Monday, April 9, 2012

Tanpa Ragu


From: Goop
Berikut tulisan Pak Budi Maryono, beliau dulu di Suara Merdeka kemudian keluar dan sekarang sibuk mengantarkan dan membawakan bekal makan siang untuk putranya.

 
 
Sent to you by Goop via Google Reader:
 
 
Tanpa Ragu
via MATAHARIPAGI by Mataharipagi on 12/2/09

SALAH satu yang aku sukai saat menjemput Gigih pulang sekolah, sekaligus mengantar bekal makan siang untuk Biru, adalah mendapat laporan langsung. Baik dari Gigih atau Biru maupun dari guru mereka. Pada awal-awal masuk Juli-Agustus, misalnya, Bu Ira bilang, "Tadi Gigih nangis lho, Pak…" Begitupun Bu Silvi, "Gigih habis jatuh, Pak. Sedikit luka, sudah dikasih betadin tadi."

Aku pun bertanya pada Gigih. "Kok nangis napa?" atau "Tadi jatuh di mana? Kok bisa jatuh, gimana ceritanya?" Lalu dia pun bercerita, "Aku takut naik ke atas prosotan pakai tali…" atau "Pas lari-lari, didorong teman, ya jatuh." Dan aku selalu menggoda dengan pertanyaan, "Pas jatuh tadi, nangis juga nggak?" Mantap dia menjawab, "Ya nangis to ya, sakit-ok!"

Pada hari otbon yang lain, sebelum Bu Ira, Gigih lapor lebih dulu. "Pak, aku dah bisa naik prosotan pakai tali. Sekarang nggak takut lagi!" Oho, itu laporan langsung yang menyenangkan. Maka aku bersemangat menyambut, "Ciiiiiaaaa, Gigih hebat!!! Sekarang, ayo balapan lari sama Bapak…" Dan kami pun lari, naik turun sesuai dengan kontur tanah, menuju tempat parkir kendaraan.

Teman atau guru sakit dan tidak masuk sekolah juga menjadi menu laporan langsung si Gigih. "Dinda tadi nggak masuk, Pak. Ihdin juga. Sakit, kata Bu Guru." Kali lain, ini laporannya, "Pak, Bu Silvi nggak masuk, sakit…" Apalagi kegiatan-kegiatan saat "belajar", selalu dia laporkan begitu aku datang menjemput, bahkan rencana esok hari. "Besok bawa baju ganti Pak, aku mau main air."

"Di mana?" tanyaku. Gigih semangat menyahut, "Water boom to ya!" Di rumah, dia ceritakan juga rencana itu pada ibunya. "Ke water boom? Water boom yang di mana? Yang bener? Kok nggak ada surat dari Bu Guru?" usut Entik. Gigih cuek menjawab, "Ya nggak tahu." Besoknya, saat aku jemput pulang, Gigih yang sudah ganti pakaian langsung laporan, "Ternyata nggak ke water boom kok Pak? Tapi tetep main air. Tadi nyuci motor sambil ciprat-cipratan!" Aku terbahak. "Nyuci motor siapa? Bu Ira atau Bu Silvi?" Hehehe…

* * * * *

SAAT mengantar bekal makan siang ke kelas Biru, IV-A Semangat, yang kutemui tak hanya anak kedua kami itu, tapi juga teman-temannya. "Bilaaaaalllll (ini panggilan Biru di sekolah), dicari bapakmu!" teriak mereka selalu. Dari mereka pulalah aku mendapat laporan langsung. Saat Biru tak ada di kelas, aku tanya pada mereka, "Biru mana?" Ada yang bilang tak tahu, ada pula yang menjawab, "Main internet di warnet sana, Pak."

Kadang-kadang aku tak perlu ke kelas karena Biru sedang belajar di luar. Dan kalau tahu aku datang, dia pasti teriak dari kejauhan. "Bapppppaaaaaakkkkk, Ibuk masak apa?" Oho, aku jamin, siapa pun yang sekarang sudah menjadi bapak, tak akan pernah melupakan momen teriak-panggilan seperti itu. Senang, bangga, bahkan bahagia! Sambil menyerahkan bekal, biasanya aku bilang, "Apa pun makanannya, Ibuk memasak dengan cinta. Jadi, bersyukurlah dengan makan bekal ini sampai habis."

Beberapa hari yang lalu, aku cari Biru ke kelas, tak ada. Ke lapangan depan, belakang, saung, juga tak ada. Kutitipkan bekal itu pada Baril, salah satu temannya yang bilang, "Bilal belum pulang…" Ketika aku ke tempat parkir, kulihat Biru dengan membawa tali beserta guru otbon dan beberapa temannya keluar dari "hutan kecil" di seputar sekolah. Kutunggu dia. Dan inilah laporan langsungnya dengan kaos dan celana kotor. "Capek aku, Pak. Tadi naik bukit, nggak pakai alat bantu apa-apa. Aku berusaha dan bisa!"

Laporan langsung Biru kemarin membuatku kian "menyukai sekolah alam". Begitu menerima bekal di kelas, dia berbicara gagap menirukan peran Azis Gagap di Opera van Java: "Akkkk…kkku hhhhaaaa… bis tiddd…dur… tadi." Beberapa temannya tertawa. Bicara gagap itu jelas bercanda, tapi tidurnya, tidak. Biru pernah bercerita, murid boleh tidur di kelas kalau memang benar-benar ngantuk. Waktu aku sedikit protes, "Kok gitu sih?" Jawaban Biru amat telak, "Ngantuk disuruh belajar, mana bisa masuk? Tidur dulu bentar, bangun, terus belajar lagi…"

Mendengar laporan langsung tanpa ragu seperti itu, sungguh, amat menyenangkan…

No comments:

Post a Comment