Saturday, April 7, 2012

Dua Wartawan Perang

Dua wartawan perang, ditangkap oleh sekelompok gerilyawan. Lantas,
mereka dibawa oleh kawanan gerilyawan itu bersembunyi dan masuk ke
dalam hutan rimba belantara. Selama ditawan, mereka sebenarnya
diperlakukan dengan baik. Para kawanan gerilyawan pun tidak punya niat
untuk mencelakakan mereka. Para tawanan ini hanya akan dipakai untuk
menekan pihak pemerinta yang tidak mau berunding. Tidak ada niat
sedikit pun mencelakakan mereka.

Namun, setelah dikepung berhari-hari oleh tentara pemerintah, akhirnya
pihak kawanan gerilyawan pun memutuskan untuk menyerah. Mereka
ditangkap, dan begitu pula kedua wartawan inipun diselamatkan oleh
tentara pemerintah dan dibawa pulang.

Akhirnya, kedua wartawan ini pun kemudian dipulang ke negara mereka
masing-masing.

Lalu, di negara asalnya, wartawan yang satu, mengungkapkan kesannya
yang penuh dengan celaan serta kejengkelan selama ia ditawan.
Menurutnya, "Kami harus masuk ke jalan-jalan di hutan yang buruk!
Nyamuknya banyak! Hidup dari buah-buah dan berburu binatang di hutan!
Tidur dengan sangat tidak nyenyak." Pokoknya, isinya hanya penuh keluh
kesah.

Sementara itu, wartawan yang lainnya mengungkapkan catatan hariannya
yang isinya sama sekali berbeda. Menurutnya catatannya, "Betul-betul
perjalanan yang menantang. Hidup terasa lebih hidup. Saya merasa
seperti menjalani kehidupan seperti jaman dahulu. Berburu binatang di
hutan untuk hidup. Tidur di alam terbuka. Belajar bertahan hidup
dengan apa yang tersedia di hutan. Sungguh pengalaman yang
mendebarkan!"

Ketika tulisan pengalaman kedua wartawan ini akhirnya dimuat di koran
mereka masing-masing, tampaklah betapa berbedanya kedua wartawan ini
melihat pengalaman mereka, dengan kaca mata mereka masing-masing.
Pertanyaannya, kalau begitu, siapa diantara kedua wartawan ini yang
benar?

Pesan Moral:

Ketika kamu mulai mencela, kamu kehilangan kesempatan untuk melihat
sesuatu yang indah

Ditulis oleh: Anthony Dio Martin

No comments:

Post a Comment