*kiriman dari seorang teman.selamat berakhir pekan.
--------------------------------------------------------------
Istriku berkata kepada aku yang sedang baca koran. Berapa lama lagi kamu
baca koran itu? Tolong kamu ke sini dan bantu anak perempuanmu tersayang
untuk makan. Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu2nya,
namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya banjir di depannya ada
semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India /curd
rice). Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru
8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku
masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada "cooling
effect".
Aku mengambil mangkok dan berkata Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu
makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan
teriak2 sama ayah.
Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu
mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata "boleh
ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi
semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta" agak ragu2 sejenak
"akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau
berjanji memenuhi permintaan saya?"
Aku menjawab "oh pasti, sayang."
Sindu tanya sekali lagi, "betul nih ayah ?"
"Yah pasti sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan
lembut sebagai tanda setuju."
Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk
tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata
istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata: "Sindu jangan minta komputer
atau barang2 lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang."
Sindu menjawab : jangan khawatir, Sindu tidak minta barang2 mahal kok.
Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita,
dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hatiku aku
marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang
tidak disukainya.
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh
harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju
kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari
Minggu. Istriku spontan berkata permintaan gila, anak perempuan
dibotakin, tidak mungkin. Juga ibuku menggerutu jangan terjadi dalam
keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program2 TV itu sudah
merusak kebudayaan kita.
Aku coba membujuk: Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami
semua akan sedih melihatmu botak. Tapi Sindu tetap dengan pilihannya,
tidak ada yah, tak ada keinginan lain, kata Sindu. Aku coba memohon
kepada Sindu : tolonglah kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti
perasaan kami.
Sindu dengan menangis berkata : ayah sudah melihat bagaimana
menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah
berjanji untuk memenuhi permintaan saya. Kenapa ayah sekarang mau
menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan
pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang
apapun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India jaman dahulu
kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya,
bahkan nyawa anaknya sendiri.
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku : janji kita
harus ditepati. Secara serentak istri dan ibuku berkata : apakah aku
sudah gila? Tidak, jawabku, kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak
akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu,
permintaanmu akan kami penuhi. Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak
bundar dan matanya besar dan bagus.
Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak
berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum
aku membalas lambaian tangannya.
Tiba2 seorang anak laki2 keluar dari mobil sambil berteriak : Sindu
tolong tunggu saya. Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki2 itu
botak.
Aku berpikir mungkin"botak" model jaman sekarang. Tanpa memperkenalkan
dirinya seorang wanita keluar dari mobil dan berkata: "anak anda, Sindu
benar2 hebat. Anak laki2 yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish
adalah anak saya, dia menderita kanker leukemia." Wanita itu berhenti
sejenak, nangis tersedu-sedu, "bulan lalu Harish tidak masuk sekolah,
karena pengobatan chemo therapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak
mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman2 sekelasnya. Nah
Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk
mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul2 tidak menyangka
kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish.
Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan
yang berhati mulia."
Aku berdiri terpaku dan aku menangis, malaikat kecilku, tolong ajarkanku
tentang kasih.....
No comments:
Post a Comment