkan Herry, asuransi dapat juga dilibatkan bila terjadi keterlambatan pesawat lebih dari enam jam sehingga kompensasinya lebih layak bagi penumpang. "Dengan dilibatkannya asuransi, tak mesti harga tiket naik, bisa margin keuntungan ditekan," ujarnya.

Dihubungi terpisah, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, harusnya dalam kasus Mandala, regulator lebih dulu memperingatkan maskapai penerbangan itu dan konsumen. "Kan dapat dilihat dari laporan keuangan Mandala," katanya. Berdasarkan Pasal 118 Ayat (1) huruf g, setiap maskapai harus menyerahkan laporan keuangan yang diaudit di tiap tahunnya. PT Mandala Airlines diwakili kuasa hukumnya dari Kantor Pengacara James Purba & Partners pun, Kamis (13/1), telah mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.Purba mengharapkan kehadiran investor baru untuk menyuntikkan dana segar. "Itu yang terbaik. Jadi Mandala dapat terbang lagi dan membayar utang. Tak perlu menutup utang, cukup mengusahakan pesawat sehingga ada pendapatan," kata Purba.

Sunday, August 19, 2012

pengetahuan pendidikan ?

From: syauqi yahya

Senin, 15/02/2010 12:53 WIB

Lody Pa'at: Sensitif, Pengetahuan Guru Soal
Pendidikan Sudah Usang


Anwar Khumaini - detikNews











Jakarta -
Empat siswa SMU 4 Tanjungpinang, Kepulauan Riau dikeluarkan sekolah
lantaran dianggap menghina guru. Sebutan perawan tua terhadap sang guru
lah yang membuat sang guru tidak mau memaafkan ulah nakal sang murid.


Aktivis Koalisi Pendidikan, Lody Pa'at menyayangkan sikap sekolah
dan sang guru yang tidak mau memaafkan kesalahan muridnya itu.


Berikut wawancara Lody Pa'at dengan detikcom via telepon, Senin
(15/2/2010):

Bagaimana tanggapan Anda soal 4 siswa SMU
di Tanjungpinang yang dikeluarkan sekolah lantaran dianggap menghina
guru?

Itu sebenarnya guyonan. Tapi menurut saya,
kalau saya baca dari berbagai media, pernyataan wakil kepala sekolah
menganggap ini melanggar aturan. Pertanyaannya, aturan siapa ini? Kalau
aturan sekolah siapa yang buat? Kalau yang membuat adalah pihak sekolah,
apakah murid terlibat dalam pembuatan aturan itu? Ini sebenarnya adalah
masalah yang kerap terjadi di seluruh sekolah, bahwa murid tidak tidak
diikutsertakan dalam pembuatan peraturan sekolah.

Kalau ini
dikatakan menyangkut masalah hukum, si murid juga harus punya hak untuk
bersuara. Ini sesuai dengan logika pendidikan bahwa Anak-anak itu harus
bersuara dan ada yang membela. Murid juga harus diikutsertakan, didengar
mengapa mereka melakukan itu. Jangan-jangan sebenarnya yang menghina
itu tidak cuma 4 orang saja, melainkan semua murid, tapi cuma 4 saja
yang berani ngomong. Kesimpulannya, apa yang dilakukan oleh sekolah,
sama sekali di luar logika pendidikan yang saya pelajari.

Bagaimana
dengan hinaan para murid yang menyebut salah satu guru sebagai perawan
tua? Apa memang mereka tidak layak dimaafkan?

Kalau
dia memang perawan tua sebenarnya nggak apa-apa, mau gimana? Itu fakta.
Kata-kata itu menyinggung memang betul. Tapi zaman saya sekolah, kuliah
dulu, juga banyak dosen yang juga perawan tua. Kalau pun mau dihukum ya
ditegur lah jangan melakukan lagi hal itu.

Sebenarnya
sederhana persoalannya. Tapi akibatnya seperti ini kan, semua orang
akhirnya tahu. Saya dan beberapa orang sudah membuat blog tentang ini.
Jadi tambah parah persoalannya.

Apakah murid yang
menghina via facebook itu cukup minta maaf untuk menyelesaikan masalah?


Nah apalagi mereka sudah minta maaf. Jadi ini kelihatan
sekali di sekolah-sekolah relasi antara guru dan murid nggak seimbang.


Sanksi yang tepat?

Ya ditegur lah. Sama
halnya ada guru yang mengatakan hal-hal yang nggak senonoh kepada
murid, kenapa juga nggak disamakan saja.

Guru harus
bagaimana agar dihormati?

Kalau yang saya amati,
memang mau tidak mau, mohon maaf, guru seperti ini, pengetahuan
pendidikannya sudah usang. Ini masih mencerminkan pendidikan zaman
penjajahan. Saya bisa memahami jika hal ini terjadi pada orang tua saya
saat mengenyam pendididik zaman penjajah. Tapi dalam suasana sekarang
tidak harus seperti itu. Harus diubah pengetahuan pendidikannya. Guru
dituntut bagaimana mengembangkan kapasitasnya untuk bisa memperbarui
pengetahuannya tentang pendidikan.

Ke depan, bagaimana
komunikasi yang baik antara guru dan murid biar hal serupa tidak
terjadi?

Saya masih menganggap ini adalah problem
pengetahuan di tingkat guru sehingga mengakibatkan cara berkomunikasi
kurang tepat. Selama ini kesetaraan antara guru dan murid tidak ada.
Sumbernya utamanya adalah pengetahuan pendidikan. Cara berkomunikasi
guru juga harus diperbaiki.

Sekolah juga harus mempunyai konsep
pengembangan, pelatihan, atau program-program yang bisa menjadikan para
guru dan murid memiliki kesetaraan, saling menghormati. Itu yang
sebenarnya selama ini tidak ada dalam dunia pendidikan kita.
(anw/iy)


http://www.detiknews.com/read/2010/02/15/125313/1299705/158/lody-paat-sensitif-pengetahuan-guru-soal-pendidikan-sudah-usang

pak de

from : suhardono


Iki pak de-ne bojoku, umur 85 tahun, ngrokok klobot, isih kuat munggah-mudung gunung (ya karo rokok-an).

Wah koq isa-men sehat ya?
--
tetap bersaudara selamanya

Saturday, August 18, 2012

ingkar janji, inkonsisten, atau disebut gagal sekalipun.

From: A.Syauqi Yahya

Sebut Saja Gagal, Jangan Berbohong!
Sabtu, 15 Januari 2011 | 10:19 WIB
Edityawarman/ Presidensby.info
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
TERKAIT:
Hatta: Tidak Ada Kebohongan Publik
Pemerintah Tak Terima Dituduh Berbohong
TAJUK RENCANA
Inilah 9 Kebohongan Baru Pemerintah
Ini Sembilan Kebohongan Lama Pemerintah

JAKARTA, KOMPAS.com- Staf Ahli Presiden Bidang Politik Daniel Sparinga mengatakan, tuduhan berbohong yang ditujukan kepada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merupakan hal serius yang patut ditanggapi.

Bagi pemerintah, katanya, lebih nyaman jika disebut ingkar janji, inkonsisten, atau disebut gagal sekalipun. "Apa yang disampaikan menyangkyut kredibilitas presiden, karena disebut namanya jelas, kebohongan. Karena kebohongan kan sangat serius. Richard Nixon, Presiden Amerika Serikat, yang dituduh berbohong digambarkan dalam skandal watergate, dia mundur sebelum impeachment," katanya dalam diskusi Polemik "Musim Berbohong" di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (15/1/2011) pagi ini.

Sebelumnya, para tokoh agama dan pemuda menyampaikan pernyataan terbuka mengenai 18 kebohongan pemerintah yang terdiri dari 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru. Pernyataan itu mendapat rekasi cepat dari Istana. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto menyampaikan bantahan atas kebohongan yang dituduhkan tersebut.

Terkait sebutan "berbohong" tersebut, psikolog dari politik Universitas Indonesia Handy Muluk menyampaikan, kata "bohong" memang membuat siapapun akan merasa tidak nyaman. Bahkan psikopat yang senang berbohong pun merasa demikian jika disebut berbohong.

"Ini serius, semua orang di muka bumi tidak nyaman kalau dibilang berbohong termasuk psikopat," katanya dalam diskusi itu.

Sebab, lanjut Handy, terminologi kata "berbohong" berkaitan dengan karakter pribadi seseorang. "Karena berbohong itu adalah basis integritas dan basis moralitas dari seseorang. Tuduhan daripada karakter, menyangkut karakter, menyangkut sifat," paparnya.

Akan tetapi, menurut Handy, pernyataan 18 kebohongan pemerintah yang disampaikan para tokoh agama harus dipandang dalam terminologi yang berbeda. Pernyataan tersebut, katanya, bukan ditujukan pada karakter pribadi namun pada suatu sistem yang disebut pemerintahan.

"Yang dituduh dikatergorikan kebohongan publik, berada pada tataran perilaku, termasuk gagal, juga pada tataran perilaku," imbuhnya.

Penulis: Icha Rastika   |   Editor: Marcus Suprihadi Dibaca : 7677

http://nasional.kompas.com/read/2011/01/15/10191328/Sebut.Saja.Gagal..Jangan.Berbohong-14
--

Friday, August 17, 2012

Pekalongan

Padat merayap

Thursday, August 16, 2012

Sate

'Jakarta' yang Digagas Presiden SBY

From: <suhardono@gmail.com>


Minggu, 16/01/2011 13:30 WIB

Jakarta' yang Digagas Presiden SBY

Irwan Nugroho : detikNews

Akhmaloka menjelaskan, The Greater Jakarta merupakan gagasan Presiden SBY yang berangkat dari keinginan untuk membangun Indonesia sebagai negara maju. Berbicara mengenai the new emerging country itu, istilah yang sering digunakan SBY, berarti berbicara tentang industrialisasi, pengembangan teknologi, serta inovasi.

Presiden, kata Akhmaloka, lantas menyinggung mengenai kondisi Ibu Kota Jakarta yang menjadi pusat dari segala macam aktivitas perekonomian. SBY menginginkan agar Jakarta dikembangkan lebih luas lagi dalam arti kegiatan ekonomi itu, bukan wilayah.

"Nah, jadi intinya adalah bagaimana kalau kemudian Jakarta dikembangkan jadi lebih luas dalam arti bukan wilayah, tapi dalam arti sistem perekonomian yang ada di sana, pusat-pusat industrinya, perdagangannya, diperluas," kata Akhmaloka saat dihubungi detikcom, Minggu (16/1/2011).

Menurut Akhmaloka, perluasan industri ke kota-kota di luar Jakarta akan membuat kapasitas pertumbuhan ekonomi menjadi lebih besar. Dengan cara itu, Indonesia akan mempunyai penopang untuk menuju ke the new emerging country sebagaimana negara lain seperti Brasil, India, dan China, Korea Selatan, dan Jepang.

Di negara-negara yang sudah lebih dulu berhasil tersebut, lanjut Akhmaloka, pusat pertumbuhannya diperlebar dari sekadar kawasan yang dekat dengan ibu kota. Di Seoul, Korsel, misalnya, 60 persen sumbangan ekonominya berasal dari perdagangan di bagian selatan.

The Greater Jakarta seperti gagasan Presiden, jelas Akhmaloka, juga menyangkut pemindahan pusat pemerintahan keluar dari Jakarta. SBY menyampaikan perlunya pemindahan pusat pemerintahan tersebut, namun belum menjelaskan secara detil.

"Nah, pusat pemerintahan tentu bisa di lokasi yang lain. Di banyak negara antara pusat pemerintahan dan perekonomian juga beda. Di Australia beda, Malaysia ada di Putra Jaya berbeda, kemudian Turki. Banyak yang model-modelnya seperti itu," ucap Rektor ITB 2010-2014 ini.

Apakah yakin ambisi The Greater Jakarta itu terwujud? Akhmaloka mengatakan, tergantung dari tekad bersama masyarakat. Apabila semua komponen bangsa mendukung, tidak menutup kemungkinan, gagasan itu bisa diwujudkan.

"Ya, bisa terwujud kalau semuanya bareng-bareng mewujudkan. Maju dan tidaknya Indonesia tergantung kita semua. Kalau pingin membuktikan Indonesia bisa, semua komponen bangsa semua harus men-support. Dari kami barangkali sisi teknologinya bisa kita support," tutup Akhmaloka.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana pada Jumat 14 Januari, mendesak pemerintah pusat dalam hal ini Presiden SBY, untuk memperjelas konsep The Greater Jakarta dan tidak berhenti pada wacana. Konsep itu juga harus dikomunikasikan dengan pemerintah daerah DKI Jakarta, Banten dan Jabar karena The Greater Jakarta termasuk Purwakarta, Sukabumi dan sekitarnya.

--

Wednesday, August 15, 2012

Adr

PERNIKAHAN RENI SUTIYOSO


From: Gagah Mursito Adi

Sejumlah kalangan artis hadir dalam acara resepsi pernikahan Reni Sutiyoso
yang digelar di Hotel Mulia, Jakarta Selatan Selasa (11/1). Tampak pula
Krisdayanti<http://id.omg.yahoo.com/celebrity/local/profile/196/Krisdayanti>yang
datang bersama Raul Lamos. Dalam acara tersebut penyanyi yang akrab
dipanggil KD ini menyumbangkan lagu untuk menyemarakkan resepsi tersebut.

"Tentunya menjadi satu kewajiban bagi saya yang bisa nyanyi yah, selain doa,
juga menyumbangkan lagu di sini," ujarnya.

KD yang kabarnya akan segera melangsungkan pernikahan bersama dengan Raul
ini memaparkan bahwa dia tertarik dengan konsep acara yang dikemas oleh
wedding organizer di resepsi tersebut.

"Tadi suasananya Betawi banget, kolonial, abang none," paparnya.

Apakah nantinya akan menjadi inspirasi dalam tema pestanya nanti? "Belum yah
kayaknya," ujarnya sambil tertawa yang lantas diimbuhi oleh Raul, "Insya
Allah nanti kalian akan diundang, terima kasih," tukasnya sambil berlalu
meninggalkan wartawan. (kpl/ato/faj)

--

Iwak bakar

Tuesday, August 14, 2012

kamase Wak Ndon.jpg


From: <nurhadi_amiyanto@yahoo.com>

Iki kamase Wak Ndon ! Polahe Bagus adine !
Powered by Telkomsel BlackBerry®

--

Monday, August 13, 2012

Adr

Mugi katur mas Wahid


From: "Agus Dwi Rahardjo"

Nuwun sewu, re-post...
:)

Sudah dikondisikan...
:p

--
Agus Dwi Rahardjo

--

Sunday, August 12, 2012

drunken semar, wong ndeso sampai orang kota

From: A.Syauqi Yahya

Roda Ekonomi "Semar Mendem"
Minggu, 16 Januari 2011 | 08:49 WIB
KO M P A S / P R I Y O M B O D O
Calon pembeli memilih kue yang dijual di pasar kue subuh Blok M, Jakarta Selatan, Rabu (12/1/2011). Pasar kue di pelataran Blok M Square itu dipadati pengunjung mulai pukul 03.00 hingga pukul 09.00.
TERKAIT:
Lumayan juga Jualan Kosmetik via Online
Dua Wanita Ini Akan Dirikan Maskapai
Toko Online Raup Berkah Ajang AFF
Anak Peternak Lebah yang Jadi Taipan
Jumlah Wirausaha Masih 0,18 Persen

Budi Suwarna dan Yulia Sapthiani

KOMPAS.com — Jajanan pasar, makanan yang sering dianggap "ndeso" itu, memutar roda perekonomian rakyat. Tengok saja Pasar Subuh Senen yang beromzet rata-rata Rp 1 miliar semalam. Kini, jajanan pasar bertransformasi, bergaul dalam kehidupan urban dan melenggang ke mal.

Malam kian larut. Namun, Pasar Subuh Senen tambah ramai. Pedagang dan pembeli tumplek blek di antara lapak-lapak berisi tumpukan berjenis-jenis kue di emperan dan lorong blok II, III, dan IV Pasar Senen.

Inilah "surga" bagi penggemar jajanan pasar di Jakarta. Bayangkan, hampir semua jenis kue pasar yang mungkin kita kenal ada di sini. Mulai dari lemper, klepon, cenil, bika ambon, putu mayang, bugis, talam, wajik, ongol-ongol, hingga semar mendem. Kue yang dulu tidak dijual di pasar tradisional, seperti tar, black forest, dan tiramisu, kini juga tersedia di pasar subuh.

Di sanalah Rudianto Herman (58) berjualan kue tar, bolu, dan karamel sejak 1982. Dia berjualan kue lantaran usaha konstruksinya mundur. Sejak saat itu, setiap malam hingga pagi menjelang, dia terjaga di pasar subuh. Ritme hidupnya berubah. Siang jadi malam, malam jadi siang. Itu semua dia lakoni karena usaha ini menopang ekonomi keluarga. Setiap malam, omzet penjualan kuenya rata-rata Rp 3 juta dengan keuntungan 10-20 persen. Pada akhir pekan, omzet naik dua kali lipat. "Menjelang Lebaran, omzet berlipat tiga hingga lima kali."

Dari usaha ini, dia bisa menyekolahkan tiga dari empat anaknya hingga perguruan tinggi. Dia sempat mengirim anak tertuanya kuliah di Oklahoma, Amerika Serikat. "Tapi, ketika krisis ekonomi 1998, saya tarik lagi. Dollar melambung tinggi. Saya tidak tahan," katanya.

Di sudut lain, Mamik (38) berjualan lapis legit dan roti surabaya sejak 1992. Dia berebut rezeki dengan pedagang lemper, pastel, wajik, dan sebagainya. "Alhamdulillah, dari usaha ini keluarga saya bisa hidup," ujar Mamik yang mengaku omzet penjualan kuenya rata-rata Rp 2 juta per hari.

Memasuki pasar yang ramai menjelang tetesan embun pertama turun itu, kita akan menyaksikan semangat wong cilik untuk memperjuangkan hidup. Tanpa gembar-gembor soal target pertumbuhan, pedagang kue subuh sanggup memutar roda perekonomian rakyat. Rudianto mengatakan, uang yang beredar setiap malam dari bisnis kue setidaknya Rp 1 miliar.

Perhitungannya sederhana. Di Pasar Subuh Senen, ada 300-an pedagang yang tergabung dalam Persatuan Pedagang Kue Subuh Senen (PPKSS), masing-masing beromzet Rp 3 juta. "Kami belum menghitung omzet pedagang lain yang tidak tergabung di PPKSS," ujar Rudianto, Ketua PPKSS.

Bisnis ini juga menciptakan rantai ekonomi yang panjang. Sebelum kue pasar itu sampai ke konsumen akhir, mereka "bersentuhan" dengan periuk nasi banyak orang, mulai dari kuli panggul, tukang ojek, jasa pengantar, hingga pengecer kue.

Begitulah, pasar subuh seperti lampu neon terang pada malam gelap yang mampu menarik kawanan laron untuk berkumpul. Ini tidak hanya terlihat di Pasar Subuh Senen, tetapi juga pasar subuh di kawasan Blok M. 

Transformasi "jirem"

Itu sebabnya pedagang seperti Rudianto dan Mamik tidak pernah khawatir bisnis kue pasar akan meredup. Pasalnya, kue macam ini sudah jadi santapan sehari-hari berbagai kalangan dari wong ndeso sampai orang kota. Kue pasar ada di meja makan keluarga, di tengah pesta, dan di meja rapat perusahaan besar.

Kini, setelah bergaul dengan selera urban, kue pasar mengalami transformasi. Dulu, kue dibuat dengan ukuran besar sehingga lahir istilah jirem (siji marem) di masyarakat Jawa dan jibeuh (hiji seubeuh) di masyarakat Sunda. Maksudnya sama, makan satu sudah bikin kenyang.

Sekarang, ukuran dirancang sesuai selera masyarakat urban yang serbapraktis dan tak mau repot. Kue dibikin dalam ukuran kecil agar bisa masuk ke mulut dalam sekali santap. Seturut dengan itu, pebisnis kue, terutama yang menyasar kelas menengah atas, menyematkan citra baru buat kue pasar.

Gerai Monami, misalnya, memberi label di kemasan kue pasarnya dengan tulisan "Hidangan praktis, sajian prestise". Dengan label ini, orang-orang kaya dan kosmopolit tidak perlu takut dibilang ndeso jika menyantap klepon dan talam ubi produksi Monami.

Sebagian konsumen, terutama anak muda, kemudian membuat istilah Inggris buat beberapa kue. Semar mendem, misalnya, jadi the drunken semar. Asal tahu saja, mendem dalam bahasa Jawa berarti mabuk. Serabi notosuman yang sering dijinjing penumpang pesawat sebagai oleh-oleh disebut the flying serabis.

Dengan citra barunya itulah "habitat" jajanan pasar meluas dari pasar tradisional ke gerai-gerai modern yang namanya berbau Perancis, seperti Monami atau Le Gourmet. Kue itu bahkan melenggang ke mal-mal elite dan mengilap di Jakarta, seperti Senayan City, Mal Pondok Indah II, Central Park, dan Mal Plaza Senayan. Ketika citranya bergeser, harganya pun naik. Kue bugis yang di Senen paling mahal Rp 700 per potong, di mal dijual Rp 4.500.

Bagaimana kue pasar bertahan di tengah derasnya intrusi makanan semacam burger dan kawan-kawannya?

Murdijati Gardjito, Staf Ahli Pusat Kajian Makanan Tradisional Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, mengatakan, warga kota besar, seperti Jakarta, semakin sadar untuk mengetahui riwayat makanan yang mereka makan demi alasan kesehatan. "Nah, makanan yang mereka tahu riwayat bahannya itu, ya, makanan ibu. Kalau makanan impor, mereka belum tentu tahu bahannya apa," ujarnya.

Tren ini, menurut Murdijati, juga terjadi di banyak negara sejak 10 tahun lalu. Alasannya tidak semata-mata kesehatan, tetapi juga politik. Makanan tradisional mereka jadikan alat untuk meredam serbuan fast food, si anak kandung kapitalisme global.

Kompas Cetak
Sumber :
Editor: Erlangga Djumena
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/01/16/08493311/Roda.Ekonomi.Semar.Mendem-5



KompasHealth Sehatkan Pembaca Lewat...
Wajah Baru KompasBola
Piala Thomas dan Uber
Memperkenalkan KompasKarier.com
Lipsus Wedding, A to Z soal Pernikahan
Liputan Grammy Awards 2010
» Selengkapnya  

--

Selamat jalan mas Agus...


From: "Agus Dwi Rahardjo"

Semoga khusnul khotimah...
Aamiin...

OOT...
Ini namanya sama dengan yang ngaku2 alumnus Smansa lintas angkatan berbagai jurusan...



--
Agus Dwi Rahardjo

--

Plagiat dpr

Diduga Plagiat, Politikus PKB
Akan Dilaporkan ke BK DPR
Sabtu, 14 Januari 2012 - 03:01 wib
Misbahol Munir - Okezone
Foto: (dok okezone)
enlarge this image
JAKARTA - Ketua Fraksi Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB), Marwan Jafar akan diadukan ke
Badan Kehormatan DPR RI pekan depan oleh
Jusman Dalle, penulis pertama tentang
Pengelolaan Energi Libya pasca-Qadhafi. Jusman
melaporkan Marwan atas tuduhan plagiat
tulisan.
"Saya akan segera melaporkan ke BK. Paling
cepat minggu depan," ujar Jusman saat
dihubungi wartawan, Jumat (13/1/2012).
Jusman terkejut lantaran tulisan yang pernah
dimuat di salah satu media online bulan
Oktober 2011 lalu diterbitkan Koran Tempo hari
ini dengan penulis Marwan Jafar.
"Sudah dikonfirmasi dari Koran Tempo, bahwa
itu tulisan Marwan melalui twitter. Saya
mengetahui sendiri tadi pagi, saya baca koran
Tempo, saya pikir itu tulisan saya. Saya kaget
kok namanya Marwan Jafar. Setidaknya ada 15
paragraf yang merupakan tulisan saya. Pesan
yang ingin saya sampaikan, tidak seharusnya
politisi melakukan itu. Padahal, dia orang yang
sempat saya idolai. Saya sudah koordinasi
dengan Kammi Pusat," jelasnya.
Tulisan Jusman Dalle yang merupakan Humas
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia
(KAMMI) daerah Makassar 2009/2011 diplagiat
oleh Marwan.
Beberapa tulisan Jusman yang berjudul Analis
Society Research And Humanity Developmnet
(SERUM) Institute ini sudah dipublikasikan di
beberapa forum internet pada 28 Maret 2011.
Tulisan Jusman itu berjudul Perang Ideotik
Libya.
Kutipan yang diterbitkan Koran Tempo atas
nama Marwan sama persis dengan tulisan
Jusman, salah satunya adalah tulisan berikut
ini:
"Kita bisa menyaksikan buktinya. Di Irak,
setelah jatuhnya Saddam, dibuka tender bagi
ladang-ladang minyak. Tercatat 120 perusahaan
berpartisipasi dalam tender. Hasilnya sepertiga
dari total perusahaan tersebut, yaitu sekitar 35
perusahaan asing yang lolos. Bisa ditebak,
bahwa raksasa minyak global yang
menyumbang pajak bagi kas Barat, khususnya
AS dan sekutunya mendominasi," ucap Jusman.
(sus)
(ful)

adi wisaksono

--
tetap bersaudara selamanya

Saturday, August 11, 2012

Coba tebak aku sing endi ...?



From: <tommihernowo@gmail.com>

Aku pasrah wis apapun komentarnya ...

hehehehe..

Kepala Daerah Pembakang: "Jadi Presiden Mau Apa Sekarang?!"


From: "Daniel H.T."

http://m.kompasiana.com/post/politik/2012/04/14/kepala-daerah-pembangkang-jadi-presiden-mau-apa-sekarang/

Dalam salah satu bagian isi pidato SBY pada 1 April 2012, yang katanya seharusnya hanya untuk internal Partai Demokrat, tetapi ternyata dibocorkan itu, (atau sengaja dibocorkan?) itu SBY mengecam keras para kepala daerah yang ikut melakukan unjuk rasa anti kenaikan harga BBM bersubsidi.

SBY memyebutkan para kepala daerah itu sebagai pembangkang yang tidak memiliki moral dan etika, karena gubernur/bupati/walikota itu adalah bagian dan kepanjangan tangan dari pemerintah. Berdasarkan UUD 1945. kepala pemerintahan itu adalah Presiden. Keliru hukumnya, kalau para kepala daerah itu malah melawan kebijakan pemerintah, kata SBY dalam pidato "internal"-nya itu.

SBY juga mengatakan para kepala daerah itu telah melakukan perlawanan, dan bahkan pemberontakan dengan melakukan aksi yang insubordinasi. "Mau jadi apa negara kita ini, kalau begini? Menangis rakyat kita", kata SBY lebih lanjut.

Sebelum SBY, pada Maret 2012, ketika lagi marak-maraknya aksi unjuk rasa di berbagai daerah, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi sudah terlebih dahulu mengultimatum para kepala daerah agar jangan coba-coba melakukan aksi yang melawan kebijakan pemerintah. Karena aksi itu sama saja dengan pembangkangan, dan menentang undang-undang yang mewajibkan kepala daerah untuk patuh pada setiap kebijakan pemerintah pusat. Kata dia, bagi yang melanggar akan dijatuhkan sanksi. Bilamana perlu dipecat. Beda dengan SBY, Gamawan memberi peringatan itu secara terang-terangan, sedangkan Presiden SBY secara "sembunyi-sembunyi". Hanya berani berucap di dalam pidato internal Partai Demokrat itu. Persamaannya adalah, ternyata dua-dua cuma omdo alias NATO. Omong doang alias no action talk only.

Bayangkan saja di bawah wibawa pemerintah pusat, kalau Mendagri-nya tak berdaya dengan para kepala daerah di bawahnya? Cuma bisa sebatas gertak sambal. Lebih-lebih, bahkan Presiden seperti tidak punya cukup nyali terhadap para kepala daerah itu. Bisanya cuma marah-marah, curhat kepada para kadernya.

Selain sama-sama cuma bisa omdo alias NATO, sesungguhnya SBY dan Gamawan Fauzi itu mempunyai perilaku munafik yang sama. Kenapa?

Karena ternyata Gamawan Fauzi pada waktu menjadi Gubernur Sumatera Barat juga pernah menjadi pembangkang terhadap pemerintah pusat, sama seperti yang dilakukan oleh sedikitnya lima kepala daerah pada Maret 2012 itu. Pemerintah pusat yang dilawan itu juga sama, yakni Presiden SBY.

Bahkan apa yang pernah dilakukan oleh Gamawan sebagai Gubernur Sumatera Barat itu lebih berani dan kreatif. Dia tidak hanya ikut melancarkan aksi unjuk rasa menentang kebijakan pemerintahan SBY untuk menaikkan harga BBM pada 29 September 2005 (pada waktu itu rencana kenaikan BBM mulai 1 Oktober 2005), tetapi sampai pada menandatangani surat pernyataan penolakan dan berinisiatif mengirimnya langsung ke Presiden SBY melalui faks (kabarnet.wordpress.com, 28/03/2012).

Presiden SBY pada waktu itu pun hanya diam saja, tidak bereaksi seperti sekarang ini. Malah kemudian mengangkat Gubernur "sang pembangkang" dari Sumatera Barat itu menjadi salah satu anggota kabinetnya, Menteri Dalam Negeri. Setelah menjadi Menteri Dalam Negeri, kini bisa berlagak memberi ultimatum kepala kepala daerah yang melakukan hal yang sama dengan apa yang pernah dia sendiri lakukan.

Tidak heran kepala daerah – kepala daerah itu sepertinya tidak merasa gentar sedikitpun dengan kemarahan dua pembesar negara ini yang sejatinya memang adalah atasan mereka (yang tertinggi). Mereka yakin kemarahan dua pembesar ini hanya seperti angin, akan berlalu begitu saja, lalu lenyap tak berbekas. Rasanya ingin tahu juga apakah yang terjadi kalau kelak mereka bertemu dengan Mendagri dan Presiden SBY ini. Mungkin sama-sama akan berpura-pura lupa.

Selain Presiden SBY dan Mendagri Gamawan Fauzi, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa pun atas nama Istana pada waktu itu (Maret 2012) mengatakan bahwa unjuk rasa yang dilakukan para kepala daerah itu selain sangat membingungkan, merendahkan wibawa pemerintah pusat, juga mengacaukan dan membahayakan sistem pemerintahan NKRI.

"Praktik politik itu tidak hanya membingungkan publik, namun juga mengacaukan sistem pemerintahan republik. Sangat kacau!" kata Daniel Sparringa, Selasa, 27 Maret 2012, di Jakarta (Jawa Pos, 28/03/2012).

Pertanyaannya adalah apabila SBY sebagai seorang presiden ini sungguh-sungguh menilai betapa sangat seriusnya aksi para kepala daerah itu, yakni telah merupakan aksi perlawanan, bahkan pemberontakan kepada Pemerintah Pusat, bertentangan dengan hukum konstitusional negara, kenapa dia hanya berani ungkapkan di kalangan internal Partai Demokrat? Sangat jelas, ini bukan urusannya Partai Demokrat, tetapi sudah berupakan urusan dan masalah kenegaraan. Dan, sebagai seorang kepala pemerintahan dan kepala negara, SBY harus segera bisa memutuskan dan bertindak tegas. Agar jangan sampai – meminjam istilahnya sendiri – rakyat menangis melihat fenomena tersebut.

Kalau SBY sebagai seorang presiden NKRI berdasarkan UUD 1945 ini sudah tahu rakyat menangis menyaksikan hal demikian, kenapa dia malah tidak bertindak apa-apa? Justru rakyat akan menangis melihat sikap presidennya yang tidak konsekuen dan tidak berkomitmen dengan perkataannya sendiri. Rakyat jelas akan menangis mempunyai presiden yang hanya berhadapan dengan kepala daerah saja tidak punya wibawa dan nyali.

Kenapa beberapa kepala daerah begitu beraninya menentang pemerintah pusat, termasuk dan terutama Presiden SBY sekalipun?

Itu karena di mata mereka pemerintah pusat, terutama SBY sebagai presiden memang tak ada harganya. SBY tak lebih dari jago pembuat retorika, hanya jago menggertak, tetapi sama sekali tidak punya nyali untuk melaksanakannya. Tidak punya cukup keberanian untuk menghukum mereka. Bagi mereka, seperti juga pihak-pihak lain yang pernah menjadi "korban" gertakan SBY, SBY itu tak lebih dari seorang "Raja Sambal" alias tukang gertak saja.

Predikat tukang gertak, nihil implementasi, sudah terbukti banyak kali. Menggertak Golkar, menggertak PKS, menggertak FPI, marah kepada para menterinya yang tidak menjalankan perintahnya, memberi ultimatum kepada media Australia (The Age) yang dianggap telah mencemarkan nama baiknya, dan sebagainya, tetapi semua itu berlalu begitu saja, seperti angin, seperti tidak pernah terjadi.

Sejumlah fakta atas apa yang saya tulis ini bisa Anda baca kembali di beberapa tulisan saya yang mengulas tentang SBY sebagai "si Raja Sambal" di Kompasiana, yakni:

1. SBY vs FPI, Siapa yang Menang,
2. SBY si Raja Sambal,
3. Tak Jadi Mengeluarkan Golkar, Gelar si Raja Sambal Semakin Pasti,
4. "Media Australia": Yudhoyono Ternyata Tukang Sambal

5.        Demokrat vs PKS: Karena Mereka Sedang Ketakutan.

1.

Maka, ketika para kepala dearah itu mengetahui isi pidato Presiden SBY yang mengatakan mereka sebagai pembangkang itu, barangkali akan dengan berani dijawab mereka: "Kalau memang kami pembangkang, terus Presiden SBY mau apa?!" ***

Kutipan pidato SBY yang menyatakan para kepala daerah yang ikut menentang rencana kenaikan harga BBM sebagai pembangakang:
PD melakukan pencerahan, meletakkan kembali dasar-dasar ketatanegaraan yang benar. Kita negara kesatuan dengan sistem presidensial, bukan parlementer, dan federal. Oleh karena itulah, tadi malam saya ingatkan gubernur, bupati, walikota, harus memiliki moral dan etika untuk mematuhi yang jadi kebijakan pemerintah. Presiden sesuai UUD 45 memegang pemerintahan. Gubernur/bupati/walikota adalah kepanjangan presiden, keliru hukumnya.
Bupati/walikota memimpin unjuk rasa, melawan membangkang pemerintahnya. Yang menyedihkan, seruan itu datang dari komunitas politik yang di dalammnya juga pernah menjadi presiden (hadirin tepuk tangan….). Bayangkan, kalau itu terjadi, 2014 presiden ganti, seluruh walikota, bupati dan gubernur dari PD melakukan hal yang sama, kayak apa negara kita ini? Menangis rakyat kita. Itu insubordinasi, itu pembangkangan. Itu pemberontakan, itu perlawanan. Itu tidak mencerminkan sistem negara kesatuan. Federal barangkali, ada domain, kekuasaan pada partai tertentu, kita bukan itu.

Tulisan saya yang berkaitan:
http://politik.kompasiana.com/2012/03/29/ketika-kepala-daerah-melawan-pusat/

Powered by Telkomsel BlackBerry®

------------------------------------

Euanek tenan..g dibalikin semua

From: hernawan

DPR Desak LPS Kembalikan Rp 6,7 Triliun

TEMPO Interaktif, Jakarta -Komisi Keuangan mengultimatum kepada Lembaga Penjaminan Saham (LPS) untuk menjelaskan rencana penjualan Bank Mutiara tahun ini seperti yang diamanatkan Undang-Undang LPS. "Dalam waktu 10 bulan, LPS harus menyampaikan rencana penjualan tersebut," ujar Wakil Ketua Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Harry Azhar Aziz kepada wartawan usai memimpin rapat dengar pendapat dengan LPS dan Bank Mutiara di Jakarta, Senin (17/1).

Manajemen LPS merupakan tenaga profesional yang bisa mengukur nilai Bank Mutiara di masa depan ketika bank tersebut hendak dijual setelah 3 tahun menikmati dana talangan Rp 6,7 triliun. Dia juga meminta LPS bisa menjual Bank Mutiara dengan harga minimal setara dengan dana talangan.

Penjualan Bank Mutiara dengan harga lebih kecil dari angka talangan, kata dia, akan dianggap sebagai kerugian negara. Dengan demikian, lanjut dia, penjualan dengan harga yang lebih rendah pada akhir tahun ini akan berdampak politis dan hukum. "Itu bisa jadi kasus tersendiri," ujar dia.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Saham (LPS) Heru Budiargo mengatakan, pengembalian seluruh dana talangan Bank Century sulit dilakukan. "Undang-Undang meminta pengembalian Rp 6,7 triliun, itu batas yang sudah berat," kata Heru.

Dalam pemaparan di depan Komisi Keuangan, Direktur Utama Bank Mutiara Maryono mengungkapkan peningkatan kinerja perusahaan sepanjang 2 tahun terakhir. Saat mendapat dana talangan, Bank Century memiliki CAR -81,81 persen. Angka ini meningkat menjadi 10,85 persen per 31 Desember 2010. Kredit bermasalah netto juga menurun drastis dari semula 10,27 persen saat mendapat dana talangan menjadi 4,84 persen di akhir tahun 2010. Sementara itu ekuitas bank pada periode yang sama bertambah dari semula Rp -6,757 triliun menjadi Rp 762 triliun.

Lembaga Penjamin Simpanan mengaku sulit mengembalikan seluruh dana talangan Bank Century, yang kini bernama Bank Mutiara. "Undang-Undang meminta pengembalian Rp 6,7 triliun, itu batas yang sudah berat," kata Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Heru Budiargo saat dijumpai usai rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Senin (17/1).

Berkaca dari pengembalian dana bantuan kepada perbankan di banyak negara, kata dia, tidak pernah ada pemulihan dana yang mencapai 100 persen. Dia mencontohkan dana penyelamatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) atas bank bermasalah pada tahun 1998 hanya bisa dipulihkan 30 persen saja.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

--

1 gigi Rp 9,65 jeti



From: <mes_jakarta1@yahoo.com>

1 gigi bermasalah Rp 9,65 jeti euy !

Wakili Ini dulu yg ketemu kung Ros

From: ertsanto

Sekedahap kung Rosy,

tak golek2 lagi ketemu bayi ragilku,

Sik nggih,kudu ono ah...

Wednesday, August 8, 2012

Jembatan s pabelan prumpung juga SOS

From: Kombes

Satu satunya jembatan sungai pabelan yang tersisa setelah jembatan srowol dan telatar ndukun hanyut adalah jembatan di prumpung. Jembatan ini merukan jembatan penghubung magelang jogja di jalur utama. Siang ini saya sempatkan turun dan ternyata sekitar 20 % dari pilar utama juga sudah pecah. Besi didalam beton sudah kebuka dan putus ditabrak material lahar dingin. Jembatan ini sudah sangat berbahaya karena tulangan utama di bagian hulu sudah putus.....bila kembali diterjang material lahar dingin dengan volume yang besar dikhawatirkan juga tidak bertahan lama. Doa kita sangat diharapkan............untungnya bendung disisi bawah (hilir) masih berfungsi.......

--

Tuesday, August 7, 2012

Islah :d


From: "widinetwork"

Sunday, August 5, 2012

29 hari menuju Earth Hour: VIDEO TANTANGAN Ini Aksiku! Mana Aksimu?


From: Verena Puspawardani



29 hari menuju Earth Hour!

 

Sesuai dengan tema Earth Hour tahun ini, Ini Aksiku! Mana Aksimu?, beberapa pendukung sudah membuat video tantangan-nya masing-masing.

 

VIDEO TANTANGAN Earth Hour Indonesia di Youtube

http://www.youtube.com/EarthHour2011Indo

 

Ayo, apa kita akan jadi pihak yang akan membuat mereka membuktikan tantangannya?

 

Atau, jangan sampai ketinggalan.

Buat video tantangan Anda sendiri!

Silakan diupload ke akun youtube kamu dan kasih linknya ke kami di earthhourindonesia@gmail.com.

 

FOTO aksi di kota-kota pendukung Earth Hour – total lebih dari 18 kota ada di http://www.flickr.com/photos/earthhour2011indo/

DAFTAR PARTISIPASI di www.wwf.or.id/earthhour

FACEBOOK fanpage kami di www.facebook.com/EHIndonesia

FOLLOW TWITTER @EHIndonesia dan selalu pakai hashtag #EarthHour & #IniAksiku

 

Silakan lihat aktivitas twitter kami yang aktif di www.twiticker.com/t/wwf

 

Ini Aksiku! Mana Aksimu?

 

Salam,

 

Verena Puspawardani

Campaign Coordinator, Climate & Energy Programme | WWF-Indonesia

Gedung Graha Simatupang Tower 2 Unit C lantai 10

Jalan LetJen TB Simatupang

Jakarta 12540, Indonesia

Ph: +62 21-782 9426 - 29 Ext 402 - 403 | Fax: +62 21-782 9462 | M: +6281398272690 | vpuspawardani@wwf.or.id

 

 

Description: Description: EH_60+_LOGO_JPEG_SMALL

 

This Earth Hour, go beyond the hour – turn off your lights for 1 hour on March 31, 2012 at 8.30 - 9.30 PM

Setelah 1 Jam, Jadikan Gaya Hidup

Sign up at www.wwf.or.id/earthhour

 

 

--   This email has been checked by WWF-Indonesia's antivirus Engine powered by Sophos Network Security


FW: [Vacancy] Assistant Captain Gurano Bintang


From: Aulia Rahman

WWF-Indonesia

Graha Simatupang 2C Lt 7

Jl TB Simatupang Kav 38

Jakarta 12540
T: +62 (0) 21 782 9461

F: +62 (0) 21 782 9462

 

 

From: Vacancy WWF-Indonesia
Sent: 31 Juli 2012 16:19
To: Vacancy WWF-Indonesia
Subject: [Vacancy] Assistant Captain Gurano Bintang

 

 

 

Dear All,

 

WWF-Indonesia urgently seeks a highly qualified candidate for the position of :

 

# Assistant Captain Gurano Bintang. This Position will be based in Wasior - Papua and report to Gurano Bintang Captain.

The requirement is attached which explains the duties & major accountabilities of the position.

 

Interested candidates should send a covering letter with their CV to :

 

 Human Resources Department at

Gedung Graha Simatupang

Tower 2 Unit C, 7th Floor

Jl. Letjen TB. Simatupang

Jakarta 12540

or to the email address vacancy@wwf.or.id

 

 

Closing date for this application is on Friday, August 7th 2012.

Ndalang ning jogja


From: "widinetwork"

saya menyambung lidah Bung Karno...kqkqkqqqq

From: A.Syauqi Yahya

Oalah Diiiii.....Permadi........./kung

Permadi: Jangan Temui Presiden
Senin, 17 Januari 2011 | 16:06 WIB
TRIBUNNEWS.COM/BIAN HARNANSA
Permadi, anggota Dewan Pembina Partai Gerindra
TERKAIT:
Lebih Baik SBY Tepati Janji
Malam Ini, SBY Temui Tokoh Agama
Perlu Dialog Langsung
Paloh: Pemerintah Harus Berbenah
Sebut Saja Gagal, Jangan Berbohong!

JAKARTA, KOMPAS.com- Rakyat sewajarnya harus menghormati pernyataan bersama tokoh-tokoh lintas agama yang menyebut pemerintah telah berbohong. Untuk itu, Dewan Penasihat Partai Gerindra, Permadi, mengingatkan agar kalangan agamawan agar jangan terbuai dengan janji-janji pemerintah.

"Saya berbicara di sini tak mewakili Gerindra, saya mewakili rakyat, saya menyambung lidah Bung Karno. Kita harus mengawal sikap gerakan lintas agama agar jangan mau bertemu dengan SBY karena pasti akan didustai lagi," ujar Permadi, Senin (17/1/2011) di Gedung Joang 1945, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat.

Permadi mengaku akan hilang rasa percayanya bila para pemuka agama jadi bertemu Presiden. "Saya ini sudah satu perasaan untuk bersama-sama menyatakan kebenaran, bagaimana mencetuskan perasaan itu menjadi revolusi yang menggelegar," kata mantan anggota DPR RI ini.

Permadi lalu mengingatkan, SBY pernah bersumpah demi Allah tidak akan memelawan Mega untuk menjadi Presiden. Akan tetapi, faktanya SBY maju sebagai calon Presiden melawan Megawati.

Maka, ketika Presiden SBY mengajak perwakilan parpol duduk di kabinetnya, Permadi menuding itu sudah termasuk pengkhianatan konstitusi, karena mengubah sistem presidensil dalam UUD 1945 jadi sistem parlementer.

Penulis: Adi Dwijayadi   |   Editor: Marcus Suprihadi Dibaca : 4266
http://nasional.kompas.com/read/2011/01/17/16061465/Permadi.Jangan.Temui.Presiden
--