From: <ertsanto@yahoo.com>
Titipan teman seangkatan DR.Laretna Trisnantari (Sita)
Monggo buat acara anak2, atau sambil nostalgia,
From: <ertsanto@yahoo.com>
Titipan teman seangkatan DR.Laretna Trisnantari (Sita)
Monggo buat acara anak2, atau sambil nostalgia,
From: hernowo hasim
Dari "Leader" ke "Cracker": Bekal-Penting Memasuki Zona Baru Industri
Oleh Hernowo
Hasnul Suhaimi
Alhamdulillah, saya mendapatkan satu lagi buku "bergizi". Sabtu dan Minggu kemarin, saya menghabiskan waktu saya untuk menikmati pikiran-pikiran Rhenald Kasali dan timnya dalam Cracking Zone—sebuah buku yang memberi gambaran tentang "zona baru" yang harus kita masuki baik kita sudah siap maupun belum siap.
Salah sati ciri yang sangat menonjol dari zona baru itu adalah mulai bergesernya peran seorang "leader" menuju "cracker". "Berbeda dengan 'leader' yang mengubah haluan perusahaan, 'cracker' mengubah wajah industri," tulis Rhenald di halaman 11.
Lebih jauh, Rhenald menulis, "Saya ingin menegaskan bahwa seorang 'cracker' adalah bintang di abad ke-21. Jurus-jurus yang dikuasainya berada setingkat atau dua tingkat di atas 'leader'. Dialah orang yang Anda butuhkan untuk melakukan cracking zone dan membentuk landscape baru." (h. 279)
Lantas, sudah adakah contoh-contoh konkret seorang "cracker"? Di Indonesia, berpijak pada riset yang dilakukannya, Hasnul Suhaimi—salah satu CEO telekomunikasi Indonesia—merupakan contoh CEO yang dapat disebut seorang "cracker". Sebelumnya ada Sosrodjojo (Teh Botol) dan Tirto Utomo (Aqua)—yang mengubah wajah industri minuman.
Hasnul berhasil mengubah wajah industri telekomunikasi lewat prinsip freemium-nya: Tarif supermurah, volume besar, frekuensi tinggi, namun layanan produknya harus premium. Dalam bukunya, Craking Zone, Rhenald kemudian menunjukkan contoh-contoh menarik tentang melesatnya industri telekomunikasi di tangan seorang "cracker" bernama Hasnul Suhaimi.
"'Crackers' lahir atau muncul dalam suasana transformatif yang menimbulkan banyak perubahan," tulis Rhenald. "Namun, karena jeli melihat peluang dari retakan—ini istilah sangat menarik yang diperkenalkan Rhenald (dulu 'retakan' ini disebut 'niche'[H])—mereka pun menciptakan retakan-retakan baru.
"Mereka memecahkan kode-kode baru, membentuk bingkai peluang (windows of opportunity) yang mereka batasi sendiri waktunya dalam durasi yang pendek agar peluang itu tidak tercecer ke tangan para pesaingnya.
"Oleh karena itu, cara yang mereka tempuh terasa mengentak dan sulit diterima oleh mereka yang tidak mampu membaca tanda-tanda cracking zone."
Sudah siapkah Anda menjadi "cracker" di tempat organisasi Anda berada?[]
--
Djohan Hidajat
sebuah stasiun televisi berkali kali menyiarkan
indonesia maSuk sebagai suatu negara cenderung
gagal tanpa pernah mewacanakan cara
mengatasinya. ada tujuan apa ya?
13 menit yang lalu melalui BlackBerry
Tulang yang Diduga Milik Yohanes Pembaptis
Ditemukan di Bulgaria
Arkeologi | Rabu, 20 Juni 2012, Pukul 18:05 WIB
Rombongan
peziarah menyentuh kotak persegi yang diklaim
berisi tulang-belulang Yohanes si Pembaptis di
sebuah katedral di Sofia, Bulgaria. (Valentina
Petrova/AP/National Geographic News).
Para ilmuwan meyakini bahwa tulang-tulang yang
ditemukan pada reruntuhan sebuah gereja di
Bulgaria yang runtuh pada tahun 2010 lalu ialah
kerangka milik Yohanes Pembaptis --orang yang
membaptis Yesus Kristus.
Tulang ini ditemukan bersama dengan sisa-sisa
tulang belulang enam manusia lainnya. Terdiri
dari sebuah tulang buku jari tangan kanan, gigi,
tulang rusuk, tulang hasta, dan tulang lengan
bawah.
Reliks yang diklaim sebagai tulang milik Yohanes,
ditemukan dalam sebuah penggalian di Pulau
Sveti Ivan "St John", Bulgaria. Reliks tersebut
dikuburkan di dalam sebuah peti kecil yang
terbuat dari batu pualam lalu dibenamkan di
bawah altar gereja.
Sebelumnya, para arkeolog menemukan tulang
belulang pada sebuah kotak yang terbuat dari abu
vulkanik yang mengeras yang dibenamkan di
bagian sudut tua dari gereja. Kotak ini bertuliskan
tulisan Yunani yang menyebutkan Yohanes
Pembaptis dan tanggal kelahirannya.
Berdasarkan tes DNA dan radiokarbon,
menunjukkan bahwa kemungkinan tulang itu
milik seorang pria Timur Tengah yang hidup pada
abad 1 Masehi. Ini sesuai dengan kisah Yohanes
Pembabtis. Di dalam Al Kitab tertulis, Yohanes
adalah saudara sepupu dari Yesus, jika tulang
tersebut benar milik Yohanes, ini berarti para
peneliti memiliki kemungkinan menemukan DNA
yang mirip Yesus, meskipun hal ini sangat sulit
untuk dibuktikan.
"Masalahnya adalah kami tidak memiliki dasar
untuk perbandingan. Kami tidak memiliki bagian
yang kuat, yaitu potongan tulang baik yang
dimiliki oleh Yohanes Pembaptis maupun Yesus,"
kata Thomas Higham, seorang ilmuwan arkeologi
dari Universitas Oxford, Inggris yang juga anggota
tim peneliti.
Dengan demikian, penelitian yang disponsori
National Geographic Society's Expeditions
Council ini belum dapat menyimpulkan apakah
tulang belulang itu benar-benar milik Yohanes
Pembaptis. Pada abad keempat dan kelima mulai
bermunculan laporan tentang tulang-tulang
tersebut yang konon ditempatkan di berbagai
gereja dan dijadikan sebagai tempat suci. Hal ini
mendorong minat para peziarah untuk datang
berkunjung.
"Kami pikir gereja ini ada pada abad kelima, ini
memberikan informasi kepada kami mengenai
usia minimum dari berbagai material yang ada.
Dan kita juga berpikir bahwa tulang-tulang
tersebut ada sejak abad keempat dan kelima juga.
Tapi kami terkejut ketika mengetahui ternyata
tulang tersebut lebih tua dari itu," ujar Higham.
( Umi Rasmi. Sumber: National Geographic
News)
SERANG (Pos Kota) – Ahmad Bawazir, 27, terdakwa
kasus pengancaman terhadap Gubernur Ratu Atut
Chosiyah diadili di Pengadilan Negeri (PN) Serang,
Rabu (20/6). Pemuda warga Kampung Langgana,
Desa Sukaharja, Kecamatan Cikulur, Kabupaten
Lebak, yang berprofesi sebagai ustadz atau guru
ngaji ini terancam hukuman 6 tahun penjara
sebagaiman dalam Pasal 335 ayat (1) ke 1 KUHP
tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan.
Jebolan kelas 3 sekolah dasar (SD) ini diadili
lantaran dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan informasi elektronik dan atau
dokumen elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan
secara pribadi kepada Gubernur Ratu Atut
Chosiyah.
Sidang dipimpin Sumartono, dengan Jaksa
Penuntut Umum (JPU) Riama Sihite, Zukarnaen,
dan Mas Diding. Sementara terdakwa didampingi
kuasa hukumnya, Muftirahman.
Dalam dakwaannya yang dibacakan Riama Sihite,
terdakwa dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan informasi elektronik dan atau
dokumen elektronik yang berisi ancaman
kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan
secara pribadi kepada Ratu Atut Chosiyah.
Peristiwa itu, kata Riama, terjadi pada Senin (27/2)
bertempat di Jalan Bhayangkara, Nomor 51,
Cipocok Jaya, Kota Serang.
Awalnya, pada Senin (27/2) sekitar pukul 10:00,
terdakwa melalui nomor handphone
087806733XXX menghubungi Ratu Atut Chosiyah
ke nomor handphone 08121230XXX yang
tujuannya untuk menanyakan tentang rencana
pembangunan gereja di Pandeglang. Namun, tidak
mendapatkan jawaban. "Terdakwa yang ditelepon
balik oleh nomor handphone 08121230XXX
melalui nomor 087806733XXX milik terdakwa,
terdakwa tidak menjawabnya," kata Riama dalam
sidang.
Terdakwa kemudian mengirimkan informasi
elektronik dan atau dokumen elektronik berupa
short mesage service (sms) pada Senin (27/2)
sekitar pukul 18:33 dari nomor handphonenya ke
nomor 08121230XXX milik Ratu Atut Chosiyah
dengan kata-kata 'ulah mcm-2 dia di Banten'.
"Artinya, jangan macam-macam kamu di Banten,"
ujar Riama.
Dan, pada pukul 18:55, terdakwa kembali
mengirimkan sms yang berisikan kata-kata 'Mun
sampe nyien Greja di Pandeglang, pko na mah
paeh ngada2 bae dia, mcm2 dia di Banten, di tluh
dia ku aing anjing. "Artinya, kalau sampai
membuat gereja di Pandeglang, pokoknya mah
mati mendadak saja kamu, macam-macam kamu di
Banten diteluh (disantet-red) kamu sama saya
anjing," kata Riama membacakan dakwaan.
Selanjutnya, lanjut Riama, sekitar pukul 19:34,
terdakwa kembali mengirimkan sms dengan nomor
yang sama. Isi sms-nya adalah 'Te mitnah, aing
bneran H. Muhtadi cidahu, Dia bneran te? Aing
ndek mwa pasukan ke dinya, Banten goreng gara2
dia, Mun bneran aing kla dinya kuari, dsar
durjana, ngbhongan rakyat bae, dia, Pngecut, dia,
Mun bner dia Gubernur tlp aing. "Artinya, tidak
memfitnah, saya beneran H Muhtadi Cidahu, kamu
beneran ga? Saya mau bawa pasukan ke sana,
Banten jelek gara-gara kamu, kalau beneran saya ke
sana sekarang, dasar surjana, membohongi rakyat
saja kamu, pengecut kamu, kalau beneran kamu
gubernur telpon saya," terang Riama lagi.
Karena mendapat sms ancaman itu, Ratu Atut
Chosiyah yang merasa terancam jiwanya dan tidak
nyaman untuk melakukan pekerjaan sehari-hari
akhirnya melaporkannya Polda Banten. "Terdakwa
diancam pidana dalam pasal 335 ayat (1) ke 1
KUHP. Ancaman hukumannya 6 tahun," tegasnya.
Usai membacakan dakwaan, majelis hakim
memutuskan untuk melanjutkan sidang pekan
depan dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi.
(haryono)
Teks : Ahmad Bawazir.
From: fuznaku@gmail.com
Anakku mulai dirias untuk tampil malam ini...
Kelihatan sudah dewasa yaaa...
*persis aku... (Lha wong mbokne kok ya)
From: A.Syauqi Yahya
Opini
Obama-SBY Versus Globalisasi
Senin, 8 November 2010 | 08:52 WIB
RUMGAPRES/ ABROR RIZKI - SHUTTERSTOCK
Ilustrasi
TERKAIT:
What US Worries before Obama Visits Indonesia
Hormati Obama sebagai Tamu
Obama Desak India
Obama Coba Akurkan India dan Pakistan
Garda Nusa akan Amankan Obama
Oleh: Christianto Wibisono
KOMPAS.com — Tulisan R William Liddle di Kompas tiga hari lalu mengungkap dengan jelas apa yang terjadi di balik layar diplomasi global kunjungan Obama ke Indonesia.
Real politik Indonesia, menurut Liddle, adalah bahwa Indonesia kurang bisa berperan dan memainkan kartu sebagai negara demokratis berpenduduk Muslim terbanyak di dunia secara optimal.
Kepemimpinan Indonesia dalam dunia Islam global, menurut Liddle, masih tetap tak bisa mengatasi atau melampaui Timur Tengah. Itu sebabnya, Obama berpidato perdana di Kairo dan mengunjungi Istanbul, Turki, lebih dulu daripada Jakarta. Keduanya dianggap lebih mewakili kepemimpinan dunia Islam ketimbang Jakarta.
Kunjungan Obama ke Jakarta menjadi antiklimaks: hanya transit antara New Delhi dan Seoul. Sebenarnya jika elite Indonesia yakin pada kristalisasi ideologi Pancasila sebagai jalan tengah yang baik antara sekularisme dan teokrasi, antara liberalisme dan etatisme, antara komunisme dan kapitalisme, maka ideologi eklektik yang memilah dan memilih yang baik secara cerdas merupakan alternatif yang menjanjikan.
Transformasi geopolitik
Dunia dewasa ini sedang dilanda kemelut transformasi geopolitik kemerosotan posisi AS sebagai adikuasa pemegang hegemoni dan supremasi global. AS kehilangan rasa percaya diri terhadap ideologinya sendiri dan ngotot ingin bertahan dengan egoisme sindrom pascaberkuasa dari kekuatan yang sedang menurun. Tak rela mengakui munculnya pelaku baru yang menuntut kesetaraan dan kebersamaan dan bukan dominasi sepihak oleh kekuatan tunggal apa pun.
Kekalahan Partai Demokrat di Kongres dan melajunya Partai Republik dalam pemilu 2 November adalah bukti pergolakan politik domestik AS, sekaligus mencerminkan kemampuan introspeksi: mawas diri yang luar biasa dari sistem ideologi kapitalisme liberal Barat.
Anatole Kaletsky, Kepala Biro Washington The Financial Times, baru saja meluncurkan buku Capitalism.4.0, The Birth of a New Economy in the Aftermath of Crisis. Ia membagi kapitalisme dalam empat tahap, seperti versi Microsoft 1.0 dan seterusnya.
Capitalism 1.0 adalah laissez faire pasar bebas murni dengan tangan-tangan tak terlihat seperti diteorikan oleh Adam Smith. Ini berlangsung sampai pasar bebas itu krisis total dengan kehancuran bursa Wall Street pada Oktober 1929 yang mengakibatkan resesi dunia. Ideologi ini sejak 1917 ditantang oleh komunisme yang diberlakukan di Soviet sejak Lenin menggulingkan dinasti Romanoff dan mendirikan diktator proletariat menguasai pasar di bawah kendali Partai Komunis.
Resesi dunia melahirkan rezim fasis Nazi Jerman dan kapitalisme mawas diri dengan meluncurkan Capitalism 2.0 Keynesian dan New Dealers, hasil dua tokoh John Maynard Keynes dan Franklin Delano Roosevelt.
Keynes adalah menteri keuangan Inggris yang membidani Bank Dunia dan IMF, sedangkan FDR mengatasi krisis bursa dan perbankan AS dengan mendirikan FDIC, lembaga penjaminan deposito serta mendirikan BUMN TVA, pembangkit listrik raksasa di AS, untuk menstimulasi kebangkitan ekonomi AS dari resesi 1929.
Capitalism 2.0 ini berlangsung hingga tahun 1970-an dengan pembebanan pada APBN dan surplus AS yang secara bertahap merosot. Kapitalisme Barat dan komunisme Soviet setelah berkoalisi temporer mengalahkan fasisme Poros Roma-Berlin-Tokyo menjadi musuh bebuyutan selama 45 tahun.
AS sebagai pemenang perang justru tak memperoleh pembayaran pampasan dari Jerman dan Jepang. Sebaliknya, malah membiayai kebangkitan kembali Jerman dan Jepang dengan Marshall Plan dan bantuan bilateral membendung komunisme.
Pada 1971, Richard Nixon melihat peluang konflik internal Soviet-RRT dan melakukan terobosan diplomatik KTT dengan Mao Zedong di tahun 1972. Nixon juga memberi kejutan ekonomi pada Agustus 1971 bahwa dollar tak lagi bisa dipertukarkan dengan emas.
Tahun 1979, Deng Xiaoping mengucapkan kata bersayap tak peduli kucing itu hitam atau putih asal bisa menangkap tikus. Tak peduli komunis atau kapitalis, yang penting bisa menyejahterakan rakyat meningkatkan kemampuan ekonomi Tiongkok.
Kepada lawan politiknya, Deng berkata bahwa 30 tahun Tiongkok menguji coba Marxisme dan menyita semua hak milik individu dan dipasrahkan kepada diktator proletariat Marxisme yang gagal total menjamin penyaluran bahan pokok untuk rakyat. Pasar sudah ada lebih dulu dan lebih tua daripada Marx yang baru lahir tahun 1818. Karena itu, Tiongkok kembali pada kearifan pasar yang lebih tua daripada Marx.
Pendulum yang sama juga dialami di Barat. Ronald Reagan dan Margaret Thatcher meluncurkan swastanisasi dan liberalisasi sektor finansial. Inilah Capitalism 3.0 yang akan bertiwikrama bak monster Frankenstein menjadi predator yang menelan penciptanya. Fundamentalisme pasar Capitalism 3.0 mengalami Krisis 2008 setelah 1998 meledak di Asia Timur.
Intervensi negara
Fundamentalisme pasar dengan ekonomi gelembung membangkrutkan Lehman Brothers dan menelan lembaga keuangan Wall Street raksasa dan menyeret seluruh dunia pada resesi 2008-2009. Sekarang, menurut Kaletsky, dunia dan sistem kapitalisme harus memasuki versi Capitalism 4.0: tak perlu lagi dipertentangkan antara intervensi negara dan prinsip pasar. Tak boleh ada ekstremisme yang pasti akan berdampak negatif.
Negara yang terlalu mencekik leher akan mengakibatkan ekonomi macet seperti nasib Uni Soviet dan RRC pasca-Mao Zedong. Pasar yang terlalu bebas tanpa regulasi akan bermuara pada resesi 1929 dan krismon global 2008. Kaletsky dengan santai menyatakan bahwa ekonomi memerlukan intervensi negara dan mekanisme pasar yang pas, paralel, dan simultan yang saling menghidupi.
Kebijakan negara harus merangsang kreativitas dan produktivitas. Namun, regulasi dan intervensi juga diperlukan agar pasar tak liar seperti pada 1929 dan 2008. Sebuah dapur memerlukan lemari es dan kompor, masing-masing berfungsi penting sesuai dengan tujuan yang merupakan kebutuhan manusia dan sistem. Kita barangkali selalu ekstrem sehingga peringkat kita dalam Doing Business IFC yang baru diumumkan ada di nomor 121, kalah dari Vietnam (78) dan China (79).
*Christianto Wibisono, Ketua Global Nexus Institute
http://nasional.kompas.com/read/2010/11/08/08524799/ObamaSBY.Versus.Globalisasi-4
--
Ibrahim Abdul Kohar has posted a new blog entry to Kepulauan Riau.Manage alerts settings |
Buah Kreativitas Penyair Perempuan Tanjung Pinang Silvie Ditha Audina
Oleh :
A.Kohar Ibrahim
*
Senandung Rindu
Sajak Silvie Ditha Audina
Akulah rindu Yang menapih sunyi Bukan kujerit Selintas semak Kuramu pekik Dalam syair Mendesir Bulir Akulah angin Menyauh sendu Gemercik Pada sayap sayap basah Mendung kubusung Tanggung lah Angin sudah lusuh
Tanjungpinang,23 Mei 2012
*
INDAH! hingga ku niat mencatat - nota dinota. terima kasih sepiring penuh, dina. salam takzim. (aki). Begitulah komen ringkas di Facebook 29 Mei 2012. Secara spontan menyambut sajian kreasi puisi Silvie Ditha Audina.
Iya. Iya iyalah. Setiap buah kreativitas seni, termasuk puisi, aku apresiasi dengan ekspresi kata kwalitatif: I n d a h lantaran benar, pas, menggugah perasaan pikiran imajinasi. Selayaknya santapan spiritual yang memang dibutuhkan dalam mengayomi hidup kehidupan. Daku saji ulang di ruang lanjutan Nota Karya Buah Kreativitas penulis penyair kali ini. Justeru berkenaan dengan Sang Penyair Perempuan kelahiran Kota Pantun Tanjungpinang Kepulauan Riau sembilanbelas tahun lalu : Silvie Ditha Audina itulah. Supaya pembaca yang belum tahu jadi tahu. Itulah pertanda nyata buah kreativitas sang penyair berbakat yang menerima pendidikan di salah sebuah sekolah tinggi prestisius UMRAH – Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Tapi Kenapa Silvie ? Kenapa perhatian pada para penulis penyair muda ataupun pendatang baru ? Swara sang tanya penasaran. Ya – kenapa tak ? Pasalnya karena aku suka. Karena aku mengapresiasi buah aktivitas-kreativitas bernas. Dari siapa dari mana dan kapan kapan pun ada tersedianya. Tak peduli yang lokal, yang nasional sampai yang internasional. Tak peduli yang belum maupun yang sudah terkenal.
Iya iyalah. Karya tulisku membuktikan secara kongkrit, bahwa aku bisa mengapresiasi penyair Erlin Erlina Soraya, Gusmarni Zulkifli, sampai Ramayani Riance, Rama Prabu dan Rendra dan seterusnya lagi. Bisa mengapresiasi penyair Tahar Ben Jelloun, Baudelaire, Akhmatova sampai Mao Zedong! Dan banyak lainnya lagi. Yang terpenting, aku nikmati, aku apresiasi hasil buah kreativitasnya.
Iya iyalah. Karena takar ukur utama seseorang itu adalah perbuatannya, hasil kerja atau karyanya. Selain ada unsur atau segi-segi lainnya yang cukup menggelitik. Seperti kecintaan pada Bahasa dan Sastra. Pada kata-kata. Begitu juga perhatian pada lingkungan alam masyarakat sekitar.
Kecintaan pada bahasa dan sastra serta kata-kata, kiranya dari seberapa buah kreativitas yang tersajikan, pembaca bisa mengapresiasi sendiri betapa apa dan siapa Silvie Ditha Audina.
Akan halnya yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, khususnya yang berkenaan dengan kaum perempuan dengan salah satu sosok kepeloporan perjuangan emansipasinya yang masyhur: R.A.Kartini, secara ringkas tapi lugas Silvie menyatakan ekspresinya sendiri. Dalam suatu cakap-cakap ringkas dengan penyusun naskah ini.
*
Pandangan Silvie Ditha Audina (Dina) atas ungkapan Kartini "Habis Gelap Terbitlah Terang" ?
-- Menurut Dina, selain Kartini, tokoh tokoh wanita mana lagi yang layak jadi teladan? Tokoh atau tokoh tokoh wanita di Kepri? Di Riau?
*
SEBAGAI seorang penyair (muda usia), menurut hematku Silvie Ditha Audina adalah salah seorang yang berbakat. Berbakat dalam alam perpusian – teriring doa sekaligus asa semoga saja juga alam kesusastraan Indonesia.
Aku nyatakan berbakat, karena sedikit banyak mengetahui wataknya, itikadnya, baik tercermin dari ujarkatanya dalam percakapan maupun dan terutama sekali dari buah kreativitasnya. Seperti dalam sajaknya berjudul "Aku" dan serangkum sajak-sajak lainnya ini.
Perhatianku, sebenarnya, kerap kali aku utarakan dalam komentar atau apresiasi ringkas-ringkas atas sajian puisinya yang aku terima. Maka untuk lebih lugas dan sekaligus juga tambahan tanda nyata – beberapa diantaranya kusajikan berikut ini.
*
A K U - Silvie Ditha Audina - Nota A.Kohar Ibrahim
A.Kohar Ibrahim : Nota Karya Ringkas Atas Sajak A K U Silvie Ditha Audina *
AKU
Lelah sudah Di selasela celah Membungkus sukma Pada puing Meronggak sayup Hirup tekik nak mencekik Akulah resah Setelah lelah Menelan ludah Kau Aku Pada tuhan Jadi saksi Mari kujamah Aku tak ingin Meneguk Biar aku Jangan engkau
Kamarhitam,2012
*
A.Kohar Ibrahim : SAJAK "Aku" Silvie Ditha Audina. Membaca Dina, dengan sang "Aku"nya, aneh juga, aku justeru tidak lantas teringat sajak penyair Chairil Anwar dengan judul serupa. "Aku/ kalau sampai waktuku". Tetapi kepada penyair besar Perancis Guillaume Apollinaire (1880-1918). Bukan terutama pada tata bina kata-kata ala gaya calligramme, tapi pada suasana sajaknya berjudul "Liens" (Hubungan).
Sudah mulai baris kata puitis pertamanya mampu menguggah gugat pembacanya, tentang: "Cordes faite de cris" - tali tambang ikatan terbuat jeritan. Dengan pelukisannya yang dahsyat akan suasana benua Eropa dengan hubung perhubungan tali ikat pengikatannya pembawa kecerah pencerahan pun yang kebalikannya. Tentang semua pasangan yang bercinta yang semestinya dalam kesatupaduan.
Namun keadaan sang pasangan kekasih dalam keadaan yang terjebak oleh suasana kebalikannya. Teriaknya -- "J'écris seulement pour vous exalter / O sens ô sens chéris":
« Aku menulis sematamata untuk menggugahmu duhai rasa dirasa terkasih Musuh kenangan Musuh keinginan Musuh penyesalan Musuh airmata Musuh segala yang masih aku cintai".
(Guillaum Apollinaire: Liens. In "Calligrammes" ed. NRF – Gallimard 1966 Prais Perancis)
SUNGGUH dahsyat! Jika diingat. Tapi Tuan dan Puan, itu lukisan suasana dalam Abad Ke-19! Tapi kita menjalani hidup kehidupan di Abad Ke-21!
Iya iyah! Kedahsyatannya di situ itu. Dalam abad kita ini pun suasana kehidupan jiwa manusia masih bisa terjadi -- yang hakikinya serupa. Dan dampaknya serupa. Suatu tali ikat jeratan yang mencekik leher, membelenggu kaki dan tangan. Hingga kikuk sulit bergerak bebas merdeka lantaran belenggu terbelenggu oleh "hubungan tali ikatan" itu! Yang rasa dirasa terasa kadang amat menjerat terjerat hingga tak bisa tidak mesti memekik. Mesti teriak. Pekik teriakan jiwa.
Iya iyah: seperti yang dipekik-teriakkan oleh penyair puan muda Melayu : Silvie Dhita Aguna. Dengan kreasi puisinya yang berjudul "Aku" itu.
Silakan apresiasilah: simak lacak selami dan coba tanya -- kenapa bagaimana lahir sajak seperti itu? dengan gaya penampilan meskipun masih dalam proses pencarian. Dengan tata bina kata kata yang apik puitik. Dengan simbol dan atau metaforanya yang mengejutkan bahkan mendebarkan. Kepada sang penyair, aku ucapkan banyak terima kasih. Berkat gubah gugahan buah kreativitasmu aku terundang oleh penyair Guilleum Apollinaire. Baik dikau maupun sang penyair besar Perancis itu sama-sama telah menyajikan santapan rohaniah bernas bagiku. Wass. (AKI) (FB 23.05.2012)
*
A.Kohar Ibrahim : Nota Baris Kata Puitis Bernas *
Silvie Ditha Audina :
Sajaksajak bersajak ..
*
A.Kohar Ibrahim :
SESEORANG pembaca Silvie Ditha Audina telah mempertanyakan dengan iringin sepleton tandatanya, ah, entah kenapa, tapi ekspresinya menunjukan kebingungan : «artinye apa tu? » Sedangkan daku berupaya untuk menikmati sajian Dina dengan mata -- pandang mata hati mata pikiran – ala kadarnya nalar. Dengan bermisal-andai – tidakkah akan lebih baik jika baris kata terujung dilengkapi kata: ….menggema? Begini jadinya:
Silvie Ditha Audina:
Sajak Sajak Bersajak
Sajak sajak bersajak membekas pada sajak Ketika sajak bermain pada Kumpulan Sajak Berirama sekilas riang menggema
*
Menurut hematku, sajian Dina itu merupakan sesuatu yang layak simak layak kaji ala kadarnya. Sebagai buah kreativitas bernas dalam menghargai bahasa khususnya kata kata yang ditata apik. Bergaya realisma fantastik puitik. Membacanya dengan kacamata bahasa sastra, bukan bahasa reportase jurnalistik, ah, apa pula bahasa pasaran.
Untuk apresiasi seni apapun, memang diperlukan sebekal pengetahuan tertentu, selain memiliki daya pandangan estetika. Silvie telah menampilkan Sajak bukan hanya sebagai subjek-objek, tapi tokoh aktor simbolistik yang hidup. Acung jempol & Salam takzim. Sebagai pencinta kata pencinta Bahasa Indonesia, Silvie bukan saja mengedepankan kata kata di barisan, melainkan juga menjadikannya yang aktip berperan. Luarbiasa! (AKI)
Facebook 04.05.2012.
*
Nota Ringkas Oleh : A.Kohar Ibrahim Atas sajak : Berkelam Diam
Silvie Dhita Audina :
Berkelam Diam
Mukaku murka henti nafas Ketika sengau menancap risau
Pada pelantar menguning ranum manakala tersapu ombak menghempas deram
Selaksa jiwa ketika sayup mengusik ini punyaku
kau tak dapat lagi berkata mengencam memasung ketika pahit
meriuh kelam pada malam aku bersemayam bukan pada aku jua namun hati tak ada yang tahu
Tp2012
*
A.Kohar Ibrahim:
Dinamika Cita Rasa Dirasa
Diam Menggelombang
Diam Menghanyutkan
Diam Api Dalam Sekam
Diam Teriak Budak Berontak
Tuntut Kebebas Merdekaan
*
SUNNGUH. Sungguh -- sekali lagi Silvie Dhita Audina -- sang puteri Tanjungpinang Kota Pantun ini menunjukkan kebisaannya membina tata kata kata dari bahasa yang dicintainya: Bahasa Indonesia. Aku suka: meski hanya tahu Dina sorang pencinta Bahasa dan barang tentu cinta Sastra Indonesia.
Apakah tempatannya mempengaruhi jiwanya sebagai penulis penyair muda? Tempatan bersejarah Dunia Melayu: Kepulauan Riau. Tempat kelahiran pakar pembina bahasa Raja Ali Haji -- sang Pahlawan Nasional Bangsa Indonesia Raya. Itu segitu sekdar setitik kecik latar belakang dari apresiasiku atas kreativitas Silvie Ditha Audina.
Iya iyah. Terus teang aku suka orang orang pencinta cita cita dan penghormat warsian bernas bangsa. Kebalikannya dengan yang sebaliknyalah! Dan bahwasanya buah karya kreativitas itulah tanda bukti nyata akan kecintaan sekalian penghormatan terhadap bahasa itu. Bahkan sekaligus merupakan pengembangannya. Dalam kebisaan dan keplastisan mempertegas kehidupannya. Seperti tertera pada sajak Silvie Ditha Audina "Berkelam Diam".
Ah oh iyah. Dari judulnya saja! Oh! Ah! Iyah. Dari menyimak judulnya saja, sudah amat memikat sekaligus mengugah gugat; ada tanda kedialktisan suasana jiwa! Hanya dengan dua patah kata! Judul itu pun sudah mempertanda isi dari tema atau pokok pengungkapan yang diluksikannya.
Yang: "Dikelam Diam"! Ada apa? Kenapa? Bagaimana bisa?
Sungguh menggelitik, cantik puitik dinamik pelukisan gejolak jiwa sang Puteri Kepri ini! Dengan baris baris kata yang meski dua dua kata piawai dia mengungkapkan nuraninya. Menunjukkan wataknya yang memberontak pada apa yang dirasa dipikir sebagai usik mengusik hak azasinya. Hak azasi sebagai sosok manusia wanita muda belia yang utuh seutuhnya. Rajin berani dan tahu menjaga hargadiri (marwah).
"Kau tak dapat / lagi berkata / mengecam memasung / ketika pahit/".
Duhai! tidakkah ini murni swara nurani bermakna teriak gugat sekaligus tuntutan yang membela kebenaran hak azasinya? Sungguh suatu canang yang mengundang renungan: terhadap kekuasaan atau sang penguasa apa, macam mana, teriak itu tertuju?
Tetapi itu teriakan universal! Dari setiap insan manusiawi yang mengidamkan kemerdekaan.
Dan teriakan itu sepertinya tertunda untuk menggema tergema. Sepertinya. Iya iyah. Tapi hakikinya tak! Teriakan itu adalah canang juang menuntut kebenaran dan keadilan. Adalah Nyanyian Kemerdekaan dalam juang yang mungkin memungkinkan adanya. Juang perjuangan mematahkan belenggu penjajahan ala feodalisme maupun kolonialisme dalam Abad XXI ini! Dalam sekala individual, lokal, pun nasional bahkan internaional.
Kepada Silvie Ditha Audina, kuucap banyak terimakasih telah memberi kesempatan membacamu. Semoga dikau teguh dan bijaksana serta terus jaga semangat dan marwah serta kreatip. Wass. (AKI)
Catatan: Sumber : Facebook Silvie Ditha Audina 6.05.2012
*
LIMA SAJAK Silvie Ditha Audina :
Habis Gelap Terbitlah Terang Purnama Dalam Merah Abu Sakan Negeri Topeng
KELIMA buah kreativitas berupa sajak-sajak Silvie Ditha Audina berikut ini disajikan semata-mata pertanda nyata betapalah bukti ketajaman pena penyair perempuan muda yang berbakat ini. Sajak-sajaknya matang, bernas, indah dalam keutuhan kesatupaduan bentuk-isinya, pilihan kata-kata yang tertata-bina berirama, judul sekalian tema pengungkapan dan pelukisannya masing-masing. Dengan disagang-topang simbolisasian dan atau metafora yang cakap cakep – secara pas memateri imajinasi. Sehingga pembaca tergugah oleh nyanyian jiwa yang dikumandangkan dengan cemerlang.
Simaklah dengan seksama. Kiranya, kalau kesempatan, daku bisa menyusun mata kuliah berjam-jam dengan kelima sajak-sajak Silvie Ditha Audina ini. (AKI)
*
Di ujung sana kau diam termangu
Tanjungpinang,21 April 2012 ketika cemas
Purnama
Malam telah menenggelamkan bintang Bersama angin yang berhembus kecil Langit pun kini telah dicumbu mendung Saat aku menatap purnama Mengangkat kisah merakit cerita Yang terdiam termenung menengadah langit Mencurahkan rasa yang tiada berujung Memberi kisah indah yang kulewati Riang bersamamu kasih Terseret arus dalam dinginnya malam ini Yang menyimpan hening dibalik malam Lidah seakan mati Menutup mata saat purnama hadir Berbinar indah terkatup sayu Terhimpit rasa yang gemuruh mengundang riang Cahayanya bagai cahaya namamu Tak pernah hilang Terus menerangi malamku Hingga aku terjaga terlepas dalam mimpi panjangku
Tanjungpinang,8 Februari pukul 00:15
Dalam Merah Abu
Ketika titik penghujan melampaui batas asa Terhempas jatuh menindas rasa dalam dada terus hati lalu jiwa Aku merasa bahwa aku bukan Sosok sempurna Tak lebih tapi kurang Mencoba mengendusendus Mencari cari di ujung mata saat terpejam Kusanjungi dalam seribu igauan Hitam merah abu
Mencoba kau tahu saat aku haus Membara lara terus menebar benih cinta Mengitari asap putih jauh di ujung Rasarasa yang kecil molek Yang kau punya itu Dibaring peraduan terhampar bayang Mencuri curi kau Tapi ku takut kau enggan bersamaku Memalingkan wajah seakan lari terbirit Torehkan pundakmu pun kau henyak Mimpi apa aku tadi malam Saat terbalik balik meronggah Heningnya dada sampai di Ujung jantung sulit aku tempuh Kau tahu titik hujan mulai turun Andaikan kau laut Andaikan kau hujan Kusimpan kau dalam sebilik hati
Tanjungpinang,5 Maret 201 01:14 tengah malam * Sakau Dalam air payau Ketika otak sedang meracau Menampung hati yang Dalam pengakuan yang haru
Tanjungpinang,28 Januari 2012
Negeri Topeng
Tanah air yang menjulang Berjengah lengah bagai tulang Membentang samudera Tanah air bumi pertiwi Meluas hijau disapu ombak putih Menerjang nerjang membongkah pondasi Dulu indonesia dikenal dengan sebutan Gemah ripah loh jinawi Yang kental akan adat ketimuran Bergelantungan memanjang kelu Di sepanjang jajaran sawah Mengucur keringat mengais beras Dalam teriknya yang menyengat Hidup berpuluh puluh tahun
Disana ! Ada manusia hidup Paruh setengah baya Berjalan tukas menapaki trotoar Banyak daki terkepul lusuh Wajah yang kumal Bau busuk dimana mana karna tak mandi Tengadah ulurkan tangan Hanya bisa meminta hasil Seribu perak pun kau enggan Apalagi berkeping uang merah Mungkin bisa depresi
Disana ! Ada manusia hidup Tak tentu mengarah berputar Melingkari bundaran Duduk menoleh beribu manusia yang bersandar Di perempatan jalan Menyandang koran yang kusut kisut Dengan bermacam wajah tak seri Memaksa selaksa kehausan Dalam sebungkus nasi hari ini Pun belum mendiami perutnya Berkicau bersahutan cacing cacing kecil Pilu tak gentar Tak perduli pada orang
Disana ! Pada kota kota besar Berkerumun anak anak kumuh Sungguh lusuh wajah hitam meredam Terderam matahari Kuku kuku hitam berdekil ingin Muntah yang melihatnya Hidup seorang diri Mencari rongsokan gelas plastik Mengais kaleng mencari sisa nasi Di padang sampah Telapak kaki hitam berderu bersama jalan Aspal Menyeret gerobak simpang siur Berjalan tiada henti Keringat yang bulat bulat Berlinangan deras melewati pipi Letih pun tak kau hiraukan Selayaknya bisa mendapatkan Pendidikan
Orang orang besar tak lagi perduli Dengan siapa mereka hidup Menuntun jalan bersama mobil mewah Tegap berjalan dalam balutan Jas jas hitam megah nan gagah Sepatu kilap tersilau Wangi pun sungguh bukan main Harummu semerbak terkesibak Tak pernah kah kau fikirkan Orang orang kecil di sekitarmu Padahal kau tenar tenang duduk Di dalam ruangan ber ac Kursi yang empuk Bukan sembarang orang justru Dari rakyat kecil kau terpilih Pejabat pejabat tinggi Hingar bingar menggeluti setumpukan Uang negri
Perut buncit bagaikan king kong bandit Tak ingatkah kau yang memakan habis tak bersisa Menindas tersedak tak mengingat tanggung jawab Jika aku orang kaya Kulepas habis kering pada manusia kecil Agar dapat hidup selayaknya Mungkin tuhan murka Karna sang pejabat tak lagi menjadi Orang yang bijak
Tanjungpinang,7 Maret 2012 saat kacau
*
Biodata :A.Kohar Ibrahim * Menerima Pendidikan SR--SMA di Jakarta, berkelanjutan di Akademi Bahasa dan Sastra Indonesia MULTATULI (Jakarta). Mulai menulis di ruang remaja Indonesia Muda koran Bintang Timur. Sebagai cerpenis sejak cerpen pertama berjudul « Ayah » dimuat Bintang Minggu (Bintang Timur edisi Minggu) tahun 1959. Jadi kulitinta dan pekerja dapur di Harian Rakyat dan Harian Rakyat Minggu juga Majalah Sastra dan Seni Zaman Baru pimpinan Rivai Apin dan S.Anantaguna. Pada tanggal 27 September 1965 terpilih sebagai anggota Delegasi Pengarang Indonesia – bersama Aziz Akbar, Z. Afif, Sukaris, Kusni Sulang untuk menghadiri perayaan Ultah Ke-XVI berdirinya RRT di Beijing serta peninjauan seni-budaya. Musim panas tahun 1972 meninggalkan RRT atas kemauan sendiri, bersama beberapa kawan, membelah benua dengan keretapi Trans-Siberia via Moskow dan Berlin hingga sampai di ujung Eropa Barat.
Di Brussel Belgia, kesempatan melanutkan pendidikan Seni Rupa di : Académie Royale des Beaux-Arts de Bruxelles, Brussel, Belgia. . (8) Artis Peintre Abe Alias A.Kohar Ibrahim dan Karya Lukisnya oleh Lisya Anggraini, Batam, Indonesia 2005. Dari tahun 1989-1999, selama sedasawarsa mengeditori terbitan yang tergolong pers alternatip, terutama sekali berupa terbitan Majalah Sastra & Seni « Kreasi » ; Majalah Budaya & Opini Pluralis « Arena » dan Majalah Opini « Mimbar ». Sejumlah esai budayanya yang dibukukan, antara lain : "Sekitar Tempuling Rida K Liamsi », telaah buku kumpulan puisi Rida, terbitan Yayasan Sagang, Pekanbaru 2004. « Identitas Budaya Kepri », terbitan Dewan Kesenian Kepri, Tanjungpinang 2005. « Kepri Pulau Cinta Kasih », karya bersama Lisya Anggraini, Yayasan Titik Cahaya Elka, Batam 2006. Berkas-berkas esai seni dan sosio-budaya lainnya berupa : « Catatan Dari Brussel : Dari Bumi Pijakan Kaum Eksil », « Sekitar Tembok Berlin : Lagu Manusia Dalam Perang Dingin Yang Panas » ; « Hidup Mati Penulis & Karyanya : Polemik Pramoedya-Lekra vs Manikebu » ; « Sekitar Aktivitas Kreativitas Tulis Menulis Di Luar Garis », dan lainnya lagi. Buku dan atau kumpulan tulisan bersama berupa kucerpen dan kupuisi, antara lain : Kumpulan cerpen « Korban » , penerbit Stichting Budaya, Amsterdam, 1989. Kumpulan puisi « Berkas Berkas Sajak Bebas », penerbit Stichting Budaya, Amsterdam, Kreasi N° 37 1998. Kumpulan esei bersama : « Lekra Seni Politik PKI », Stichting Budaya, Amsterdam, Kreasi N° 10 1992. Kumpulan sajak bersama : « Puisi », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 11 1992. Kumpulan esei bersama : « Kritik dan Esei », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 14 1993. Kumpulan cerpen bersama: « Kesempatan Yang Kesekian », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 26 1996. Kumpulan sajak bersama : « Yang Tertindah Yang Melawan Tirani » I, Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 28 1997. Kumpulan sajak bersama : « Yang Tertindas Yang Melawan Tirani » II, Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 39 1998. Kumpulan sajak : « Di Negeri Orang », penerbit Yayasan Lontar Jakarta & YSBI Amsterdam, 2002. Kumpulan tulisan bersama: Antologi Puisi Cerpen Curhat Tragedi Nasional 1965-2005, penerbit Sastra Pembebasan & Malka, 2005. Kumpulan esai bersama : « Identitas Budaya Kepri », penerbit Dewan Kesenian Kepri Tanjung Pinang 2005. Novel : « Sitoyen Saint-Jean – Antara Hidup Dan Mati », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008. Kumpulan esai : « Sekitar Polemik Pramoedya-Lekra vs Manikebu », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09. Kumpulan puisi : « Untukmu Kekasihku Hanya Hatiku », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09. Kumpulan cerpen bersama Lisya Anggraini : « Intuisi Melati », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.
Yang belum atau dalam perencanaan untuk dibukukan : Berkas berkas naskah kumpulan esai seni budaya, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, Nota Puitika (sebanyak 500-an) dan lain sebagainya lagi. Simak : Kumpulan Kumpulan Tulisan. Yang melengkapi Biodata ini.
Lebih lengkap bisa disimak-lacak di beberapa situs, antara lain, sebagai berikut : ABE-Kreasi Multiply Site : <http://16j42.multiply.com/journal/item/635/tag/biodata/>; <http://painting.multiply.com/tag/abekreasi> http://artscad.com/@/AKoharIbrahim/
Catatan : Nama asli, alias dan samaran. Sejak mulai melakukan kegiatan tulis menulis medio tahun 50-an, sebagai tanda-tangan digunakan nama asli A. Kohar Ibrahim atau lengkapnya : Abdul Kohar Ibrahim. Tanda-tangan untuk semua karya lukis : Abe. Sedangkan nama samaran atau pen-name : Aki, A. Brata Esa, Rahayati, Bande Bandega, DT atau Dipa Tanaera.*** Biodata ini melengkapi karya tulis AKI, terutama bagi pembaca yang belum mengenalnya, dan untuk pemerhati yang ingin mengetahui jejak langkah aktivitas-kreativitas A.Kohar Ibrahim.(AKI) *** Tags: nota karya Copyright 2012 Multiply, 6001 Park of Commerce Blvd, Boca Raton, FL Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here |