Sunday, May 27, 2012

“Qiyamul Lail”,



From: A.Syauqi Yahya

Bertemu Allah Dalam Keheningan Malam
"ومن الليل فتهجد به نافلة لك عسى ان يبعسك ربك مقاما محمودا"
Artinya: "Dan pada sebagian malam bertahajjudlah dengan-Nya sebagai tambahan bagimu, mudah-mudahan tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji".
Salah satu dari kebiasaan orang-orang sholeh yang tak pernah dilupakan adalah "Qiyamul Lail", yakni bangun di tengah malam untuk melaksanakan ibadah sholat tahajjud. Ya, di malam tersebut hamba-hamba Allah bisa sepuasnya bermunajat atau mengadukan segala persoalan yang ia punya kepada Allah. Mereka rela berjam-jam untuk meletakkan dahi di bumi yang ia sujudi, mengadahkan tangan, bahkan, tumpah tangis mereka acap kali terdengar di kamar ibadah hamba Allah tersebut. Mereka mengatakan: "inilah saatnya bagiku untuk 'bernostalgia', berdialog, dan bertemu dengan sang pencipta alam Allah SWT". Umar bin Dzar pernah berkata: "ketika para ahli ibadah melihat malam telah menyergap, mereka memandang para ahli kemalasan dan kelalaian telah menuju tempat tidur mereka, lalu menikmati pembaringan dan tidurnya, maka mereka (para ahli ibadah) justru bangkit menghadap kepada Allah SWT dengan suka cinta dan riang gembira dengan ibadah yang baik di penghujung malam dan tahajjud yang panjang". Beliau juga menambahkan, orang yang merugi adalah orang yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebaikan malam dan siang, dan orang yang melarat adalah orang yang terhalang dari kebaikan malam dan siang".
 
Hasan bin Athiyah, ulama' salaf tersebut pada suatu ketika pernah berkata: "Barang siapa berlama-lama dalam mengerjakan Qiyamul Lail, maka ia akan merasa ringan ketika harus berdiri lama pada hari Qiamat." di ceritakan juga oleh Jubai bin Nufair, bahwasannya ayahnya pernah berkata, "Ibnu Sa'ib pernah memberi hadiah kepada Maimunah, bibinya berupa sebuah kasur bulu. Lalu ketika maimunah berbuka puasa dan ingin tidur-sementara ia adalah seorang ahli ibadah. Ia pun berkata, "siapkan untukku kasur dari keponakanku itu". Kemudian ia pun tidur di atasnya dengan begitu nyenyak sampai pagi. Lalu ia berkata, "keluarkanlah kasur itu dariku, karena ia telah membuatku lalai dan tertidur pulas. Aku tidak memakainya lagi". Selain itu, pernah juga Abdurrahman bin Yazid meriwayatkan bahwa Zabir berkata, "kami pernah pergi berperang bersama Atho' Al-Khurasani. Pada waktu itu dia menghidupkan malam dari awal sampai akhir, kecuali tidur sejenak menjelang Fajar".
 
Jika melihat kisah dan ucapan para Ulama' atau salafunas sholeh di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sedemikian besarnya nilai Qiyamul Lail atau sholat Tahajjud tersebut di mata mereka. Jadi benar jika Nabi mengatakan pada salah satu Haditsnya :
"نعم الرجل عند الله لوكان يصلى من الليل"
Yang artinya : "kenikmatan seorang hamba Allah itu bisa ia rasakan, apabila ia bisa melaksanakan sholat malam".
 
Mereka (para sholihin) begitu antusias dan terlihat begitu semangat untuk mengerjakan sholat tahajjud ketika waktu malam tiba. Meskipun udara malam terasa begitu dingin dan mencekam, bagi mereka yang ingin memperoleh "Maqoman Mahmudah" atau derajat yang terpuji tidak jadi persoalan dan rintangan. Mereka akan meraih sebanyak-banyaknya keutamaan yang tersimpan dalam sholat malam, dan mereka juga semata-mata ingin menerapkan dan menggapai fadilah dari kandungan Hadits yang pernah di sabdakan Nabi :
"افضل الصيام بعد رمضان شهرالله المحرم, وافضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل"
 "utama-utamanya puasa setelah puasa Romadlon adalah puasa Muharrom, dan paling utama-utamanya sholat setelah sholat fardhu adalah sholat malam (sholat Tahajjud)".
 
Secara fisik dan naluri, bangun di tengah malam, mengambil air wudhu' serta melaksanakan sholat memang terbilang berat dan cukup melelahkan. Namun, jika kita mau memperhatikan kata-kata :
"الاجر بقدر تعب"
 "besar kecilnya pahala seseorang itu tergantung dari jeri payahnya dalam mencari pahala tersebut".
Maka segenap rasa lelah, malas, berat, akan lenyap dengan sendirinya. Sebagaimana para Salafunah sholeh melakukan amaliyah-amaliyah tersebut. Nilai iman ketaqwaan di sini menjadi barometer atau tolak ukur seseorang untuk bisa melakukan ibadah-ibadah yang dinilainya berat seperti sholat tahajjud tadi.
 
Realitas yang sering kita lihat di tengah-tengah masyarakat, bahkan, mungkin kita sendiri yang "sering" melakukannya, adalah saat kompetisi atau ajang sepak bola ditayangkan. Baik itu piala dunia atau pertandingan liga domestik, atau lainnya. Kita rela atau sanggup berjam-jam menghabiskan waktu di depan televisi hanya karena si kulit bundar beraksi atau para jagoan kita main. Meskipun pertandingannya baru diputar dini hari, tapi dalam rangka antisipasi supaya tidak ketinggalan, kita kuat dan sangat ikhlas mengajak ke dua mata kita untuk melotot atau tidak tidur sampai sepak bola tersebut usai.
 
Diakui atau tidak, karena kita sudah terlanjur "demam" sepak bola atau istilah kerennya GIBOL (gila bola), maka pertandingan yang ditayangkan live tengah malam tersebut mampu atau kuat kita saksikan. Nah, pertanyannnya sekarang, jika dalam urusan sepak bola yang efeknya hanya memperoleh kesenangan dan kepuasan semata bisa kita lakukan, mengapa dalam urusan ibadah (khusunya sholat tahajjud) yang nilai positifnya jauh lebih banyak kita peroleh ketimbang sepak bola di atas sulit untuk kita amalkan atau kita kerjakan dalam realitas-nya? Mana janji kita sebagai orang yang mengaku dirinya sebagai ahli sunnah wal jama'ah? Dan apakah kita juga tidak tergiur oleh janji Allah yang begitu besar, terhadap seseorang yang bisa atau mau melakukan sholat malam?
 
Pada dasarnya memang nafsu dalam diri kita tidak bisa dihilangkan, kita hanya bisa menyetir dan mengarahkannya, jika upaya ini tidak dilakukan, maka kita akan menjadi seperti yang dikatakan banyak orang, yakni budak hawa nafsu. Nah, untuk bisa melaksanakan sholat malam, nafsu yang kita miliki jangan terlalu sering dimanjakan. Ironisnya, malam yang banyak menyimpan keberkahan itu lewat begitu saja tanpa kita isi dengan nilai-nilai amaliyah kepada Allah SWT. Jika demikian, maka rugilah kita dalam mencari "Maqomman Mahmudah" yang dijanjikan Allah SWT pada malam-Nya. Namun, apabila kita bisa memanfaatkannya, buah dari sholat tahajjud itu akan memberi kebaikan pada semua aktivitas yang hendak kita lakukan. Percaya atau tidak, hanya kita-lah yang bisa membuktikan dan merasakannya. (F-jar)

http://salafiyah.org/component/content/article/43-talim/407-bertemu-allah-dalam-keheningan-malam.html
--

No comments:

Post a Comment