From: A.Syauqi Yahya
Pemerintah (Mungkin) Tidak Berbohong. Tapi..
OPINI | 16 January 2011 | 05:19 124 6
Belum ada chart.
Belum ada chart.
Nihil.
________________________________
Hanya ada perbedaan tipis antara kebohongan dengan kesalahan informasi. Gonjang-ganjing kebohongan publik yang dilakukan oleh pemerintah memang menyakitkan. Adalah tokoh lintas agama yang menyuarakan 18 kebohongan pemerintah (catat : Tokoh Agama). Kebohongan bisa diartikan sebagai penyampaian satu informasi (dengan sengaja) agar khalayak percaya dengan apa yang disampaikan. Padahal kebenarannya (dan mereka tahu) tidak seperti itu. Sementara kesalahan informasi adalah penyampaian satu informasi yang diyakini benar tanpa ada maksud menipu khalayak yang menjadi objek informasi. Padahal informasi tersebut salah adanya.
Pemerintah mengeluarkan klaim keberhasilan sementara para pemuka agama mengeluarkan klaim kalau pemerintah berbohong. Kita melihat realita. Apa yang disampaikan oleh pemerintah memang jauh dari kenyataan. Anehnya, Cap kebohongan tidak diterima, tapi tidak ada juga pernyataan maaf kalau informasi yang mereka terbitkan adalah salah. Padahal nyata-nyata, data yang mereka keluarkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Untuk sementara kita pegang dua hal dahulu, pemerintah telah melakukan kebohongan publik atau melakukan kesalahan informasi. Untuk hal pertama, pemerintah khususnya presiden jelas tersinggung. Kebohongan adalah hal yang menyangkut harga diri dan kredibilitas. Bahkan staff ahli presiden mengatakan lebih baik dikatakan gagal dari pada berbohong. Nah, kalau dicap gagal artinya mereka bisa terima, sementara cap "bohong", tidak. Untuk hal kedua, terjadi kesalahan informasi yang disampaikan oleh para pejabat pemerintah. Atau bisa saja terjadi manipulasi data dari pusat statistik yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak berbohong. Lebih jauh, kesalahan informasi lebih terasa fatalitynya, karena menyangkut ketakjelian oknum pejabat pemerintah dalam menyampaikan data kinerja pemerintahan.
Tokoh agama adalah orang-orang yang faham benar dengan hukum-hukum agama. Tapi tidak selamanya tokoh agama tahu dan mau menerapkan hukum-hukum yang diketahuinya. Contohnya jelas, seorang menteri Agama pun bisa melakukan korupsi, padahal ia tahu korupsi itu tidak dibenarkan oleh agama yang dianutnya. Mungkinkah para tokoh agama yang membeberkan kebohongan publik oleh pemerintah itu justru yang melakukan fitnah?
Disana ada Ahmad Syafii Maarif (mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Andreas Yewangoe (Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia/PGI), Din Syamsuddin (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia/MUI), Mgr Martinus D Situmorang (Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia/KWI), Biksu Sri Mahathera Pannyavaro (Mahanayakka Buddha Mahasangha Theravada Indonesia), KH Salahuddin Wahid (Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng dan tokoh nasional asal Nahdlatul Ulama/NU), serta I Nyoman Udayana Sangging (Parisada Hindu Dharma Indonesia/PHDI).
Bila kita bersandar pada pernyataan Daniel Sparringa dan Hatta Rajasa, jelas para tokoh agama telah melakukan fitnah. Karena ternyata pemerintah tidak melakukan kebohongan publik. Bila pemerintah tidak mengakui adanya kebohongan, jelas kredibilitas para tokoh agama jadi diragukan. Mereka tak lagi pantas mengatakan diri sebagai tokoh agama karena tidak menggambarkan orang-orang yang menjalankan tuntunan agama dimana (di dalam agama) diharuskan untuk melakukan kebajikan dan meninggalkan kebathilan.
Dalam Islam, Fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan. Karena pembunuhan adalah hal yang sangat keji maka sudah sepantasnya para tokoh agama mendapat sanksi (mungkin) sosial yang setara dengan sanksi pembunuh.
Jadi sekarang ada dua kubu, Pemerintah yang melakukan kebohongan atau tokoh-tokoh agama yang melakukan fitnah? Pembaca bisa menentukannya lewat realita yang terjadi di sekeliling anda. Bila yang benar adalah informasi klaim keberhasilan pemerintah, maka tokoh agama itu adalah tukang fitnah. Tapi bila kenyataan di sekeliling anda sesuai dengan apa yang dituduhkan para pemuka agama itu, berarti SBY dan pemerintahannya telah berbohong.
Bagaimana?
Sementara Anda menimbang, saya ingin menyanyikan lagu Marvells yang judulnya Lagi Bohong:
Oh kenapa engkau terus berbohong
Dan kenapa engkau terus mengelak
Ya kenapa kau tak jujur padaku
Aku tahu kamu lagi berbohong
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
Aku sama sepertimu
Semua ingin ku miliki
Aku sama sepertimu
Dan berharap semua cinta aku
Terus terang aku cinta padamu
Ku tak jujur juga cinta semuanya
Ku nikmati ini dan kau pun sama
Kau pun tahu aku lagi berbohong
Tags: lingga, kebohongan publik, sby, hatta rajasa, tokoh agama
http://politik.kompasiana.com/2011/01/16/pemerintah-mungkin-tidak-berbohong-tapi/-12
--
No comments:
Post a Comment