Thursday, March 24, 2011

Hari-hari seorang pemancing - oleh Kornelius Retika (HARI KE 40)

*Hari-hari seorang pemancing - oleh Kornelius Retika (HARI KE 40)*

HARI KE 40

Si hasan anak nelayan yang gagal sekolah di kupang ,karena ketidak
mampuan keuangan ortu nya,balik kealor dan bergabung dengan ayahnya utk
menjadi nelayan di alor.

Pada pertemuan di rumah mado tiga hari lalu dia menceriterakan tentang
mancing ikan hiu di kupang,dengan menggunakan darah sapi sebagai
perangsang/pemanggil hiu;dan kami sdh sepakat untuk mancing hiu bersama
di benlelang,sebelah maimol. Si Yunga yang pilek nya abadi temanku, aku
dekati, karena paman nya adalah pedagang daging sapi,dan biasanya di
sembelih di rumah pamanya itu,di Batutenata( batu=batu, tenata=
bakul/tas; batutenata= tas batu .

Saya yang ditugaskan utk mencari darah sapi,lansung mengajak yunga utk
tidur di tempatku,karena kita harus ke batutenata/tempat penjagalan jam
02 pagi. Pagi masih terasa sangat dingin di bulan sepetember ini,di
tempat penjagalan yang di terangi,oleh dua lampu petromax tampak.bapak
Lelo yang seorang pendatang dari p timor yang berbadan tinggi besar,dan
berambut merah yang keriting halus, masih duduk dibawah pohon sambil
mengisap rokok " daun koli " nya. Daun koli adalah daun lontar muda yang
peram untuk membungkus rokok,layak nya seperti daun jagung pada beberapa
desa di jawa.

Bapak lelo memang terkenal akan kekuatan nya,dan kemahiran menyembelih
sapi seorang diri; dan hari ini saya dan yunga mau menyaksikan kemahiran
nya ini. Seekor sapi jantan besar,tampak di tarik mendekat ke tempat
penyembelihan,bapak lelo nampak mengusap-usap kepala sapi dengan tangan
nya ,sambil bertanya kepada anak buah nya apakah baskom penampung darah
sdh siap ???? Setelah mendapat jawaban bahwa semua persiapan sdh
siap,maka bapak lelo mengambil sebuah pisau kecil ,yang sebelum nya
diselipkan di pinggang nya,pisau ini digigit nya.lalu kedua tangan bapak
lelo memegang keduan tanduk sapi, dan oppp...............

Sekali membanting satu tanduk sapi di tancapkan ketanah dan kaki kanan
nya menginjak bagian tubuh sapi sedangkan tangan kirinya tetap memegang
tanduk sapi tersebut; pisau kecil dengan segera di gunakan menggorok
leher sapi tersebut. Ke dua anak buah bapak lelo segera datang
membantu,ada yang menampung darah dan ada yang menarik ekor sapi jantan
yang masih berontak. Sangat cepat sekali proses ini berlangsung,dan saya
sangat kagum dengan ketrampilan bapak lelo yang agak kejam terhadap sapi
ini;setiap membunuh sapi bapak lelo selalu meminum empedu sapi
mentah,katanya untuk obat,sehingga dia tidak pernah terkena malaria yang
masih menjadi penyakit no 1 di alor.

Sebaskom darah yang kami dapat dengan gratis,karena ber KKN dengan si
yunga di biarkan sebentar agar membeku,dan setelah mengucapkan terima
kasih pada si yunga yang masih mau mengambil jeroan sapi utk sarapan
paginya,saya langsung kerumah mado. Lebih kurang jam 2.30 kami sudah
berangkat meninggalkan rumah mado diwetabua menuju Benlelang yang mana
kami perkirakan akan sampai disana dalam waktu dua jam bila berjalan
cepat. Si hasan yang bangun nya agak kesiangan segera menyiapkan "tombak
hiu";parang bergagang panjang,karena kedua alai ini akan merupakan alat
utama menaklukan hiu yang terkenal bandel bila tepancing.

Lk jam 5 pagi kami sdh siap di lokasi hiu yang diusulkan oleh mado yang
mana hanya membutuhkan 10 menit mendayung. Darah sapi yang kami bawa,sdh
dimasukan dalam karung goni,dan direndam kelaut,dan tampak melarut
secara perlahan. Pancingan yang kami gunakan adalah: kenur berupa tali
manila(pintalan semacam serat yang mirip serat daun nanas)berdiameter
sejari(lk 12 mm),leader nya berupa kawat bekas telepon engkol
berdiameter lk 3 mm,dan kail yang di gunakan adalah kail no 1(terbesar)
cap kunci. Sehingga semua alat pancing jagoan ku tidak aku bawa karena
tidak terpakai menurut jagoan hiu(hasan)

Kano yang kami gunakan adalah kano dengan panjang lk 6 m,lebar lk 65
cm,dan kano ini kami naik bertiga,tinggi bersihnya sisa lk 15 cm
,sehingga kami tidak merencanakan untuk membawa pulang hasil pancingan
melainkan dilepas lagi kelaut,setelah sirip dan ekornya di ambil.
Setelah menunggu lk dua jam baru tampak seekor hiu kecil (lk 1.2m)yang
mendekat,dan untuk memberikan contoh cara mancing nya si Hasan langsung
melempar umpan kembung dan langsung di sambut hangat oleh hiu yang telah
ter"bius" dengan darah sapi.

Tidak ada pertarungan berarti,karena ikan langsung ditarik paksa
mendekat oleh si hasan dan begitu mendekat langsung di tombak dengan
tombak yang matanya mirip pisau bermata dua tsb,dan setelah
lemas,langsung di potong sirip2 dan ekor nya,tubuh ikan dipotong menjadi
bagian2 kecil dan dikembalikan kelaut sebagai "bom";agak lebih banyak
hiu yang datang kata hasan;sebagian dari daging hiu pertama ini kami
ambil utk tambahan umpan. Setelah hiu pertama selesai "dikerjakan" sdh
tampak 5- 6 ekor hiu yang mengelilingi kano kami,dengan jarak lk 8 m,dan
dengan jelas kami dapat melihat ukuran ikan2 ini.

Dan kini giliran ku mencoba "membunuh" hiu; aku sengaja melempar umpan
ke arah hiu yang terkecil,karena diantara 5-6 ekor hiu yang tampak,ada
seekor yang cukup besar dengan panjang lk 2 m, yang membuat aku agak
ngeri juga. Hiu memang ikan "bodoh",irisan daging temanya yang aku
lempar langsung di sambar dengan lahap nya, sambil menimbulkan percikan
air laut .

Serat2 tali manila langsung terasa di kulit telapak tangan ku,walau sdh
aku tahan sekuat tenaga,ternyata ikan masih lebih kuat,dan untuk menahan
agar tali tidak terulur,tali manila nya saya rapat kan ke dinding
kano,dan cara ini tampak nya cukup berhasil,walau kano tampak sedikit
terseret. Ikan yang sdh mulai melemah dan mendekati kano,segera disambut
oleh hasan yang sekarang bertindak sebagai tukang bantai ,dan disusuli
dengan potongan golok bergagang panjang(parang panjang) yang membuat
ikan hampir putus menjadi dua bagian.

Karena telapak tangan sdh perih,maka aku hanya menarik seekor
hiu,selanjut nya aku lebih banyak bertintak sebagai tukang tombak,mado
sebagai pemancing,dan hasan tetap sebagai pembantai akhir dengan parang
panjang. Lk kurang sepuluh ekor hiu sdh kami bantai dan hiu2 ini
sepertinya terus berdatangan,laut sdh menjadi merah dengan darah
hiu,kano sdh menjadi bau amis darah hiu,dan tumpukan sirip hiu ini
membuat aku sampai muntah2,pada hal laut sangat tenang.

Aku yang terus ngomel utk minta pulang saja karena kepala ku menjadi
sangat pusing dan terus muntah karena amis nya darah hiu ini,si mado,dan
hasan tampak nya agak sedikit terganggu dengan "rengekan" ku, dan tampa
bantuan ku bereka tampak sedikit sulit menaklukan hiu dengan cepat; maka
dengan naiknya hiu yang berukuran besar yang kami lihat tadi kami
memutuskan utk pulang, dan daging hiu besar dan teakhir ini kami seret
kepantai. Beberapa ekor hiu tampak masih tetap mengikuti kano kami
kepantai walau darah sapi yang didalam karung sdh kami buang kelaut.

Aku tidur beberapa jam dibawah pohon di tepi pantai untuk menyegarkan
pernfasanku;aku dan hasan yang akhir nya pulang ke kalabahi,untuk
mengajak si bapang dan Itang utk ke benlelang membantu membawa pulang
sirip hiu;sedangkan si mado menunggu di benlelang sambil menjemur ekor 2
hiu tsb di hamaparan batu pantai yang hangat.

Hanya sekali aku memancing hiu ini dengan perangsang darah sapi
ini,walau sering diajak oleh teman2 nelayan ku,aku memilih tidak
ikut,karena mendapat ancaman dari kakak sulungku, cara itu berbahaya,dan
surat ijin mancing ku mau di cabut.

Walau hiu merupakan ikan yang cukup buas , tetapi membunuh hiu dengan
cara ini rasanya agak sadislah .


*bersambung*

No comments:

Post a Comment