Saturday, April 7, 2012

Apalagi minta membacanya???



From: A.Syauqi Yahya

Minat Membaca [Sebuah Permasalahan Klasik Yang Mengakar]
Putra Tebidah
OPINI | 26 May 2011 | 11:19 37 0





2 dari 2 Kompasianer menilai aktual
________________________________

Membaca

Buku adalah sumber ilmu. Ini dikarenakan buku adalah jendela iImu pengetahuan yang bisa membuka cakrawala seseorang. Namun pada kenyataannya, masyarakat kita belum sepenuhnya mengerti manfaat dari mencintai keberadaan buku. Hal itu terlihat dari berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat. Salah satu buktinya adalah daya konsumsi terhadap surat kabar. Jika idealnya satu surat kabar di konsumsi oleh 10 orang namun di masyarakat kita 1 koran bisa mencapai 45 orang.

Fakta lain yang menunjukkan rendahnya minat baca masyrakat kita adalah rendahnya pengunjung perpustakaan. Pada suatu negara maju indeks kunjungan bisa mencapai 80%, sedangkan di negara kita hanya mencapai 10 - 20 persen. Itu menandakan bahwa animo masyarakat terhadap keberadaan buku sangat kurang.

Berangkat dari fenomena diatas sudah sepantasnya kita merasa prihatin dengan kondisi tersebut. Hali ini mengingat bahwa membaca itu merupakan suatu kegiatan dan kemampuan khas yang dimiliki oleh manusia. Memang, kemampuan membaca yang dimiliki seseorang tidak serta merta terjadi begitu saja. Pada tahap sebelumnya manusia akan mengalami suatu proses belajar. Selanjutnya akan ada tindakan pembiasaan sebagai wujud dari adanya minat atau interest terhadap sumber bacaan.

Ada satu indikasi yang menyatakan bahwa bangsa kita mengalami suatu pergerakan melompat dari masa praliterer ke masa pascaliterer. Hal ini berarti kita telah melompati satu masa penting yaitu Literer . maksudnya bahwa masyarakat kita yang amat jarang membaca sehingga sulit menulis. Ini juga karena kebiasaan masyarakat kita yang lebih senang untuk mendengar kemudian dihadapkan pada masa masuknya teknologi komunikasi, informatika dan broadcasting. Akibatnya, masyarakat kita lebih senang menonton TV atau mendengar radio daripada membaca.

Oleh karena itu, saat ini bangsa kita sangat membutuhkan suatu generasi literat. Secara sederhana literat dapat diartikan sebagai suatu kemampuan membaca dan menulis atau melek aksara. Namun, saat ini literat memiliki arti yang luas. Literasi bisa diartikan sebagai melek teknologi, politik, berfikir kritis dan peka terhadap lingkungan. Maka dari uraian tersebut kita dapat mengambil garis merah bahwa generasi literat dapat digunakan sebagai jembatan menuju masyarakat makmur dan kritis namun tetap peduli pada lingkungannya.

Saat ini memang tidak mudah menciptakan suatu generasi literat di Indonesia. Hal itu kembali pada kebiasaan masyrakat kita yang lebih senang mendengar daripada membaca. Namun, berbagai alternatif upaya perlu dilakukan antara lain dengan membiasakan anak membaca sejak dini.

Melihat dari banyak fakta yang terjadi maka kita dapat menyatakan bahwa minat membaca merupakan salah satu indikator dari kualitas bangsa. Hal ini mengingat bahwa peran buku yang sampai saat ini masih menduduki peringkat teratas dalam perolehan pengetahuan dan perlu di ingat juga bahwa sejarah telah mencatat bahwa perpustakaan mampu menjadikan suatu bangsa maju dan besar. Misalnya saja bangsa Mesir kuno, Asyria,Romawi, yunani kekaisaran cordoba dan Baghdad serta bangsa-bangsa lain. Dan keruntuhan bangsa-bangsa besar tersebut salah satunya ketika perpustakaan-perpustakaan di hancurkan.

Sedangkan kita, bangsa Indonesia masih sibuk mencari-cari permasalahan yang ada dalam dirinya. Dan permasalahan-permasalahn itu kian hari kian mengwerak dan mendarah daging. Mana sempat mengurusi buku dan perpustakaan yang terlihat kuno dan sedikit buku. Apalagi minta membacanya???

http://sosbud.kompasiana.com/2011/05/26/minat-membaca-sebuah-permasalahan-klasik-yang-mengakar/

--

No comments:

Post a Comment