Seorang teknisi komputer cerita kepada saya,
dia pernah memperbaiki komputer (CPU) di sebuah kantor. CPU yang hendak
diperbaiki itu ada di dalam sebuah ruangan yang ketika dia masuk
langsung tercium aroma asap rokok yang kuat sekali. Rupanya
pegawai-pegawai di sana bekerja di sana sambil merokok. Entah sudah
berapa lama hal itu berlangsung.
Yang membuat dia terkejut adalah ketika dia membuka CPU yang hendak
diperbaiki itu. Begitu dilepaskan tutupnya dia melihat di dalamnya ada
banyak jelaga berwarna coklat kehitam-hitaman menempel di beberapa
bagian. Ketika dia mencoba meraba jelaga tersebut dan menciumnya, segera tercium aroma asap rokok yang keras sampai dia terbatuk-batuk. Rupanya
penyebab kerusakan pada CPU tersebut ternyata adalah jelaga yang
tercipta dari asap rokok!
Mengenai bagaimana buruknya damapk dari nikotin yang masuk ke dalam
tubuh manusia yang pecandu rokok, mungkin bisa diwakili oleh eksperimen
yang terekam di You Tube berikut ini:
Betapa mengerikan, bukan?
Salah satu paman saya adalah perokok berat sejak masih remaja. Dampak
dari kecanduannya terhadap rokok itu membuat jari-jari tangannya sudah
lama berwarna coklat tua, gigi yang kecoklat-coklatan, dan kulit wajah
yang kering dan berkeriput, yang membuatnya kelihatan lebih tua 10 tahun dari usia sebenarnya.
Kami sudah banyak kali mengingatkannya untuk menghentikannya
kebiasaannya itu. Tetapi rupanya sangat sulit. Selalu saja ada argumen
yang diciptakan untuk membenarkan hobi buruknya itu.
Bahkan ketika mengingatkannya bahwa dengan merokok umurnya bisa lebih
pendek daripada seharusnya, karena berpotensi tinggi terkena banyak
penyakit berbahaya, seperti kanker paru-paru, jantung, stroke, dan
lain-lain. Bahwa seandainya dia tidak merokok, besar kemungkinan dia
bisa hidup berbahagia bersama istri dan anak-anaknya jauh lebih lama
daripada kalau dia meneruskan hobinya itu. Dan, bahwa kalau sampai salah satu atau lebih penyakit berbahaya itu kena pada dirinya, semua
penyesalan pun akan terlambat. Tetapi, semuanya itu tidak mempan.
Payahnya, dia selalu menolak kalau didesak untuk segera melakukan
check-up ke dokter ahli jantung. Mungkin takut hasilnya buruk, atau
dilarang merokok oleh dokter.
Salah satu argumennya adalah, lihat saja banyak orang yang tidak merokok juga terkena penyakit kanker, dan sebagainya itu. Sedangkan banyak juga orang yang merokok tetapi umurnya panjang.
Biasanya saya jawab, memang bukan berarti mutlak setiap perokok berat
akan terkena penyakit-penyakit itu, tetapi dengan menjadi pecandu,
risiko itu akan menjadi lebih sangat besar.
Seperti orang yang tiap hari keluar mengendarai sepeda motor atau mobil, bukan berarti dia pasti mengalami kecelakaan lalu-lintas. Tetapi,
dengan berada di jalan raya, kemungkinan itu menjadi semakin besar. Cuma belum sempat memperlihatkan kepadanya video dari You Tube tersebut di
atas. Namun baru sekarang dia kelihatannya sudah mulai sadar, ketika
melihat beberapa orang teman dan kerabatya, mengalami (gejala) penyakit
jantung koroner serius akibat antara lain dari kecanduan merokok,
termasuk pengalaman dua orang kakak saya, pecandu rokok, yang terpaksa
dipasang ring pada syaraf jantung mereka masing.
Proses pemasangan ring pada pembuluh jantung
yang mengalami penyempitan. Dan, operasi by pass, ketika pasang ring
tidak lagi bisa menolong (http://msnbcmedia1.msn.com)
Dua orang kakak saya yang itu adalah pecandu rokok sejak remaja juga.
Bahkan beberapa tahun lalu, ketika dokter sudah menasihati mereka untuk
berhenti merokok, dengan "menakut-nakuti" dengan peringatan: "Kalau
masih mau hidup lebih lama dengan istri dan anak-anak yang tercinta.
Anda harus segera berhenti merokok sama sekali," belum mampu
menghentikan kecanduannya itu.
Namun waktu itu saya sudah yakin bahwa sebenarnya di dalam hati kecil
mereka pasti ada rasa khawatir akan hal itu. Pasti ada semacam signal
dari pikiran mereka sendiri untuk segera menghentikan kebiasaan buruk
yang hanya merusak tubuh sendiri itu. Yang pada akhirnya hanya akan
menyusahkan diri sendiri, dan orang lain. Terutama sekali istri dan
anak-anaknya. Tetapi kecanduan akan rokok itu mengalahkan signal-signal
peringatan dari dalam diri sendiri itu.
Mungkin juga karena sudah menjadi semacam perilaku dasar kita, bahwa
sebelum semuanya itu terjadi, umumnya banyak dari kita yang tidak
terlalu memperhatikan secara serius hal yang sebenarnya sangat serius
mengenai kesehatan dan jiwa kita sendiri itu. Setelah semua terlambat,
barulah penyesalan abadi mengisi sisa umur kita. Apa gunanya lagi?
Masih "mendingan" kalau langsung meninggal. Kalau "hanya" terkena
stroke? Kita akan menjadi tidak lebih dari hidupnya tumbuh-tumbuhan.
Yang hidup, tetapi sama sekali tidak bisa bergerak dan berbuat apa-apa
sendiri. Atau kalau terkena penyakit kanker yang menyiksa sisa hidup
kita selama berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun sebelum ajal
datang menjemput. Belum lagi biaya yang sangat besar menguras habis
semua harta-benda yang didapat selama bertahun-tahun. Ujung-ujungnya,
toh meninggal dunia juga.
Masih "untung" kalau misalnya, penyakit kankernya masih dalam stadium
dini yang memungkinkan masih bisa ditolong meskipun dengan biaya yang
sangat besar. Itu kalau kita mempunyai tabungan yang lebih dari cukup
untuk itu. Tetapi itu pun tidak bisa membuat tubuh kita kembali normal,
fit seperti sedia kala.
Ada kerabat saya yang mengalami penyakit kanker stadium dini (bukan
pecandu rokok). Memang bisa diobati sampai sembuh. Tetapi selama proses
penyembuhan yang makan waktu beberapa tahun itu hidupnya terasa penuh
dengan siksaan karena harus melalui tahapan seperti kemoterapi yang
menyiksa. Belum lagi rasa depresi dan frustasi berat.
Sekarang sudah sembuh. Tetapi sudah tidak benar-benar sekuat sebelum
itu. Dia selalu menasihati kami: Jaga badan, jaga makan, pola hidup yang psoitif. Jangan sampai mengalami seperti apa yang dia alami. Sungguh
tersiksa, katanya.
Dua orang kakak saya yang saya sebutkan di atas, akhirnya sekarang
berhenti total merokok. Setelah dua-duanya mengalami gejala-gejala
penyempitan pembuluh darah ke jantung. Bahkan salah satunya sempat
mengalami kebutaan selama kira-kira 30 menit. Kata dokter, karena
usianya relatif masih muda waktu itu, peredaran darahnya masih kuat
untuk akhirnya menerobos kebuntuan yang menyebabkan kebutaan sementara
itu. Kalau tidak, sudah pasti akan mengalami buta permanen dan/atau
stroke.
Dalam waktu yang tidak berselisih jauh, ketika mereka berdua melakukan
pemeriksaan di dokter ahlijantung, melalui tahapan-tahapan treadmill,
EKG, foto rontgen, 64-Slice CT-Scan, dan melalui pemeriksaan katerirasi, diketahui terdapat banyak penyumbatan pada pembuluh darah jantungnya.
Akhirnya, masing-masing dipasang ring sebanyak 3 buah pada pembuluh
darah jantungnya.
Saya sendiri tidak pernah merokok. Pola hiudp juga menurut saya cukup
baik, dengan makan yang tidak berlebihan. Hampir tidak pernah ngemil.
Meskipun doyan udang, kepiting dan cumi-cumi, tidak pernah makan secara
berlebihan. Dulu doyan sekali makan daging beefsteak, sate babi, dan
sejenisnya yang terbuat dari daging yang berwarna merah, dan berlemak
tinggi. Tetapi sejak mendapat pengetahuan untuk jangan banyak
mengkonsumsi daging berwarna merah seperti sapi, maka sudah cukup lama
saya mengurangi secara drastis mengkonsumsi makanan yang berbahan utama
daging berwarna merah itu.
Dua buah apel dan segelas besar teh hijau adalah konsumsi saya setiap hari (malam)
Yang paling banyak saya konsumsi setiap hari adalah ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Setiap hari saya mengkonsumsi dua buah apel dan teh
hijau segelas besar.
Meskipun kegiatan olahraga rutin baru saya mulai beberapa tahun
belakangan ini, tetapi saya rasakan itu belum terlambat, dan memang
bermanfaat untuk kebaikan kesehatan
No comments:
Post a Comment