Saya ingat dia hadir sebentar memenuhi undangan makan siangku.
Sudah kuduga dia pasti datang tidak sendiri karena dia sangat pegang prinsip kepantasan.
Dia mengajak sahabat asrama wktu dia sekolah yg aku juga sangat kenal.
Melalui sahabatnya pula aku tau melalui 5 serial message panjang di FB ku bila dia bertahun tahun hidup menderita.
Dia ,gadis tinggi berparas bak Agnes Monica itu,dahulu adalah yg membuat aku tergila gila tanpa daya .
Menikah dg seorang pengusaha muda ternyata tidak membawanya dalam kebahagiaan ttp justru penderitaan yg berkepanjangan. Selepas kecelakaan dlm rally mobil kesukaannya,sang suami koma hingga 7 tahun lamanya.Mukjijat Tuhan menyadarkan sang suami namun dlm kondisi lumpuh total,kiranya musibah itu membuat pendarahan dibatang otaknya.
Sebagai isteri yg tetap cantik diusianya, bisa saja dia minta cerai sesuai saran mertuanya yg iba melihat penderitaannya, dan ingin mengambil alih beban merawat anaknya,tetapi dia tidak bisa dan tidak mau menerima empati itu.
Dengan mata tajam dia berkata menjawab keheranan saya,atas penolakannya,
"Tidak mudah bagiku merubah yg dulu disatukan olehNya,
Aku mampu menjalani sekian lama hidup dg suami yg bagai raga tanpa jiwa,tentu Tuhan pula yg menguatkan,
Dan tak mungkin aku menodai perkuatanNya hanya karena nafsu atau egoku. Karena aku yakin kapan saja mudah bagiNya bila Dia ingin mengambilnya, entah melalui aku sakit atau lebih dari itu.
Aku makin bahagia kini mas,karena dalam merawat suami aku setiap saat merasa Dia disampingku, setiap detik membimbingku.
Hal itu yg menurutku merupakan karunia yg membuat aku lebih baik dari kehidupan kami sebelumnya.
Terimakasih atas perhatian mas dan kita saling doa saja."
Kalimat itu memungkas harapanku yg tadinya dalam alam bawah sadar dan kenekatanku,aku masih ingin mengajaknya menapaki kehidupan baru bila dia memang benar2 menginginkannya.
Dia mencintai Nya jauh diatas cintanya pada dunia.
Jakarta 1998.
No comments:
Post a Comment