From: hernowo hasim
"Film Terbaru Hanung Bramantyo, Penuh 'Tanda Tanya'"?
Oleh Hernowo
"Ingatkah Anda pada suatu peristiwa dalam kehidupan Anda, ketika Anda mengubah jalan hidup Anda?" tulis Jalaluddin Rakhmat dalam mengantarkan buku pendiri psikologi positif, Martin Seligman, berjudul Authentic Happiness. "Mungkin Anda bertemu dengan seorang guru yang menasihati Anda dengan satu kalimat; dan kalimat itu mengubah caraAnda memandang kehidupan."
Ungkapan menarik Jalaluddin Rakhmat itu tiba-tiba saja muncul begitu saya menonton film Hanung terbaru, Tanda Tanya, kemarin Minggu, 17 April 2011. Ketika itu, salah satu tokoh dalam film yang digambarkan secara tragik, Surya (diperankan Agus Kuncoro, seorang aktor jalanan beragama Muslim tapi memerankan Yesus), memuji Rika (diperankan Endhita, tokoh yang berpindah agama). Surya memuji Rika karena telah berani memilih jalan yang diinginkan oleh dirinya sendiri meski sangat berisiko tinggi. "Jalan itu jalan besar," ujar Surya.
Keberanian memilih adalah inti dari film terbaru Hanung. Mari kita lanjutkan dulu apa yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat selanjutnya, "Atau Anda menyaksikan pemandangan yang sangat menyentuh; dan Anda merasa disadarkan pada kenyataan yang selama ini terabaikan. Para ilmuwan sosial dan penulis biografi menyebut peristiwa semacam itu sebagai epifani."
Ya keberanian memilih, ada kemungkinan besar, dapat mengantarkan seseorang mengalami epifani. Hidupnya yang datar, yang biasa-biasa saja, bisa berubah menjadi luar biasa atau bermakna! Selanjutnya, dengan mengutip Denzin, Jalaluddin Rakhmat menegaskan bahwa epifani adalah peristiwa istimewa dalam kehidupan seseorang yang menjadi titik balik dalam kehidupannya. Bagi saya, film Tanda Tanya ciptaan Hanung tak sekadar menyampaikan kisah-kisah nyata yang sering dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia akhir-akhir ini—kekerasan atas nama agama, efek pluralisme, bom di gereja, pernikahan beda agama, poligami, dll.—melainkan mengajari kita (terutama saya) bagaimana menemukan epifani dalam hidup yang kian kompleks.
Saya sempat mendengar bahwa film terbaru Hanung ini sempat memancing polemik. Menurut sebagian pihak, Tanda Tanya mengandung beberapa adegan yang kontroversial. Ketika saya mengklik Google untuk meminta bantuan, saya menemukan sebuah situs yang memuat berita tentang film Hanung ini dengan judul yang menarik "Film Terbaru Hanung Bramantyo, Penuh Tanda Tanya". Ketika saya menonton, saya memang diberi banyak pertanyaan sulit dan pelik oleh film Tanda Tanya.
Jawaban untuk menjawab pelbagai pertanyaan itu kini masih berwujud tanda tanya. Saya bingung dan tidak tahu harus bagaimana menjumpai keadaan sebagaimana yang dilukiskan oleh Hanung dalam filmnya. Saya pun meminjam judul yang digunakan oleh situs itu untuk tulisan saya ini. Salah satu yang saya dapat dari film Hanung, selain ihwal epifani, adalah ihwal kebencian. Betapa sangat buruknya efek kebencian yang terus ditanamkan di dalam diri ini.
Bahkan kebencian yang sifatnya sangat personal (pribadi) itu dapat menjalar ke mana-mana dan bersifat sosial. Ini dialami oleh Ping Hen (keturunan Cina), Soleh (seorang Muslim), dan beberapa tokoh di film Tanda Tanya. Saya sungguh bersyukur dapat menonton film yang sangat menarik dan dibuat dengan sinematografi kelas satu. Latar belakang setiap adegan, yang bergaya "Semarangan", juga saya sukai dan mengakrabkan saya dengan detail.
Hanung memang sutradara mumpuni. Dia dapat membuat film yang indah, yang meminta saya berpikir, dan—terus terang—membantu meningkatkan kualitas diri saya. Bravo Hanung, dan saya akan terus menunggu film-filmmu.[]
--
No comments:
Post a Comment