Wednesday, January 13, 2010

Ber Tafakur -

Tafakkur, Manusia, dan Akhir Zaman
Maulana Syaikh Muhammad Nazhim 'Adil al-Haqqani
Ahad, 2 Desember 2001, Lefke, Siprus Turki
Tafakkur, berpikir reflektif, kontemplasi, meditasi,
adalah seperti anak tangga atau pesawat yang membawa
kalian naik, dan lebih dari itu, dia (tafakkur)
membawa kalian menuju tingkat spiritual tertinggi
seperti sebuah roket, saruh. Karena itu, dikatakan
bahwa satu jam bertafakkur adalah lebih baik daripada
70 tahun shalat tanpa tafakkur. Tafakkur adalah suatu
aspek penting dari ibadah dan dia membuka pintu-pintu
rahasia tanpanya tak ada pintu yang akan terbuka bagi
siapa pun.


Tafakur, Jalan Mengenal Allah

MENERIMA kebenaran dan menemukan kebenaran adalah sesuatu yang berbeda.
Menerima kebenaran cukuplah dengan bertaqlid (mengikuti), sedangkan
menemukan kebenaran hanya akan diperoleh melalui pemikiran yang
mendalam. Firman Allah: ''Allah menganugrahkan al hikmah (kepahaman yang
dalam tentang Alquran dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki,
dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah
dianugrahi karunia yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (Al Baqarah:269).
Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: ''Janganlah kamu mengenal dan
mengikuti kebenaran karena tokohnya; tetapi kenalilah kebenaran itu
sendiri, niscaya kamu akan mengetahui siapa tokohnya !''. Akan lebih
baik bila kita menemukan kebenaran dari hasil pemikiran sendiri daripada
menerima suatu kebenaran dari hasil orang lain.
Berpikir terbukti merupakan pelita hati, karena itu apabila ia tidak
dihidupkan maka hati akan gelap gulita. Orang yang serius berpikir
tentang apa-apa yang telah Allah ciptakan; ataupun tentang sakratulmaut,
siksa kubur, maupun kesulitan-kesulitan yang akan dijumpai di hari
kiamat kelak, niscaya akan mendapatkan pencerahan jiwa.
Demikian besar keutamaaan bertafakur, sehingga Rasulullah pun pernah
bersabda: ''Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun''.
Mengapa Rasulullah bersabda demikian? Hal ini semata-mata karena beliau
ingin menyelamatkan umatnya agar kelak tidak dijadikan untuk isi neraka,
sebagaimana peringatan Allah dalam Alquran: ''Dan sesungguhnya Kami
ciptakan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia.
Mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat
Allah), mempunyai mata tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengar
ayat-ayat Allah, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai''. (Al-A'raf:179)
Dibelenggu
Walaupun keutamaan bertafaqur sudah demikian jelasnya, dan ancaman bagi
yang tidak mau melakukannya sudah amat tegasnya, tetapi mengapa sedikit
sekali orang yang mau betafaqur? Hal ini penyebabnya antara lain karena
mereka membiarkan pikiran dan hatinya dibelenggu oleh kentalnya masalah
keduniawian. Ketika hati seseorang dipenuhi oleh khayalan, impian
mustahil, maka hidayah akan menjauh darinya. Dengan demikian, selama
orang tidak mau memangkas hal-hal yang dapat merusak keseimbangan antara
urusan dunia dan akhirat di hatinya, maka selama itu pula ia akan lalai
untuk bertafakur.
Sesungguhnya buah dari tafaqur adalah keyakinan-kayakinan Ilahiyyah yang
akan memudahkan kita dalam pengendalian diri agar dapat selalu taat pada
keinginan Allah dan Rasull-Nya. Oleh karena itu banyak obyek yang dapat
ditafakuri, antara lain:
- Bertafakur mengenai tanda-tanda yang menunjukan kekuasaan Allah; akan
lahir darinya rasa tawadhu (rendah hati) dan rasa takzim akan keagungan
Allah.
- Bertafakur mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan;
akan lahir darinya rasa cinta dan syukur kepada Allah.
- Bertafakur tentang janji-janji Allah; akan lahir darinya rasa cinta
kepada akhirat.
- Bertafakur tentang ancaman Allah; akan lahir darinya rasa takut kepada
Allah.
- Bertafakur tentang sejauh mana ketaatan kita kepada Allah sementara Ia
selalu mencurahkan karunianya kepada kita, akan lahir darinya kegairahan
dalam beribadah.
Mengerti atau mengenal kebenaran saja tidaklah cukup. Karena Alquran
mengatakan orang yang terhindar dari kerugian adalah mereka yang
memenuhi empat kriteria:
1. Mengenal kebenaran.
2. Mengamalkan kebenaran.
3. Saling nasihat menasihati mengenai kebenaran.
4. Sabar dan tabah dalam mengamalkan serta mengajarkan kebenaran.
Tafakur merupakan jalan untuk mengenal/menuju Tuhan. Indikator
keberhasilan tafakur adalah timbulnya motifasi-motifasi yang dapat
memudahkan untuk taat melaksanakan aturan main yang telah ditetapkan
Allah SWT dan Rasull-Nya. Pengalaman telah membuktikan, pekerjaan
sesulit apa pun akan terasa menjadi ringan bila dilandasi dengan
motifasi yang kuat. Motifasi yang tercipta lewat tafakur ini sifatnya
sangat individual, artinya belum tentu dapat cocok bila digunakan oleh
orang lain.
Rasulullah bersabda: ''Sebaik-baiknya yang tertanam di dalam hati itu
adalah keyakinan; sedangkan keyakinan tidak bisa tertanam hanya melalui
mata dan telinga saja, tetapi ia harus dibenamkan ke dalam bawah sadar
oleh akal''.
Dengan demikian dapatlah kiranya dimengerti, mengapa ceramah agama atau
pengajian yang kita ikuti seringkali tidak dapat menambah keyakinan
kita. Hal ini tiada lain karena kita hanya menggunakan mata dan telinga
saja, sementara akal dan hati yang kita perlukan untuk mencerna, kita
tinggalkan di rumah !
Interaksi antara pikir dan dzikir akan menghasilkan keyakinan-keyakinan
sebagai berikut :
- Tidak wajar bila kita stres pada waktu mengalami musibah, bukanlah hal
ini merupakan realisasi dari permintaan kita.
- Bila Allah memberikan musibah, sebenarnya yang ingin Dia berikan pada
kita adalah hikmah.
- Musibah adalah tanda cinta Allah kepada kita, yaitu Dia memberikan
peluang bagi kita untuk meningkatkan ketaqwaan, bukankah manusia yang
paling hebat itu adalah yang paling taqwa?.(Tim Kajian Qolbun Salim-12)


TAFAKUR : Menafakuri Diri
[ @ 10 March 2006 01:38 AM - ]


Bedah buku Tazkiyatun Nafs
Bab Tafakur, Materi kultum di Liqo, Sabtu 18 Feb 2006
TAFAKKUR
Tafakur artinya kegiatan berfikir, memikirkan atau merenungi secara
mendalam. Tafakur berarti bagaimana kita sebagai hamba Allah selalu
memikirkan, merenungi akan kekuasaan Allah yang meliputi langit bumi
beserta seluruh ciptaan-Nya ini, tidak hanya melalui akal semata tetapi
juga disertai dengan zikir & fikir dihati.
Bertafakur bukanlah berkhayal dan berangan-angan kosong, bukan
memikirkan keduniaan yang tak pernah habis. Tapi mengarahkan kita untuk
memikirkan semua fenomena alam dan kaitannya dengan keimanan. Itulah
tafakur yang akan mempunyai pengaruh pada kebersihan hati. Tafakur
adalah berfikir jauh menerawang dan menerobos alam dunia kedalam alam
akhirat, dari alam ciptaan-Nya menuju kepada sang Khalik.
Ali Imran:190-191
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi".
ObjekTafakur
Tafakur dimulai dari yang terdekat dengan kita :
Menafakuri.diri.sendiri
Ruang lingkup tafakur amatlah luas, meliputi bumi langit beserta seluruh
isinya bisa di jadikan sebagai objek tafakur. Namun demikian, Allah Swt
tidak pernah menyulitkan makhluk-Nya. Hal apapun yang diperintahkan
Allah atas makhluk-Nya, selalu di sertai dengan petunjuk atau jalan yang
bertujuan untuk selalu memberi kemudahan kepada hambanya. Dalam hal
bertafakur, Allah memberi jalan seperti yang tertuang di dalam Alqur'an
surah Adz-Dzariyat (51) : 27 :"Dan pada dirimu sendiri apakah kamu
tidak memperhatikan?", atau surah Adz-Dzariyat (51) : 20-21.
Jadi objek tafakur yang paling dekat dengan kita adalah menafakuri diri
kita sendiri. Ini sangat besar manfaatnya, karena hal ini merupakan
sumber pengetahuan yang akan mengantarkan diri mengenal Allah
(Marifatullah) sebagai Zat yang menciptakan kita. Dalam menafakuri diri
kita, kita bisa napak tilas ke belakang saat kita belum dilahirkan.
Bagaimana Allah menciptakan kita seperti kita sekarang ini, ada yang
menjadi pengusaha, ustadzah, ibu rumah tangga, dokter dan lain
sebagainya. Bukankah asal mula kita di ciptakan Allah dari setetes
mani,
Surah Qiyamah 37-38 : Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang
ditumpahkan kedalam rahim. Kemudian mani itu menjadi segumpal
darah/suatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan
menyempurnakannya. Firman Allah lainnya yang berkaitan tentang asal
muasal manusia ini terdapat juga di dalam surah, Abasa: 17-22.
Ar-Rum:20. Al-Mursalat:20-22. Yasin :77. Al-Insan : 2.
Al-Mu'minun:12-14.
Maka mari renungkan diri kita berpuluh puluh tahun yang lalu, saat kita
masih belum dilahirkan kedunia ini, atau saat kita masih berbentuk
setetes air mani yang dihasilkan dari buah kasih kedua orang tua kita.
Lalu bagaimana proses dari setetes mani itu menjadi segumpal darah atau
janin dalam rahim ibu kita, kemudian janin tersebut terus berproses dan
berkembang menjadi seorang bayi yang siap di lahirkan. Sampai akhirnya
kita tumbuh dewasa seperti saat ini, semua itu merupakan objek tafakkur
yang menjadi bukti nyata akan keajaiban, kebijaksanaan dan keagungan
Allah swt.
Objek.Alam.Semesta
"Sekadar aku keluar dari rumah dan apa yang tertangkap oleh mataku,
pasti aku melihat bahwa ada nikmat Allah atasku dari apa yang ku lihat.
Dan dari sana aku memetik pelajaran
untuk ku (Abu Sulaiman Ad Darani seorang shalih dari generasi Tabiin)
Bila kita telah selesai mentafakuri keagungan Allah atas apa yang ada di
diri kita, maka kita bisa mulai mentafakuri ciptaan Allah lainnya, yang
bermilyar bahkan trilyunan jumlahnya atau bahkan tak terbatas jumlahnya,
meliputi tumbuhan, daratan, laut, udara bahkan semua ciptaan yang ada di
angkasa raya, meliputi bintang, bulan, matahari dan lain sebagainya.
Semesta kreasi Allah SWT yang sempurna dengan berbagai hukumnya yang
banyak tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia, pasti tidaklah muncul
dengan sendirinya.
Waktu Tafakur
Waktu untuk melakukan tafakur bisa kapan saja dan dimana saja, firman
Allah dlm surah Ali Imran:191 "Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk, dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi".
Tetapi waktu tafakur yang paling afdal adalah saat tengah malam.
Berzikir di suasana lengang, hening, sunyi senyap, dan disaat saat
kesendirian kita, bisa membawa kita ke suasana syahdu hingga bisa
menciptakan suasana romantisme antara seorang hamba dan sang Khaliknya.

Tujuan/Manfaat Tafakur sekaligus kesimpulan
Tafakur dilakukan oleh seorang hamba bertujuan dalam rangka mengenal
ma'rifatullah kepada Zat Allah, sifat-sifatnya serta nama-namaNya.
Diriwayatkan Ibunu Abbas bahwa suatu hari Rasul SAW menemui suatu kaum
yang sedang bertafakur. Beliau bertanya, "Mengapa kalian tidak berkata
kata? "Mereka menjawab, "Kami sedang memikirkan tentang ciptaan Allah
SWT." Beliaupun bersabda, "Kalau begitu lakukanlah. Pikirkanlah
tentang ciptaan Allah, tetapi jangan memikirkan Zat-Nya, karena kamu
tidak akan sanggup memikirkannya".
Jadi bila hendak mengenal Allah bukan Dzatnya yang kita tafakuri atau
pikirkan, tapi hasil karya atau ciptaannya yang meliputi bumi langit dan
seluruh isinya. Dari proses tafakur ini dengan sendirinya kita dapat
menemukan berbagai keajaiban dan rahasia yang menunjukkan kebijaksanaan,
kekuasaan, kemuliaan dan keagungan Allah, yang Insya Allah dengan
sendirinya tidak hanya akan menuntun jalan kita lebih mengenal Allah,
tetapi juga pada akhirnya dapat menumbuhkan rasa cinta seorang hamba
kepada sang Khalik-Nya.
Jika kita merutinkan tafakur, maka akan muncul kesempuranaan dalam
keberagamaan kita. Siapa saja yang melakukannya dengan baik, maka ia
akan beroleh kebaikan yang besar. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata,
tidak ada ibadah yang sepenting tafakur. Sebab tafakur itu pelita
kalbu. Bila ia pergi, tiada cahaya yang menerangi. Tafakur akan
menjadikan hatimu hidup, sinarnya akan menerangi seluruh jiwa dengan
keimanan dan keyakinan
Alhamdulillah hirobbil a'lamiin, <http://www.bundalief.info/>
www.bundalief.info 15 Feb 2006
Sumber : Mencari mutiara di dasar hati seri 1 oleh Tarbawi Press
Buku Tazkiyatun Nafs karya ...........
Artikel Mustafa Yasin, <mailto:beranda@kotasantri.com>
beranda@kotasantri.com


Tafakkur

Dalam memahami beberapa istilah dalam ilmu tasawuf kita sering
dibingungkan dengan istilah dzikir dan tafakur. Adakah perbedaan dari ke
dua istilah tersebut?

Tafakkur 1) merupakan bentuk kata benda verbal yang berasal dari kata
kerja tafakkara yang artinya mempertimbangkan atau memikirkan. Istilah
ini biasanya digunakan untuk menggambarkan sebuah perenungan atau
meditasi, seharusnya ia tidak dikacaukan dengan arti zikir yang berarti
mengingat. Zikr Allah atau mengingat kepada Allah, dengan cara menyebut
Allah. Al Quran sering menyebut dzikir sebagai amal ibadah "Fazkuruni
azkurukum" yang artinya "Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu"
(Q.S. 2: 152).

Jadi, bedanya tafakur dengan dzikir adalah pada tafakur kita merenungkan
terhadap sesuatu, artinya ada proses berfikir, analisis dan introspeksi.
Pada tafakur hanya berkaitan dengan nama-nama Allah saja bukan dzat.
Sementara dzikir maknanya hanya mengingat (Jawa : Eling).

Di dalam metodenya tafakur berbeda dengan ta'allum 2). Ta'allum
berlangsung secara ekstrim melalui belajar secara lahiriah, sedangkan
tafakur berlangsung secara intern dengan proses pembelajaran dari dalam
diri manusia melalui aktivitas berfikir yang menggunakan perangkat
batiniah atau jiwa manusia.

Mudah-mudahan melalui kedua nash berikut bisa dipahami perbedaannya :

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan
segala yang diciptakan Allah?.. " (QS. Al Araf[7]:185)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi..." (Ali Imran [3]: 190-191)

Nah, dari nash ke dua dapat dipahami bahwa kesempurnaan akal tidak akan
tercapai kecuali dengan pertemuan dzikir dan pikir manusia. Apabila kita
telah mengetahui bahwa kesempurnaan hati merupakan kesempurnaan manusia,
maka kita mengetahui pula bahwa kedudukan pikir dan dzikir dalam
penyucian jiwa. Oleh karena itu para salik yang menuju Allah senantiasa
berusaha dengan keras agar dzikir dan pikir terhimpun dalam diri
penempuh jalan spiritual sejak awal perjalanannya. Contohnya, memikirkan
segala sesuatu seraya bertasbih. Cobalah praktekkan dengan merenungkan
sesuatu ciptaan-Nya seraya bertasbih, tahmid dan takbir, menurut Al
Ghazali dalam Ihya' 3) niscaya ia akan menyaksikan dampak hal ini
secara langsung di dalam hatinya, sehingga mengetahui pengaruh tafakur
terhadap hati dan jiwa.

Bibliography :
1) Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002
2) ) Jumantoro, Totok. Amin, Samsul Munir. Kamus Ilmu Tasawuf, Penerbit
Amzah, Wonosobo, 2005
3) Hawwa, Said. Tazkiyatun nafs Intisari Ihya Ulumuddin, Penerbit
Darussalam, 2002 (P.113)

No comments:

Post a Comment