Dua tenaga peneliti dikirim oleh sebuah perusahaan ke suatu wilayah untuk mengetahui secara langsung apakah di wilayah itu ada potensi untuk menjual sepatu produksi mereka. Setelah beberapa waktu, sampailah laporan ke meja manajemen. Peneliti pertama memberikan rekomendasi: tidak ada potensi untuk menjual sepatu di wilayah ini, sebab mayoritas penduduk setempat tidak memakai sepatu. Peneliti kedua menyampaikan rekomendasi yang bertolak belakang: karena sebagian besar penduduk masih "nyeker", terdapat potensi pasar yang luar biasa besar untuk menjual sepatu.
Kenyataan bisa sama, tapi sudut pandanglah yang menentukan bagaimana kenyataan itu dimaknai. Peneliti yang melihat wilayah itu sebagai pasar potensial sudah terbiasa untuk berpikir positif. Ia berusaha dengan jernih memahami situasi yang ia saksikan. Ia tidak akan tergesa-gesa menyimpulkan "tidak ada pasar" kecuali bila kondisi ekonomi masyarakat tersebut sangat rendah; tapi, tidakkah ada peluang membuat sepatu murah, misalnya?
Si periset positif tadi beranggapan bahwa budaya bersepatu dapat dibangun dari membiasakan bersepatu. Mungkin saja, masyarakat ini tidak terbiasa bersepatu lantaran sepatu sulit ditemukan di wilayah mereka. Tak ada toko sepatu. Pengenalan sepatu kepada masyarakat ini menjadi titik masuk yang bagus untuk membuka pasar. Bahwa kemudian perlu diadakan program edukasi, promosi, dan sebagainya, ini wajar saja. Namun, intinya adalah melihat situasi dengan berpikir positif.
Ketika orang-orang bijak mengajak kita untuk bersikap "jangan berprasangka buruk", ini sebenarnya sejenis dengan ajak untuk melihat sesuatu dengan cara berpikir positif. Studi yang dilakukan oleh para ilmuwan memperlihatkan bahwa berpikir positif sangat mempengaruhi kesehatan tubuh dan jiwa. Orang-orang yang senantiasa berpikir positif selalu optimistis menghadapi hari-hari mereka. Tubuh mereka akan selalu sehat. Kalau pun tengah sakit, mereka akan memperoleh dorongan dan kekuatan untuk lekas sembuh dari berpikir positif.
Para manajer sukses pun begitu. Ketika melihat stafnya melakukan kesalahan, ia percaya bahwa karyawan tersebut akan belajar dari kesalahan dan lalu memperbaiki diri. Ia percaya bahwa dari setiap kesalahan ada kebaikan yang dapat dipelajari. Perusahaan-perusahaan terkemuka umumnya menyadari bahwa dari setiap kesalahan yang dilakukan oleh karyawan membukakan mata manajer bahwa kemungkinan ada "lubang" pada cara kerja mereka. Perbaikan cara kerja karena kesalahan yang terjadi pada gilirannya membuat mutu manajemen mereka bertambah baik.
Manajer dan pelaku bisnis yang sukses percaya bahwa dari pasar yang kelihatannya sudah jenuh ada peluang yang dapat dimanfaatkan. Di Bandung, yang namanya "camilan pedas" sudah banyak jumlahnya. Tapi ada yang jeli melihat peluang untuk menjual "camilan pedas" dengan cara memasarkan yang berbeda. Camilan ini dijual dengan tingkat kepedasan yang berbeda-beda. Tempat menjualnya pun berpindah-pindah. Ini membuat konsumen penasaran. Begitu pula, penjual kaos sudah berjibun. Tapi anak-anak muda GantiBaju.com menawarkan cara memproduksi dan memasarkan yang berbeda.
Kedua contoh itu menunjukkan bahwa inovasilah kuncinya. Namun inovasi tidak akan muncul apabila orang berpikir negatif, bahwa pasar sudah sumpek, bahwa sudah tidak ada lagi segmen pasar yang dapat digarap. Nasihat "jangan berprasangka buruk" dapat kita praktekkan dalam kerja sehari-hari. Siapa tahu Anda juga mampu menangguk sukses seperti para manajer yang selalu berpikir positif? **
berpikir, positif, sukses
http://blog.tempointeraktif.com/ekonomi-bisnis/sudut-pandang-positif/
--
No comments:
Post a Comment