*Hari-hari Seorang Pemancing - oleh Kornelius Retika (Hari ke 42)
*
Hari ke 42 :
Di kelas 2 dan tiga sma acara mancing ku makin sering saja,dan yang bisa
menghalangi ku cuma si malaria yang biasanya datang tanpa di undang,dan
bila si malaria lagi bertamu mau tidak mau acara mancing harus libur
dalam satu hingga dua minggu. Saya tidak tahu pasti bagaimana asal
mulanya,tetapi saya sdh mulai merokok,dan rokok favorite kami waktu itu
adalah gudang garam hijau,dan bentul merah(isi 20 btg);mungkin karena
pergaulan ku dengan anak2 nelayan yang sebagian besar sdh merokok,dan
juga si angseng.
Hujan lagi deras2 nya mengguyur alor,tetapi tenggiri yang sebagai buruan
utama pemancing alor(karena harga jualnya yang tinggi) juga lagi banyak2
nya,dan masuk jauh kedalam teluk,hingga dekat ke Wetabua yang mempunyai
jarak2 lebih kurang 12 km dari mulut teluk/mulutkumbang. Karena hujan
terus-terusan kami merencanakan macing dekat2 saja,yakni sekitar
wetabua,saya dan Kaborong memakai kano saparua ku,sedang si angseng dan
mado menggunakan kano si angseng. Walau mengalami sedikit kesulitan
menyalakan lampu di kala hujan .dengan bantuan payung akhir saya dapat
menyalakan juga.
Target utama kami malam ini adalah tenggriri dan baraccuuda,tetapi
memancing ikan ini kami tetap harus mencari umpan bentrong,sehingga
memancing ikan 2 kecil berupa bentrong dan petek setelapak tangan tetap
harus kami lakukan sebagai suatu prosedur. Malam ini kami mendapat
"tamu" berupa teman2 mancing china ku yang datang dengan kepala PTT yang
baru bernama Achmad yang biasa di panggil dengan Aba Ad,yang baru
bergabung lk jam 20. Lk jam 22,Kami sdh mendapat cukup banyak ikan2
kecil,tetapi tenggiri yang telah saya cari belum muncul juga,maka saya
memutuskan utk tidur ,karena hujan gerimis yang terus turun , tanpa
merasa perlu mengasihani kami yang sedang memancing.
Tidur dengan peneduh "payung gunung", dan dingin nya udara membuat aku
cepat terlelap,tetapi tiba2 pancingan tenggiri ku "berontak" . Sesuai
dengan pengalaman 2 waktu lalu,saya tidak menggunakan pancingan besarku
utk memancing tenggiri,melainkan menggunakan kenur no 200(lk .5 mm) ,dan
si angseng juga sdh mengikuti cara aku ini,hanya kesulitan utama kami
yakni, kawat leader yang kami gunakan kawat gitar menuntut kami harus
bayar 10 x kali lebih mahal dari kawat leader dari serat seling. Tanpa
kesulitan berarti saya mainkan ikan ku,dan dalam waktu yang cukup lama
lk,30 menit,naiklah seekor tenggiri besar ,dengan lebar lk 30 cm.dan
membuat teman2 mancing china ku berguman kagum,karena mereka memang
belum terbiasa dengan memancing ikan2 besar.
Teman2 chinaku dan si Aba Ad terus memancing ikan2 kecil ,tetapi saya
kembali tidur menunggui pancingan tenggiriku,yang langsung mendapat
komentar :aduh sombong nya !!,sdh dapat ikan besar lansung tidur lagi.
Jam 0.0 pemancing ribut sekali sehingga aku bangun untuk mengetahui apa
yang terjadi ,ternyata yang datang salah satu guru sma ku,wah celaka
pikir ku, aku tidak bisa merokok nih(merokok masih dilarang di sma),
kalau ada pak simon,setelah memberi salam dan berbasa basi, pak simon
yang juga seorang perokok mulai merokok,dan menawarkan pada ku,tetapi
dengan wajah munafik besar, aku menolaknya. Aku tahu kamu merokok,dan
gak usah malu karena ada saya,ini diluar jam sekolah,ujar pak simon.
Karena rahasia sdh di ketahuinya maka aku pun mulai merokok dengan
malu2,tetapi sebelum rokok ku seperempat terisap gulungan tenggririku
sdh "bernyanyi" lagi,maka terpaksa rokok aku buang kelaut dengan rasa
sayang,karena rokok di alor cukup mahal,tidak memerlukan waktu lama ,aku
telah berhasil naikan tenggiri yang kedua,sedang pemancing lain
termasuk si angseng ,hanya mendapat ikan kecil,bahkan si Lamuja nelayan
buton yang sdh tua,yang telah beberapa kali strike,tetapi tidak hookup ,
pindah ke lampu lain karena kesal hatinya. Tenggiri kedua ini ternyata
tenggiri kecil yang panjang lk 1 m dan lebar badan lk 20 cm, Pak simon
yang kagum akan ikan ku,di komentari oleh aba ad,bahwa yang pertama
lebih besar lagi,dan meminta aku menunjukan ikan yang sdh aku simpan di
bawah papan;maka pak simon pun menjadi sangat kagum.
Saya tidak tahu kenapa,mungkin dengan ikan kedua ini saya telah merasa
puas ,sehingga tidak sungguh2 memancing lagi ?,tetapai setelah ikan
kedua ini saya tidak mendapat ikan lagi,padahal si angseng sdh menaikan
seekor tenggiri ,walau tidak sebesar tenggiri ku,dan dia juga sdh
mendapat seekor tongkol besar(sarea) dengan diameter lk 25 cm. Bahkan
hingga subuh dimana si angseng sdh menaikan ikan tongkol yang ketiga nya
pancingan ku tidak pernah di sentuh lagi.
Mendayung pulang di pagi yang gerimis dan dingin ini kami mampir dulu
utk mancing pagi hari ,dengan harapan akan mendapat ikan besar
lagi,karena dua ekor tenggiri ini,satu besar dan satu kecil membuat kami
kesulitan membagi,antara saya dan kaborong. Maka dengan terpaksa seekor
cumi yang 30 cm panjang nya aku turunkan secara utuh,selain menurunkan
umpan2 kecil utk memancing ikan2 kecil;pada hal cumi ini sdh aku
rencanakan utk dibakar , sebagai sarapan pagiku.
Karena yang naik adalah como2 kecil dan petek maka saya ingin
merokok,tetapi karena ikan terus makan nya ,sehingga pancingan kecil ku
diturunkan tanpa umpan agar tidak di makan,tetapi waktu aku mau membakar
rokok ku ,yang agak sulit di kala gerimis ini,pancingan kecil ku kembali
di makan,dan karena takut di sambar ikan besar,terpaksa aku naikan
dulu,sambil berpikir mungkin tadi karena masih ada tersisa umpan di kail
ku. Tetapi setelah 2-3 kali hal ini terulang,maka saya beritahukan pada
yang lain,bahwa mancing tanpa umpan lebih cepat dimakan,tetapi teman
nelayan lain ikut mencoba,tidak dimakan,setelah berpikir sebentar akhir
nya rahasia nya di ketahui: Ikan2 kecil memakan kailku karena
mengkilat,sedangkan kail2 teman nelayanku,kebanyakan sdh tidak mengkilat
lagi, bahkan karatan. Teknik yang ditemukan secara tidak sengaja ini
akhirnya banyak saya gunakan pada rawe tanpa kail utk mengambil selar2
kecil,tembang;tetapi selar besar tidak mau memakan nya.
Di awali dengan ketukan2 ringan pada kail tenggiriku yang aku turunkan
dengan cumi utuh kedasar dengan kedalaman lk 40 depa,maka aku menyentak
nya dan huhhhhhhhhhhh....bagai di tersangkut karang; ikan ini tidak
bergerak cepat,tetapi tidak mudah juga naik nya. Karena aku takut
kehilangan ikan yang akan membuat pembagian ikan antara saya dan
kaborong menjadi seimbang,maka dengan kesabaran yang luar biasa aku
layani ikan yang hanya terasa beraaaaaaaat saja ini. Lk ¾ jam maka ikan
telah kelihatan di kedalaman,ternyata seekor kuw e putih (orang alor
menyebut:koro2,karena setelah dinaikan akan berbunyi
koro...koro),sejenih kuwe rambe yang besar, dia naik sambil melintang
dan berputar-putar;mungkin karena melintang ini terasa hanya sebagai
menarik batu saja,tidak ada sentakan2 yang mendebarkan.
Dingin nya pagi yang gerimis ini seolah tidak terasa,karena mendayung
pulang dengan hasil yang bagus. Di pantai si kaborong bawa kepasar
seekor tenggiri kecil dan koro2,sedangkan saya membawa pulang seekor
tenggiri besar,yang mana karena terlalu besar akhir nya sebagian nya di
kepasarkan juga.
Hari ini saya mendapat satu teknik mancing dengan rawe tanpa umpan tanpa
bulu2,yang mana masih saya gunakan di jakarta utk mengambil selar kecil
dan tembang,dan keampuhan nya mengalahkan rawe dengan bulu2 utk selar2
kecil.
*
bersambung*