Wednesday, February 24, 2010

Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik, Shi Sang Chi You Mama H au

From: pambudi tyas


*"**Shi** Sa**ng C**hi Y**ou** **Mama Hau**"*
- Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik
Ibu Kita Adalah Orang Yang Paling Mulia Di Dunia Ini "Shi Sang Chi You Mama
Hau"

Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal
dari keluarga
kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang
wanita
adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah
lembut, dan
baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.
Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan
membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua
sang
pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tsb,
latar
belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka
bahkan telah
mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan
orang
tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.
Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita
tsb bahwa
tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan
orang
tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah
dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat
tunduk
pada orang tuanya). Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk
membujuk orang tuanya agar
menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk
anak
satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan
sangat
merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia
memutuskan untuk
meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan,
tetapi
rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya
tiba, sang
ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di
rumahnya
yang besar. Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat
yang telah ditentukan
sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut
dengan
kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari
sang
wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan
perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan
menjadi
gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2
tidak akan
menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak
mereka akan
bangkrut secara perlahan2. Mereka bahkan memberikan uang dalam
jumlah banyak, dengan permohonan agar
wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan
menggugurkan
kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat
lain. Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia
sadar bahwa
perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan
bagi
kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak
untuk
menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia
sepenuhnya
sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit?. Ibu sang pria
kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk
surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang
pria. Ibu
sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau
meneruskan
usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin
melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian
berdua",
kata sang ibu. Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia
menjelaskan bahwa ia sudah
memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya
hanya
akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia
mereka
berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat
perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini,
dan
memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi
surat
tersebut. Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan
lain. Ia terjebak antara
moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia
menuju
sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan
membesarkan anaknya.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi
seorang ibu.
Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk
membiayai
kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri
rumah tangga,
malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan
pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong
anak di
punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan
lain
tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat.
Tetapi sang ibu
tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya? Di usia tiga tahun,
suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya sangat
tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di
rumah
sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh
tabungan
dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb
akhirnya juga
meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan
pinjaman. Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan
untuk membuat sup ramuan,
untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal
dan
daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2
herbal
tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk
meminjam lagi,
rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia
kenal, dan
belum terbayar. Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu
harus berbuat apa, untuk
mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya,
untuk bayar
di akhir bulan saat gajian. Diantara tangisannya, ia tiba2
mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di
rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur
dibersihkan
dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar
tidak
membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong
kain.
Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri,
sambil
berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat?..
Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang
ibu
tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya
langit
juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu???.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan,
cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu,
mereka sering
pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan
lagu "Shi
Sang Chi You Mama Hau" (terjemahannya "Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang
baik"). Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja
sebagai penjaga toko,
karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka
lewatkan dengan
kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia
bisa
membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam
hari,
karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang
cerdas. Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya.
Ia berniat membelikan
sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah
mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko
menyebutkan
harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka,
itu terlalu
mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai. Sang anak
segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta
kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan
membelinya
bulan depan. "Apakah kamu punya uang?" tanya sang pemilik toko. "Tidak
sekarang, nanti
saya akan punya", kata sang anak dengan serius. Ternyata, bulan
depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb.
Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan
uangnya,
sang kakek bertanya "Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri
kan?".
"Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya
biasanya naik
becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat
pulang dari
sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam
ini. Kakiku
sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal
ini. Ia akan
marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.
Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak
segera
memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu
terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang
adalah
impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam
tsb. Sang
anak tutup mulut, tidak mau menjawab. "Apakah kamu mencuri, Nak?"
Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu
mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2
tanpa
jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. "Walaupun kita
miskin,
kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal
ini?" kata
sang ibu. Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya.
Biarpun ibu sayang pada
anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis,
sedangkan air
mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang
memukul belahan
hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya.
Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah
tsb
heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. "Ia sebenarnya
anak yang
baik", kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko
sedang
berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.
Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu.
Ketika
mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan.
Tetapi
tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan
menceritakan yang
sebenarnya pada ibunya. "Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak
boleh berbohong, dan tidak boleh
menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek itu.
Maka
kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya
sebulan
yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian
akan
membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah
hari ulang
tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari
sekolahnya
pulang ke
rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang
membeli jam tangan kesukaan ibunya. Tampak sang kakek meneteskan
air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu
pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya,
keduanya
menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya, Nak."
"Tidak Bu, saya yang bersalah"???..


----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya
mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena
tidak akan
ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika sang ibu dan anaknya
berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan,
mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa
sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak
mereka
berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi
sang
ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu. Berita
ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat
cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
mengatakan bahwa
penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh
lagi, akan
membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik,
dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis
tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir
keras. Tetapi ia tidak
menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan
anaknya kepada sang
ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya. Maka
di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota,
bermain2 di
taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi Sang Chi
You
Mama Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua
penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.
Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak
menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu.
"Tetapi ibu
tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu. "Tidak apa2 Bu, saya
tidak
perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah
besar nanti,
saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti,
ibu tidak
perlu bekerja lagi, Bu", kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung
ke rumah
sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.
Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat
senang
melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2
ingin ikut
pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang
tidak
pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. "Saya ingin Ibu,
saya tidak
mau mainan itu", teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih
dan
menangis, sang ibu berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah
di sini.
Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka.
Saya
hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang
tidak mau
saya lagi", sang anak mulai menangis.
Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak
didengarkan
anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku,
bawalah saya
pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan "Benar,
ibu tidak
sayang kamu lagi. Tinggallah disini", ibunya segera lari keluar meninggalkan
rumah tsb.
Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan. Di
rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati,
ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya,
tetapi
mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya,
ia tidak
menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk
hidup, anaknya
tercinta. Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur
untuk memotong urat
nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak
akan
diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa
anaknya
diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi
anaknya juga??..

-----------------------------------------------------------------------------------------
Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan
kerja yang
lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan
medis secara
rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari
ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia
peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada
hari
tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus
menuju ke desa
tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah
mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari
merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian
yang sangat
bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu. Sang anak berlari
riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya.
Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga
mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi.
Sang anak
tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis "Ibu
benar2 tidak
menginginkan saya lagi." Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas,
ketika sang anak sudah terlambat
pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya
sudah
pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik.
Sang ayah
menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk
melaporkan
anak hilang. Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat
sesuatu. Hari ini adalah hari
ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang
ke
rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tsb.
Sayangnya,
mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang
bagus,
dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat
membaca
tulisan2 imut anaknya dalam surat itu. Hari mulai gelap. Mereka sibuk
mencari di sekitar desa tsb, tanpa mendapatkan
petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa,
berlutut
di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa
menemukan
anaknya. Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan
anaknya pernah pergi ke
sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu
memerlukan
pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im
pasti akan
menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin
pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.
Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya
tinggi
sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit.
Saat
menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke
bawah????..

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku
kuliah. Ia
sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari
tangga,
ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang
untuk
mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil. Siang itu, seperti
biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan tman
wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan
sebuah
jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat
kumuh, dan
tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Wajahnya
kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu,
ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar
untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil
mengacungkan
kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah "Dimanakah
anakku?
Apakah kalian melihat anakku?" Sang anak merasa mengenal wanita
tua itu. Tanpa disadari, ia segera
menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama Hau" dengan suara perlahan, tak
disangka
sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua
menyanyi
bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb
saat ia
kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua
itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu". Sang
pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya,
"Apakah kamu ??..(nama anak itu)?" "Benar bu, saya adalah anak ibu?".
Keduanya pun
berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi???.
Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya
menjadi hilang
ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya,
tanpa peduli
dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila?.

-----------------------------------------------------------------------------------
Dalam
kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela
mengorbankan nyawanya?.. Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di
saat Ibu masih muda, ataupun disaat
Ibu sudah tua : 1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh
Tuhan, ambillah aku sebagai
gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya. Diantara
orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung Anda, diantara
lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk
Anda,
kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun ? Tidak diragukan lagi
"Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini" Have a positive
day! Salam
Inspirasi,
HRD & General Services Manager
PT Widatra Bhakti

No comments:

Post a Comment