From: dewanto
Suara gemericik air jamak digambarkan sebagai kedamaian. Suara semacam ini malah sudah ditiru dan dimasukkan ke rumah-rumah mewah dengan seolah-olah mengadopi sal dari pipa PAM yang bocor di rumah saya.
Semula ia cuma merembes. Tapi kemudian membengkak dan jadi pancuran dengan saya tak sanggup menghentikan kecuali menunggu petugas datang. Tetapi mental sudah dengan kesabaran. Selama harus bersabar itulah gemiricik air ini saya dengarkan siang malam.
Tidak mudah ternyata mendengar suara ini. Meskipun sama kesakitan. Celakanya itu tepat terjadi di saluran rumah saya dengan saya setiap saya sendiri. Sudah saya coba utnuk memanipulasi pikiran dengan menganggap seolah-olah itu suara gemericik air di sawah tetapi gagal juga. Sudah saya katakan kepada diri sendiri bahwa tidak ada air yang sia-sia. Jika air ini terus mengalir, ia akan sampai ke laut dan kembali akan diterbangkan sebagai awan-awan untuk menjadi hujan. Hujan itu, bisa ditampung lagi oleh PAM. Jadi tak perlu dan menyehatkan.
Tetapi hasil manipulasi pikiran ini tak banyak gunanya karena pada akhirnya, saya tak bisa menipu diri bahwa ini hanya sekadar manipulasi pikiran. Yang benar-benar terjadi ialah bahwa saya sejatinya sedang gelisah pada kebocoran. Jumlah kegelisahan itu meskipun sudah saya tekan-tekan masih jauh dimanipulasi. Yang diperlukan kemudian ialah kejujuran. Jujur bahwa walau air ini bisa mengalir ke laut dan akan kembali sebagia hujan, walaupun ia bisa melesak ke tanah sebagai air tanah, tetapi di benak saya ia tetaplah air yang bocor dan pemborosan.
Walaupun air ini bocor di luar meteran dan tidak mempengaruhi pembayaran tetapi saya sebuah kemewahan. Ketika air mati, suasana rumah menjadi aneh sekali. Hemat mandi, libur menyirami, berhenti ngepel, berhenti mencuci. Semua yang terasa adalah kekotoran termasuk tubuh sendiri. Sungguh penat berada dalam keadaan tanpa air ini. Maka, ketika pertama kali air tapi itulah tanda dimulainya kehidupan. Semua yang hidup, selalu menggembirakan.
Jadi, ada jenis manipulasi, betapapun cerdasnya, tak akan banyak gunanya jika ia cuma bermaksud menghindari kenyataan. Maka, cara terbaik adalah mengangkat telpon dan lapor PAM. Kalau ingatkan lagi. Kalau masih juga belum datang, terus akan saya ingatkan sampai kuat-kuatan. Menyambut kenyataan memang butuh ketabahan, tetapi pasti lebih baik katimbang sekadar memanipulasi pikiran.
(Prie GS/bnol)
sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/layar/2011/01/13/759
--
No comments:
Post a Comment