Sunday, August 19, 2012

pengetahuan pendidikan ?

From: syauqi yahya

Senin, 15/02/2010 12:53 WIB

Lody Pa'at: Sensitif, Pengetahuan Guru Soal
Pendidikan Sudah Usang


Anwar Khumaini - detikNews











Jakarta -
Empat siswa SMU 4 Tanjungpinang, Kepulauan Riau dikeluarkan sekolah
lantaran dianggap menghina guru. Sebutan perawan tua terhadap sang guru
lah yang membuat sang guru tidak mau memaafkan ulah nakal sang murid.


Aktivis Koalisi Pendidikan, Lody Pa'at menyayangkan sikap sekolah
dan sang guru yang tidak mau memaafkan kesalahan muridnya itu.


Berikut wawancara Lody Pa'at dengan detikcom via telepon, Senin
(15/2/2010):

Bagaimana tanggapan Anda soal 4 siswa SMU
di Tanjungpinang yang dikeluarkan sekolah lantaran dianggap menghina
guru?

Itu sebenarnya guyonan. Tapi menurut saya,
kalau saya baca dari berbagai media, pernyataan wakil kepala sekolah
menganggap ini melanggar aturan. Pertanyaannya, aturan siapa ini? Kalau
aturan sekolah siapa yang buat? Kalau yang membuat adalah pihak sekolah,
apakah murid terlibat dalam pembuatan aturan itu? Ini sebenarnya adalah
masalah yang kerap terjadi di seluruh sekolah, bahwa murid tidak tidak
diikutsertakan dalam pembuatan peraturan sekolah.

Kalau ini
dikatakan menyangkut masalah hukum, si murid juga harus punya hak untuk
bersuara. Ini sesuai dengan logika pendidikan bahwa Anak-anak itu harus
bersuara dan ada yang membela. Murid juga harus diikutsertakan, didengar
mengapa mereka melakukan itu. Jangan-jangan sebenarnya yang menghina
itu tidak cuma 4 orang saja, melainkan semua murid, tapi cuma 4 saja
yang berani ngomong. Kesimpulannya, apa yang dilakukan oleh sekolah,
sama sekali di luar logika pendidikan yang saya pelajari.

Bagaimana
dengan hinaan para murid yang menyebut salah satu guru sebagai perawan
tua? Apa memang mereka tidak layak dimaafkan?

Kalau
dia memang perawan tua sebenarnya nggak apa-apa, mau gimana? Itu fakta.
Kata-kata itu menyinggung memang betul. Tapi zaman saya sekolah, kuliah
dulu, juga banyak dosen yang juga perawan tua. Kalau pun mau dihukum ya
ditegur lah jangan melakukan lagi hal itu.

Sebenarnya
sederhana persoalannya. Tapi akibatnya seperti ini kan, semua orang
akhirnya tahu. Saya dan beberapa orang sudah membuat blog tentang ini.
Jadi tambah parah persoalannya.

Apakah murid yang
menghina via facebook itu cukup minta maaf untuk menyelesaikan masalah?


Nah apalagi mereka sudah minta maaf. Jadi ini kelihatan
sekali di sekolah-sekolah relasi antara guru dan murid nggak seimbang.


Sanksi yang tepat?

Ya ditegur lah. Sama
halnya ada guru yang mengatakan hal-hal yang nggak senonoh kepada
murid, kenapa juga nggak disamakan saja.

Guru harus
bagaimana agar dihormati?

Kalau yang saya amati,
memang mau tidak mau, mohon maaf, guru seperti ini, pengetahuan
pendidikannya sudah usang. Ini masih mencerminkan pendidikan zaman
penjajahan. Saya bisa memahami jika hal ini terjadi pada orang tua saya
saat mengenyam pendididik zaman penjajah. Tapi dalam suasana sekarang
tidak harus seperti itu. Harus diubah pengetahuan pendidikannya. Guru
dituntut bagaimana mengembangkan kapasitasnya untuk bisa memperbarui
pengetahuannya tentang pendidikan.

Ke depan, bagaimana
komunikasi yang baik antara guru dan murid biar hal serupa tidak
terjadi?

Saya masih menganggap ini adalah problem
pengetahuan di tingkat guru sehingga mengakibatkan cara berkomunikasi
kurang tepat. Selama ini kesetaraan antara guru dan murid tidak ada.
Sumbernya utamanya adalah pengetahuan pendidikan. Cara berkomunikasi
guru juga harus diperbaiki.

Sekolah juga harus mempunyai konsep
pengembangan, pelatihan, atau program-program yang bisa menjadikan para
guru dan murid memiliki kesetaraan, saling menghormati. Itu yang
sebenarnya selama ini tidak ada dalam dunia pendidikan kita.
(anw/iy)


http://www.detiknews.com/read/2010/02/15/125313/1299705/158/lody-paat-sensitif-pengetahuan-guru-soal-pendidikan-sudah-usang

No comments:

Post a Comment