Monday, April 2, 2012

Mau Kuliah Gak Jadi Gara2 disuruh Bayar 40 Jt Kontan




From: Haryono

---------- Forwarded message ----------

Dear all,

Sy copas dr milis tetangga. Baik u kita, baik u direnungkan dan baik u mulai
menabung...

Arie@Kemang now

 
Mau Kuliah Gak Jadi Gara2 disuruh Bayar 40 Jt Kontan
________________________________
KOMPAS.com — "Maafkan aku, Nak, ya. Urungkan niatmu untuk menjadi sarjana. Ayah
tidak sanggup menyediakan uang sebesar itu dalam waktu sekejap."

Kata itu mungkin yang sering muncul dari seorang ayah yang anaknya diterima
menjadi mahasiswa jalur undangan perguruan tinggi negeri (PTN). Dulu, jalur ini
dikenal dengan penelusuran minat dan kemampuan, atau kerap disingkat PMDK.

Bagaimana tidak, seorang teman di Facebook, Coen Husain Pontoh, menuliskan keluh
kesahnya di statusnya. "Keponakan saya keterima di salah satu universitas
terkemuka di Pulau Jawa melalui jalur "undangan". Tapi, untuk bisa masuk kuliah,
ia pertama kali harus bayar Rp 40 juta kontan," tulisnya.

"Kampusnya terkenal sebagai kampus rakyat, namanya: Universitas Gadjah Mada
(UGM), Yogyakarta," tulisnya

Bayangkan, orangtua yang gajinya di atas upah minimum, katakanlah Rp 2,5 juta
per bulan, belum tentu bisa menyediakan uang sebesar itu dalam waktu singkat.
Kecuali, kalau orangtua itu nyambi korupsi tentunya. Padahal, upah minimum
seorang buruh atau karyawan/karyawati di Jakarta berkisar Rp 1,2 juta.

Pada situs Pemprov DKI Jakarta tertanggal 29 November 2010 diberitakan bahwa
upah minimum DKI Jakarta (UMP/UMR DKI Jakarta) tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp
1.290.000 per bulan per orang. Apa ini artinya? Artinya, jika kita anak seorang
buruh yang gajinya sesuai dengan upah minimum atau dua kalinya upah minimum yang
ditetapkan pemerintah, kita dilarang untuk menjadi mahasiswa.

Kampus hanya untuk orang kaya. Orang miskin dilarang masuk kampus untuk belajar.
Yang boleh belajar di kampus adalah orang-orang kaya. Sementara jika pendidikan
tinggi adalah salah satu pintu masuk untuk mengubah kehidupan agar lebih baik,
pintu itu sekarang sudah perlahan-lahan ditutup.

Yang kaya makin kaya dan yang miskin tetaplah miskin. Tak peduli di negeri yang
mengklaim berdasarkan Pancasila, yang berdasarkan Ketuhanan, Kemanusiaan, dan
Keadilan Sosial. Yang jelas di negeri ini anak orang miskin silakan minggir dari
pendidikan tinggi.

"Salah sendiri lu miskin, orang miskin, enyah aja lu".

Mungkin, itu kata-kata yang muncul di pikiran, hati, dan lisan para petinggi
negeri ini, yang membiarkan komersialisasi pendidikan semakin menggila.

Nak, urungkan niatmu jadi sarjana ya….

Sudah jangan menangis terus, Nak….

Mungkin kita hidup di negeri yang salah.…

Di negeri yang menganggap orang-orang miskin hanya sekadar angka, bukan warga
negara….

sumber :kompas.com
http://edukasi.kompas.com/read/2011/05/20/10261678/Nak.Urungkan.Niatmu.Jadi.Sarjana.


No comments:

Post a Comment